KABARINDAH.COM, BANDUNG – Pandemi covid-19 yang melanda dunia saat ini, termasuk Indonesia, telah berdampak kepada semua sektor. Dua di antaranya adalah sektor ekonomi dan kesehatan.
Dalam rangka ikut andil dalam memulihkan dampak tersebut, Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) mengadakan webinar The 1st National Conference on Pharmacy (NCP) yang bertemakan “Peran Farmasis dalam Pemulihan Ekonomi di Era Pandemi”.
Seminar yang digelar daring ini diikuti 400 peserta. Mereka terdiri atas para dosen, peneliti, mahasiswa, dan para praktisi dari bidangnya masing-masing. Acara The 1st NCP diselenggarakan selama dua hari, yaitu Rabu-Kamis (11–12 Agustus 2021).
Acara NCP resmi dibuka oleh Rektor UMBandung, Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc. IPU Beliau berharap dengan diadakannya acara yang diselenggarakan oleh Program Studi Farmasi dapat kiranya memberikan kontribusi bagi masyarakat dan bangsa. Hal ini sejalan dengan garis-garis perjuangan dakwah Muhammadiyah.
“Saya kira sangat relevan. Bagaimana kita terus melakukan pelayanan umum, berkhidmat dalam kegiatan amal usaha Muhammadiyah. Melalui kegiatan pendidikan, kesehatan, pelayanan umum, dan dakwah yang meluas di tengah masyarakat,” tutur Mantan Rektor IPB ini.
Prof. Herry juga berharap pelaksanaan conference ini dapat menjadi wahana pertukaran ilmu pengetahuan dari para pembicara kepada para peserta. Selain itu juga dapat membangun atmosfer pendidikan yang baik di kampus UMBandung, sehingga semakin bermutu program pendidikan dan kontribusi kita bagi kemaslahatan, masyarakat, dan bangsa menjadi semakin baik.
Acara ini menghadirkan empat pembicara. Mereka adalah Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), Prof. Dr. apt. Daryono Hadi Tjahjono, M.Sc., Eng. (Guru Besar Farmakokimia ITB dan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia [APTFI]), Dr. (HC). Dra. apt. Nurhayati Subakat (Founder PT Paragon Technology and Innovation), dan Dr. apt. M. Rahman Roestan, M.B.A. (Direktur Operasi PT Bio Farma).
Pemulihan Ekonomi
Sandiaga Uno, menyatakan pandemi covid-19 memberikan dampak pada kumulatif kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik yang menurun drastis sejak awal 2020 hingga 2021.
Dalam pemaparannya yang berjudul “Peran Pemerintah dalam Memajukan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Sektor Farmasi”, Sandiaga mengatakan pemulihan ekonomi nasional jadi tantangan seluruh sektor, khususnya farmasi.
“Tantangan (pemulihan ekonomi) pada sektor farmasi ini bagaimana meningkatkan kemandirian obat dalam negeri. (Saat ini) Indonesia masih sangat bergantung pada impor bahan baku obat dan alat-alat kesehatan”, ujarnya.
Namun karena pandemi ini, Sandiaga menyatakan riset dan inovasi bidang kesehatan justru mengalami peningkatan sehingga peran sektor industri farmasi juga ikut meningkat.
“Sektor farmasi dapat ikut memulihkan ekonomi nasional sehingga meningkatkan potensi pariwisata dan ekonomi kreatif. Ada tiga cara, yaitu memacu penelitian dan pengembangan, mengembangkan inovasi seperti wisata kesehatan di Indonesia dan menciptakan event berbasis saintifikasi herbal, serta meningkatkan kesejahteraan para pelaku UMKM dengan cara mengembangkan desa wisata farmasi,” tambahnya.
Sandiaga juga mengajak UMBandung sebagai partner Kemenparekraf dalam sertifikasi Cleanliness, Health, Safety, and Enviromental Sustainability (CHSE).
”Saya berharap UMBandung memiliki keahlian dalam mensertifikasi unit usaha, destinasi, dan produk pariwisata, hingga mendapatkan sertifikasi CHSE. Sertifikasi ini memberikan jaminan kepada wisatawan terhadap kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan,” tuturnya.
Empati
Sementara itu, Prof. Daryono dengan tema “Upaya Perguruan Tinggi Farmasi dalam Membantu Penanggulanan Pandemi COVID-19”, menyampaikan lulusan sarjana farmasi dan apoteker hendaknya memiliki sikap empati. Sikap tersebut harus dimiliki agar dapat melayani masyarakat dengan baik.
“Lulusan sarjana farmasi dan apoteker hendaknya memiliki sikap empati terhadap pasien selain mempunyai kompetensi yang didapat saat perkuliahan. Agar para farmasis dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien”, ujarnya.
Guru besar Farmakokimia ITB ini juga menekankan seorang farmasis juga harus dapat meracik obat yang nantinya akan dapat diterapkan, baik di dunia industri farmasi maupun kesehatan.
“Nantinya seorang apoteker akan mengabdi tidak hanya di dunia industri farmasi, di rumah sakit juga, sehingga sudah seharusnya seorang apoteker dapat meracik obat selain memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat”, katanya.
Peran Perguruan Tinggi (PT)
Bagaimana peran PT dalam penanggulangan pandemi Covid-19? PT dapat menciptakan inovasi dan menghasilkan produk yang dapat membantu para pasien serta tenaga kesehatan.
“Contohnya ventilator Vent-i yang telah diproduksi Masjid Salman, ITB, dan Unpad. Kemudian kit rapid test oleh UGM dan Unpad. Berbagai macam alat perlindungan diri (APD) yang diperuntukkan bagi para tenaga kesehatan di puskesmas dan rumah sakit, dan lainnya,” kata Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) ini.
“Kerja sama nasional oleh PT Bio Farma, Eijkman, dan LIPI bersama beberapa PTN dalam pengembangan Vaksin Merah-Putih merupakan hal yang sangat membanggakan. Bentuk kerja sama ini dapat terwujud karena adanya pandemi Covid-19,” tambahnya.
Prof. Daryono mengajak para dosen farmasi, apoteker, dan mahasiswa farmasi ikut terlibat dalam kegiatan kesehatan selama pandemi ini. Seperti menjadi relawan dalam vaksinasi dan membantu pendampingan pasien yang sedang isolasi mandiri (isoman).
“Sebagai salah satu implementasi dari merdeka belajar yang digalakkan oleh pemerintah”, tutupnya. (Nurul Ambardhani)