KABARINDAH.COM, BANDUNG – Dalam membangun usaha yang sukses, dua unsur yang tidak boleh dianggap enteng, yaitu membuat logo perusahaan sekeren mungkin dan menggencarkan promosi.
Namun, kita tidak boleh terpaku kepada dua hal itu karena ada suatu lingkaran yang saling berhubungan. Yakni dimulai dari tahap produksi, menghasilkan produk yang bermutu, pemasaran yang bagus, penjualan dan pelayanan kepada pelanggan yang baik.
Demikian yang diungkapkan Founder PT Paragon Technology and Innovation, Dr. (HC). Dra. apt. Nurhayati Subakat, dalam webinar The 1st National Conference on Pharmacy (NCP) yang bertemakan “Peran Farmasis dalam Pemulihan Ekonomi di Era Pandemi”, Rabu (12/08/2021).
Dalam webinar yang digagas Prodi Farmasi Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) ini, Nurhayati menyampaikan cara bagaimana menangkap peluang yang ada dalam mengembangkan bisnis.
Pertama, need seekers, yakni identifikasi terlebih dahulu kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi. Kedua, market readers, yakni perlu memprediksi tren yang akan berkembang, tidak hanya tren produk, tetapi tren yang sedang terjadi di masyarakat. Ketiga, technology drivers, yakni menciptakan teknologi baru.
”Seperti Wardah, yang menciptakan produk maskara tembus air (tersertifikasi) halal pertama di Indonesia. Maskara inilah yang menjadi jawaban bagi wanita Indonesia, agar pada saat wudu, maskara yang digunakan tidak luntur, tetapi tetap tembus air,” kata lulusan terbaik sarjana farmasi ITB tahun 1975 ini.
Pertolongan Allah SWT
Menurut Nurhayati, dalam membangun brand dan marketing, yang tidak kalah penting adalah pertolongan Allah SWT. Strategi memasarkan usaha harus dibarengi dengan berdoa minta pertolongan kepada Allah SWT.
”Karena pertolongan dan rida Allah SWT yang dapat membuat diri tenang, dapat melihat sisi positif dari setiap kejadian dan peluang yang ada. Yang penting kita selalu ikhtiar dan salat, insya Allah akan ada pertolongan dari Allah”, ujarnya.
Nurhayati juga berpesan bahwa dengan memikirkan nasib orang lain membuat kita lebih bersemangat dalam membangun dan mengembangkan usaha. “Innovation for the greater good”, katanya.
Kontribusi Farmasis
Sementara itu, pembicara terakhir webinar, Direktur Operasi PT Bio Farma Dr. apt. M. Rahman Roestan, M.B.A. menyampaikan betapa pentingnya peran seorang farmasis di masa pandemi ini.
”Saat ini, seorang farmasis atau apoteker sudah menjadi pilihan bagi masyarakat dalam hal berkonsultasi mengenai penggunaan dan konsumsi obat. Menjadikan seorang farmasis sebagai partner dokter,” kata Rahman.
Pada masa pandemi ini, menurut Rahman, semua orang dituntut untuk lebih cepat dan terus berinovasi, terlebih dari kalangan farmasis yang tentu berkontribusi dalam penanganan Covid-19.
“Pandemi Covid-19 terjadi secara serentak di seluruh dunia. Belum ada yang dapat memprediksi akan (menyebar) secepat ini. Oleh karena itu karena pandemi inilah kita dituntut untuk berinovasi,” ujar lulusan farmasi dan apoteker Universitas Padjadjaran ini.
Rahman mengatakan, seorang farmasis telah berkontribusi besar dalam penanganan pandemi, yaitu dengan menciptakan kit diagnostika. Contohnya adalah kit rapid antigen yang sudah diproduksi oleh salah satu perguruan tinggi negeri. Selain itu juga dapat memproduksi obat antiviral secara mandiri.
“Kemampuan seorang farmasis yang perlu ditingkatkan adalah mengoptimalkan terapi plasma dan fitofarmaka. Mengingat biodiversity Indonesia yang luar biasa melimpah sehingga perlulah dimanfaatkan, dengan harapan Indonesia dapat terlepas dari pandemi ini”, tuturnya.
Vaksinasi
Pria yang saat ini menjabat Dewan Pakar PP Ikatan Apoteker Indonesia ini juga menyampaikan vaksin berperan penting dalam rangka pemulihan ekonomi. Vaksinasi merupakan langkah yang paling cost effective dilihat dari perhitungan ekonomi dan memiliki fungsi yang kuat.
Vaksin bisa mencegah keparahan akibat penyakit. Vaksin juga dapat mengurangi perawatan di rumah sakit, dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan vaksin. Selain tentu dengan tetap menerapkan prinsip 5M.
”Kalau sudah divaksin, masyarakat dapat terhindar dari kematian akibat wabah. Adanya vaksinasi massal dapat membentuk kekebalan komunitas (herd immunity) sehingga memutus penyebaran penyakit dan menghentikan wabah. Dengan terciptanya herd immunity, kita dapat membangun kembali ekonomi yang sempat terpuruk akibat pandemi,” tegas lulusan Master of Business Administration ITB ini.
Menurut Rahman, seorang farmasis harus dapat meyakinkan masyarakat bahwa vaksin yang tersedia saat ini bersifat aman, halal, dan efektif dalam pencegahan penyakit.
“Jika terdapat efek samping setelah vaksinasi, hal tersebut bersifat sementara dan merupakan pertanda bahwa tubuh kita sedang membangun proteksi terhadap virus,” tambahnya.
Rahman berpesan kepada seluruh farmasis dan perguruan tinggi untuk menguatkan kolaborasi di bidang penelitian dan dalam penyediaan vaksin Covid-19. Farmasis juga berperan dalam pemahaman bagaimana menyimpan dan mendistribusikan produk vaksin.
“Karena mereka (farmasis)-lah yang mengetahui betul bagaimana karakteristik vaksin tersebut sehingga dapat memastikan kualitas produk vaksin selalu terjaga,” ujarnya.
Selain itu, edukasi dan memberikan informasi yang benar kepada masyarakat juga menjadi tanggung jawab bagi seorang farmasis, dengan harapan tercapainya herd immunity.
“Dengan melakukan hal tersebut, akan tercapai herd immunity, terciptanya ketahanan kesehatan, dan juga ketahanan ekonomi,” pungkasnya.
Selain acara webinar, the 1st NCP juga mengadakan kompetisi esai dan poster yang terbuka bagi pelajar SMA/SMK dan mahasiswa perguruan tinggi. Tema lomba ini yaitu ”Peran Farmasi dalam Pemulihan Ekonomi di Era Pandemi”. Pendaftaran lomba telah dibuka dari Juni dan diikuti oleh peserta dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi.
Adapun juara 1 lomba poster diraih oleh Azzahra Noviani Putri dari Universitas Muhammadiyah Bandung. Kemudian juara 2 diraih oleh Almira Azalia Fridayanti dari Universitas Ahmad Dahlan. Untuk juara 3 diraih oleh Cininta Melati Ayunina dari Universitas Gadjah Mada.
Sementara juara 1 lomba esai diraih oleh Aulia Husnia Putri dari Universitas Ahmad Dahlan. Juara 2 diraih oleh Sigit Satia Pamungkas dari Institut Teknologi Bandung. Kemudian juara 3 diraih oleh Hamnah Al Atsariyah dari Universitas Ahmad Dahlan.
Masing-masing pemenang lomba berhak mendapatkan hadiah uang tunai dan sertifikat elektronik. (Nurul Ambardhani)