KABARINDAH.COM – Selain dapat membuat kita bahagia dan mudah menggapai kesuksesan, ibadah shalat juga merupakan wujud cinta kita kepada Allah dan Nabi-Nya. Ibadah shalat akan mengantarkan kita pada maqam kemuliaan diri dan kekuatan pribadi. Kita tidak akan menjadi manusia yang gampang resah dan gelisah.
Ibadah shalat merupakan kado berharga yang diberikan Tuhan melalui Muhammad saw., kepada kita agar menjadi penghibur jiwa yang sedang gelisah. Sepulangnya dari isra mikraj, Muhammad saw., membawa oleh-oleh yang bisa kita gunakan untuk membentuk diri menjadi manusia kokoh ketika segala musibah menerjang. Oleh karena itu, yakinlah bahwa shalat adalah hadiah paling indah dalam hidup, hadiah yang senantiasa menjaga kita agar berada di jalur edar kebahagiaan.
Sesibuk apa pun kita, jangan pernah meninggalkan shalat. Celakalah orang yang meninggalkannya sebab ia telah menolak kado cinta Allah dalam hidup ini.
Allah Azza wa Jalla pernah berfirman, “Hai anak Adam, luangkan waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku hindarkan dari kemelaratan. Kalau tidak, akan Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak akan menghindarkanmu dari kemelaratan.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Ibadah shalat mampu meciptakan kesehatan badan, jiwa (semangat), memupuk cinta, membangun ketakwaan, dan menciptakan keheningan spiritual. Shalat bisa membuat kita lebih konsisten mengembangkan diri ke arah yang lebih baik dan mulia. Bagi kita yang dikecewakan dalam hidup–entah itu bisnis yang gagal, tertipu, gundah, galau, putus asa, atau baru berpisah dengan pasangan–ibadah shalat adalah obat mujarab untuk menyembuhkannya.
Rasulullah saw., bersabda, “Yang pertama-tama dipertanyakan (diperhitungkan) kepada seorang hamba pada hari kiamat, yang berkaitan dengan amal perbuatannya, adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, maka dia beruntung dan sukses. Kalau shalatnya buruk, maka dia akan kecewa, gelisah, dan merugi.” (HR. An-Nasaa’i dan Tirmidzi).
Di dalam shalat ada berjuta makna berbalut cinta yang kalau diresapi akan membentuk kita menjadi manusia seutuhnya (kaffah). Ibadah shalat yang didasari rasa cinta menggebu kepada-Nya akan menghapus kesedihan serta menggantinya dengan kegembiraan dan kesenangan.
Allah Azza wa Jalla berfirman, “Tidak semua orang yang shalat itu bershalat. Aku hanya menerima shalat orang yang merendahkan diri kepada keagungan-Ku, menahan syahwatnya dari perbuatan haram larangan-Ku dan tidak terus-menerus bermaksiat terhadap-Ku, memberi makan kepada yang lapar dan memberi pakaian orang yang telanjang, mengasihi orang yang terkena musibah dan menampung orang asing. Semua itu dilakukan karena Aku.” (Al-Hadis).
Shalat yang didasarkan pada rasa cinta akan mengantarkan pelaksananya memperoleh kemuliaan ahklak. Ketika kita terjebak di dalam kemelut kehidupan, dengan akhlak yang mulia kita berusaha keluar dari masalah tersebut secara bernilai. Hal ini karena shalat bisa melahirkan energi positif di dalam diri untuk keluar dari lilitan masalah. Shalat adalah luapan cinta kepada-Nya sehingga perilaku kita pun dihiasi cinta.
Rasulullah Saw., dalam hadis Qudsi bersabda, “Demi keagungan dan kebesaran-Ku, sesungguhnya bagi-Ku cahaya wajahnya lebih bersinar dari matahari dan Aku menjadikan kejahilannya kesabaran (kebijaksanaan) dan menjadikan kegelapan terang, dia berdoa kepada-Ku dan Aku mengabulkannya, dia mohon dan Aku memberikannya dan dia mengikat janji dengan-Ku dan Aku tepati (perkokoh) janjinya. Aku lindungi dia dengan pendekatan kepadanya dan Aku menyuruh para Malaikat menjaganya. BagiKu dia sebagai surga Firdaus yang belum tersentuh buahnya dan tidak berubah keadaannya” (HR. Ad-Dailami).
Shalat juga merupakan wujud ketakwaan seseorang. Shalat bisa menaungi hati yang sedang gundah gulana. Shalat juga menjadi identitas keislaman kita di mata orang lain. Dalam Pilpres 2014 lalu, masyarakat pun ramai-ramai mempertanyakan keislaman sang calon presiden, karena jika terpilih,ia akan mengimami umat Islam di Indonesia.
Menghayati ibadah shalat akan membentuk kemuliaan pribadi. Istilah Arab untuk menyebutnya adalah “al-akhlaq al-karimah”. Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahir perbuatan baik atau buruk, tanpa disertai pemikiran dan pertimbangan. Hakikat khulq (budi pekerti) atau akhlak dalam bahasa Indonesia adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa sehingga muncul aneka perbuatan spontan, tidak dibuat-buat, dan tanpa pemikiran.
Upaya memaknai itu harus dilakukan berulang-ulang karena kita adalah makhluk yang sering lupa dan khilaf. Ibadah shalat dilaksanakan agar pribadi kita menjadi lebih baik dan mulia karena shalat dapat mencegah pelaksananya dari perbuatan buruk dan tercela. Ibadah shalat juga sebagai upaya mengikat hubungan dengan Tuhan. Artinya, bagi seorang muslim, shalat harus mendorong dirinya untuk lebih memaknai hidup dengan lebih baik.
Allah Swt., berfirman, “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (QS. Al-Mudatsir [74]: 38). Segala perilaku kita merupakan cerminan akhlak. Di alam ukhrawi nanti tidak ada yang bisa menolong kita dari siksa-Nya kecuali amal kebajikan dan ibadah shalat.
Ibadah yang kita laksanakan harus dihayati secara sungguh-sungguh sehingga dapat membentuk kemuliaan akhlak dalam diri kita. Shalat yang masih bersifat ritual wajib tidak akan menjadikan kita memiliki kemuliaan pribadi. Sia-sialah shalat orang yang seperti ini.
Kalau belum mampu menghayati shalat, terus-meneruslah membiasakan diri melaksanakan ibadah ini. Terus-meneruslah berusaha mencari makna hakiki dari setiap kerangka ibadah shalat yang diwajibkan kepada kita sebab setiap manusia selalu berada pada fase proses maknawi.