Wahyudin Darmalaksana, Kelas Menulis UIN Sunan Gunung Djati Bandung
KABARINDAH.COM-Terlihat ada ekpresi senang atau penasaran di raut mahasiswa di saat ku sampaikan sesuatu. “Kita belajar daring,” kataku. Ungkapan ini ku sampaikan jauh sebelum Covid-19 mewabah di dunia. Itu ku sampaikan dengan penuh kesadaran. Mengingat hari-hari ke depan seperti yang sudah-sudah selalu saja ada waktu yang bentrok. Bentrok antara jadwal mengajar dengan aktivitas lain yang tidak direncana.
Terlihat senang juga penasaran mengingat kuliah daring belum menjadi peristiwa yang lazim ketika itu. Senang bisa saja karena kuliah di dalam kelas kadang terasa membosankan. Dan memang disengaja diciptakan hal yang berbeda untuk mencari suasana baru yang menyenangkan.
Dari WhatsApp ke Template Artikel
Mencoba pembelajaran sistem daring sudah ku mulai sejak 2017. Meskipun dilakukan untuk kegiatan seperti workshop atau pelatihan. Ternyata 25 peserta pelatihan yang berada di sebrang pulau bisa difasilitasi melalui grup WhatsApp. Segala ketentuan dan komunikasi dilakukan melalui grup WhatsApp.
Adapun materi pelatihan tersedia atau disediakan di situs-situs website. Nyatanya pelatihan berjalan lancar sesuai target pencapaian yang telah ditentukan. Jarak dan waktu dapat dilipat melalui kuliah daring. Waktu terasa menjadi efektif dan efisien. Fasilitator dan peserta dapat melaksanakan aktifitas lainnya pula.
Itu sebab sekitar tahun 2019 ku sampaikan kepada para mahasiswa “setengah perkuliahan kita laksanakan secara daring.” Ketika Covid-19 melanda dunia, baru kuliah sepenuhnya benar-benar dilaksanakan daring. Namun, pembelajaran daring tidak terlalu mengagetkan ku. Sebab, ku udah punya pengalaman sebelum ini.
Pada saat yang sama, pendidikan tinggi di seantero dunia tengah mengarahkan pembelajaran pada praktik. Bagi ku pembelajaran konvensional 16 kali pertemuan secara tertutup di dalam kelas terlalu menjemukan. Pandangan tidak terbuka karena terbentur dinding-dinding tembok. Karena itu bahan ajar mesti dikembangkan agar setengah perkuliahan ada sisi praktiknya. Di saat yang sama dunia pendidikan tinggi pun sedang mengarahkan pembelajaran pada capaian.
Maka gayung bersambut seluruh matakuliah yang ku ampu diarahkan pada capaian berupa artikel yang dipublikasikan di jurnal ilmiah. Di awal semester disajikan silabus. Silabus ini meliputi tahapan kepenulisan artikel. Sejak pengambilan topik, memulai penulisan, pengiriman artikel ke jurnal, dan hingga artikel terbit di jurnal ilmiah. Saat itu sekitar tahun 2020, praktik penulisan artikel di lingkungan mahasiswa masih merupakan hal yang cukup berat dilakukan. Hal ini mengingat penulisan artikel masih baru bagi mahasiswa, dan bahkan baru didengar.
Mula-mula mahasiswa dikenalkan gaya selingkung atau template artikel. Di dalamnya berupa struktur bagian-bagian artikel ilmiah. Latihan dilakukan bertahap untuk mengerjakan bagian-bagian tersebut. Juga mahasiswa dilatih penggunaan aplikasi pengutipan. Sebelumnya, pengutipan maenggunakan sistem fotenote.
Sedangkan bagi penulisan artikel diberlakukan sistem bodynote dengan menerapkan aplikasi pengutipan. Serta mahasiswa dikenalkan pencarian atau selancar sumber rujukan pada big data bereputasi yang memuat hasil-hasil penelitian. Panduan penulisan disiapkan dan disimpan di Blog, sehingga mahasiswa biasa mengakses panduan tersebut melalui link sebagai acuan bagi latihan penulisan. Hasil latihan dikirim ke email secara bertahap sesuai tahapan latihan. Lalu dilakukan tinjauan atau reviu dan setelah direviu lalu tahapan latihan dikirim ulang kepada email mahasiswa sebagai umpan balik.
Menurut beberapa sumber yang dikemukakan oleh sejumlah pakar, umpan balik merupakan metode dan strategi paling efektif dalam latihan penulisan. Penggunaan email juga disepakti oleh lingkungan pendidikan dunia sebagai sarana formal dunia akademik. Email disebut sebagai sarana korespondensi para akademisi. Korespondensi antar-dosen atau korespondensi mahasiswa kepada dosen. Reviu terhadap tahapan latihan paling utama menekankan kerapian.
Sebab, kerapian dipahami sebagai subjek paling utama dalam penulisan artikel ilmiah. Ternyata benar melalui umpan balik terasa sekali bahwa mahasiswa berusaha menghindari kesalahan-kesalahan teknis penulisan pada paragraf-paragraf selanjutnya. Sehingga tercipta peningkatan kualitas tulisan sajak latihan tahap awal hingga tahap selanjutnya. Latihan penulisan sengaja dikaukan bertahap. Karena berbeda antara penugasan penulisan artikel langsung secara utuh dengan penulisan secara bertahap. Penulisan langsung secara utuh tidak ada treatment di tahapan-tahapan yang sedang berlangsung.
Adapun penulisan secara bertahap dilakukan treatment pad tiap tahapan. Selain fokus pada kerapian, latihan juga menekankan pada struktur penulisan. Artikel memiliki struktur secara umum. Ia terdiri atas bagian-bagian. Tiap bagian dapat dipelajari. Lalu disusun secara terstruktur hingga terbentuk tubuh artikel. Latihan secara bertahap juga dimaksudkan bagi pendampingan agar mahasiswa mengikuti struktur penulisan artikel.
Dalam hal ini, latihan tidak terlalu menekankan pada konten atau substasi isi tulisan. Karena dirasa paling utama bagi mahasiswa kerapian dan struktur penulisan dulu termasuk penerapan aplikasi pengutipan. Bagi mahasiswa, penerapan aplikasi pengutipan tidak ada masalah serius. Karena usia mereka sangat adaptif terhadap penggunaan aplikasi digital. Juga perkara kerapian merupakan hal yang pada gilirannya dapat dibiasakan. Sedangkan terkait struktur penulisan, mahasiswa bisa terus dilatih. Ada hal yang tak terduga ternyata. Ditemukan bahwa ternyata struktur penulisan dapat mewakili substansi isi artikel.
Struktur Penulisan Artikel
Jika penulis sungguh-sungguh mengikuti struktur penulisan artikel, maka substasi isi praktis terwakili di dalam struktur tersebut. Adapun kekayaan dan kedalaman materi artikel akan bergantung pada penguasaan sumber-sumber bacaan yang diakses di big data bereputasi.
Setelah menyelesaikan draf artikel yang kadang disebut manuskrip, mahasiswa dilatih melakukan paraphrase. Sebelumnya dilakukan cek plagiasi dengan ketentuan maksimum similarity 20%. Melalui latihan secara bertahap ternyata tidak pernah ditemukan similarity yang terlampau besar. Karena tahapan penulisan merupakan pekerjaan sendiri. Bukan duplikasi dari tulisan orang lain.
Selanjutnya, dilakukan paraphrase untuk memperkecil tingkat similarity. Mahasiswa juga diarahkan untuk bermitra dengan dosen. Diketahui kemitraan antara dosen dan mahasiswa merupakan tagihan akreditasi program studi. Dalam hal ini mahasiswa diminta untuk bermitra dengan dosen terutama untuk apa yang kami sebut dengan “re-see” yaitu meninjau kembali naskah artikel mana area yang mesti diperluas, dipotong, dan ditata ulang. Sebagai konsekuensi dosen melakukan re-see, maka nama mereka dicantumkan di artikel sebagai penulis pendamping.
Mahasiswa sebagai penulis utama dan dosen sebagai penulis pendamping. Tentu saja naskah artikel yang telah selesai tetap perlu mendapat ulasan. Untuk kepentingan ini mahasiswa diarahkan mengikuti kegiatan konferensi. Sebuah forum ilmiah untuk presentasi artikel.
Di kegiatan konferensi, mahasiswa mempresentasikan artikel mereka di hadapan juri dan audien. Audien dan juri memberikan masukan bagi pengayaan dan pendalaman substansi isi artikel. Penulis kemudian melakukan penyempurnaan berdasarkan masukan-masukan tersebut.
Dari konferensi ini, mahasiswa mendapat pengalaman presentasi artikel dengan menggunakan bahasa asing. Juga diberi penghargaan berupa sertifikat sebagai presenter. Ada pula yang mendapat penghargaan sebagai best presenter. Selepas konferensi, mahasiswa belajar melakukan submit atau pengiriman artikel ke jurnal berbasis open journal system. Mereka mula-mula melakukan register dan submit artikel. Pengiriman artikel ke jurnal berbasis open journal system juga merupakan pembelajaran.
Bahkan, beberapa mahasiswa diarahkan untuk melakukan magang dalam pengelolan jurnal. Hal ini agar mahasiswa mengerti sirkulasi penerbitan artikel di jurnal ilmiah. Sirkulasi sejak pengiriman, peninjauan oleh bidang ahli, revisi artikel oleh penulis, upload ulang artikel revisi pada open journal system, editing dan layout, dan hingga artikel tersebut terbit.
259 Artikel Mahasiswa
Hari ini menurut catatan tanggal 14 Desember 2021 telah mencapai 259 artikel mahasiswa terbit di jurnal ilmiah. Sebagian besar dari keluaran matakuliah. Sebagian lainnya dari pelatihan penulisan artikel yang diselenggarakan komunitas mahasiswa. Sebagian yang lainnya lagi dari sidang tugas akhir dalam bentuk artikel ilmiah untuk meraih gelar sarjana. Juga dari penulisan mandiri di kalangan mahasiswa secara otonom.
Saat ini penulisan artikel di lingkungan mahasiswa bukan perkara yang sulit dan pelik lagi. Bukan merupakan hal yang asing. Artikel mahasiswa sudah ada best practice, ada role models, dan ada contoh. Juga ada manual, panduan, dan template. Selebihnya, ada jurnal ilmiah khusus untuk menerbitkan artikel-artikel mahasiswa. Beberapa mahasiswa juga bisa menulis artikel dengan melihat artikel teman mereka yang sudah terbit di jurnal.
Terlebih lagi dosen telah mulai menerapkan pembelajaran berbasis output dengan keluaran berupa artikel yang diterbitkan di jurnal ilmiah. Hari ini artikel-artikel terus diproduksi oleh mahasiswa. Sebagian ada yang masih dalam pengerjaan tahapan penulisan. Sebagian ada yang telah selesai merampungkan draf untuk bahan re-see tadi. Sebagian ada yang telah submit ke jurnal. Sebagian ada yang telah siap terbit di penghujung tahun 2021.
Mahasiswa menurut peraturan capaian pembelajaran lulusan mesti memiliki skill. Penulisan artikel bukan satu-satunya skill yang wajib dikuasai oleh mahasiswa. Ada banyak bidang skill yang dapat menjadi pendorong pengembangan kapasitas kreatifitas mahasiswa. Tapi penulisan artikel menjadi prestasi yang terukur. Terukur dari sisi kerapian, struktur penulisan, konten, publikasi ilmiah, dan produktivitas.
Terbukti latihan penulisan artikel bukan perkara yang pelik melalui sistem daring. Latihan menulis artikel semuanya hampir belangsung secara digital. Seperti mesti ada laptop, kuota internet, selancar untuk mengakses big data bagi pencarian sumber referensi, penggunaan aplikasi pengutipan, cek plagiasi, presentasi online, pengiriman artikel melalui open journal system, reviu, editing, layout, dan terakhir terbit.
Semua itu berlangsung secara digital. Kuliah daring menjadi momentum untuk latihan penulisan artikel. Ini keuntungan sistem daring sekarang ini. Akan tetapi, dari semua itu paling utama kemauan atau motivasi. Mahasiswa mesti memiliki motivasi untuk bisa. Dengan keyakinan bahwa penulisan artikel bukanlah bakat yang turun begitu saja dari langit. Melainkan murni skill yang semua orang pasti bisa dengan latihan. Beberapa mahasiswa terlihat kurang ditunjang oleh sarana, tetapi bisa mempublikasikan artikelnya di jurnal karena punya motivasi yang kuat.
Pilu serta menyedihkan ketika mahasiswa mesti prihatin. Tidak ada laptop. Ada laptop kadang eror harus install kadang rusak harus service. Kuliah ada juga yang nyambi kerja. Bantu orang tua. Bayar uang kuliah tunggal sendiri. Kadang sambil mengajar. Atau belajar jualan online. Dunia tak semanis yang dibayangkan. Realita tidak selalu seterusnya berpihak. Di saat yang sama tugas menumpuk. Harus latihan menulis artikel. “Pak, maaf progress latihan ku amat lambat,” kata salah seorang mahasiswa.
Ternyata banyak mahasiswa yang prihatin. Sederhana dan tidak terlalu beruntung dibanding yang lain. Tapi yang punya fasilitas juga belum tentu tuntas. Bisa jadi karena amat sibuk. Boleh jadi menunda kemampuan skill hingga di masa depan yang entah. Sebaliknya, yang prihatin banyak yang berhasil dan sukses. Berhasil justru karena prihatin. Allah pasti kasian –mencurahkan kasih sayang-Nya– terhadap orang yang prihatin. Banyak, peristiwa tak terduga. Ada banyak mahasiswa tanpa ditopang sarana dan prasarana justru berhasil publikasi artikel di jurnal ilmiah. “Selamat,” kata ku. “Kau pemenang,” kata ku lagi.
Publikasi artikel di jurnal merupakan outcome dari sebuah proses yang berupa tahapan. Outcome pasti akan mendatangkan benefit. Berupa pengetahuan praktis dan keterampilan teknis, apresiasi, penghargaan, anugerah, dan reward.
Juga dipastikan akan mendatangkan impact dimana artikel yang terbit akan dibaca oleh khalayak, sitasi oleh penulis lain, bukti publikasi ilmiah berharga untuk pengajuan beasiswa, dan jejak publikasi dapat dijadikan portofolio untuk memasuki dunia kerja, terlebih studi lanjut pascasarjana di dalam maupun di luar negeri.
Apakah latihan menulis artikel ilmiah melelahkan? Jelas melelahkan. Karena latihan ini merupakan usaha dari tidak bisa menjadi bisa. Dari tidak biasa menjadi biasa. Kadang tidak sempat bermain guitar. Tidak sempat nongkrong minum kopi. Terus kuliah online dirasakan ada jenuhnya juga. Begitulah manusia.
Dulu kuliah tertutup di dalam kelas terasa pengap. Butuh udara segar di luar. Sekarang kuliah online bisa berlangsung di mana pun. Tapi rindu pula ingin offline, ingin bertemu dengan teman-teman. Bertemu secara riil bukan perjumpaan virtual. Latihan menulis artikel terasa melelahkan. Juga reviu dan treatment melelahkan pula. Tapi usaha tidak pernah menghianati hasil. Hasilnya 5% mahasiswa di fakultas berhasil publikasi artikel di jurnal ilmiah.
Menulis artikel adalah pekerjaan silent. Tanpa teriak. Seperti bunga yang tumbuh lalu mekar. Tanpa berisik. Menulis kadang sendirian tanpa sesiapa pun. Untuk menemukan inspirasi kadang juga perlu pengasingan. Keluar dari suasana bising. Menyelesaikan draf butuh waktu.
Proses penerbitan butuh tahapan. Naskah pasti mesti direvisi kalau bukan reject. Ketika terbit kadang tidak ada apresiasi. Namun ketika terbit segala lelah seakan terbayar. Ketika artikel terbit bisa selebrasi. Lebih dari itu pada akhirnya bisa mengukur kapasitas skill diri sendiri. Mana yang masih terasa kurang. Mana yang mesti dipacu dan ditingkatkan lagi. Jadi ketika artikel terbit bolehlah menghargai kapasitas diri.
Di situ ukuranya. Di situ kemampuan yang bisa dicurahkan. Tentu pasti ingin meningkatkan lagi. Ingin membuka kapasitas skill lebih berkembang lagi. Berteman, berdiskusi, dan berbagi pengetahuan praktis dengan sesama teman dan kolega yang telihat berusaha mengupayakan publikasi. Belajar dan berguru pada orang produktif. Bersyukur hingga pada titik ini dengan tetap kapsitas mesti lebih dikembangkan lagi.
Bagi mahasiswa, skill menulis artikel mungkin belum dirasakan manfaatnya. Untuk apa? Bisa jadi ada yang bertanya begitu. Ku sampaikan “dunia di masa depan sangat membutuhkan skill.” Penulisan artikel ilmiah masih merupakan skill yang langka. Peristiwa publikasi artikel mahasiswa di jurnal ilmiah masih merupakan peristiwa yang langka pula. “Yakinlah, skill penulisan artikel ilmiah akan sangat dibutuhkan di masa depan,” kata ku lagi. “Dalam waktu dekat dunia butuh skill itu,” kata ku.