KABARINDAH.COM — Konsep entrepreneurship sering mengalami penyempitan makna. Wakil Ketua Majelis Ekonomi Kewirausahaan (MEK) PP Muhammadiyah, Ahmad Syauqi Soeratno menyebut itu wajar, sebab diksi tersebut lebih sering diperbincangkan di dunia bisnis.
Menurut Syauqi, padahal jika dilihat lebih luas dan kompleks, dalam diksi entrepreneurship terdapat nilai-nilai yang aplikatif dalam dunia lapangan kerja, bukan hanya bagi pengusaha atau wirausaha.
Nilai-nilai tersebut diantaranya adalah kreativitas, keterbukaan pola pikir, keberanian mengambil risiko, kemampuan memecahkan masalah, ketabahan menghadapi tantangan, dan komunikasi efektif.
“Nilai-nilai unggul pembentuk karakter tersebut sering kita jumpai di dunia usaha sebenarnya juga diperlukan di berbagai profesi yang lain, di zaman disrupsi ini,” ucapnya.
Pandangan yang komprehensif tersebut dimaksudkan supaya dalam memahami dunia kerja dan bisnis, kaum muslim tidak gagap dan terkurung dalam diksi-diksi sempit.
Di sisi lain, konsepsi entrepreneurship yang diluaskan juga penting untuk memahami proses dan dukungan lingkungan belajar. Menurutnya, dua hal itu yang mampu menjadi pendorong tumbuh kembangnya nilai-nilai entrepreneurship di dunia akademik.
Sudut pandang baru yang digunakan akan memiliki kekhasan tersendiri dalam pendidikan. Sebab, kata Syauqi, menghasilkan lulusan yang memiliki pandangan berbeda menuntut proses pematangan berbeda. Pola pandang tersebut diharapkan menghasilkan lulusan yang kompetitif, karena memiliki nilai lebih dari pada yang lain.
“Bahwa nilai-nilai di atas sangat penting dimiliki setiap orang. Apalagi bagi para mahasiswa, sebagai Soft Skills yang justru akan membawa mereka pada keberhasilan dan kemanfaatan di dunia kerja yang sebenarnya,” imbuhnya.
Wakil Ketua MEK PP Muhammadiyah mengapresiasi kampus-kampus Muhammadiyah yang beritikad untuk memperbanyak lulusan yang melek, dan paham dunia bisnis. Karena mencetak pebisnis muslim yang tangguh dan siap bersaing di kancah yang lebih luas itu tidak mudah. (Muhammadiyah.or.id)