Oleh Dr Hj Arfiani Yulianti Fiyul MM
Ketua Yayasan Jasmine Solusi/ Trainer Motekar Provinsi Jawa Barat/ Asesor BAN PAUD Prov. Jabar/ Dosen Pascasarjana
Baru-baru ini, Komisi X DPR RI menggelar Rapat Kerja bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim di Kompleks Parlemen, Jakarta. Rapat tersebut membahas sejumlah isu penting di dunia pendidikan, salah satunya terkait persiapan pembelajaran tatap muka (PTM) pada tingkatan TK, SD, SMP, hingga SMA Juli 2021 mendatang.
Semoga pembelajaran tatap muka PTM) pada tingkatan TK, SD, SMP dapat segera terealisasi. Sebab, pada tingkatan pendidikan itu pembelajaran jarak jauh (PJJ) sangat banyak menghadapi terkendala. Antara lain, faktor sinyal, faktor daya tangkap anak, dan terlebih pada anak usia TK mereka masih memerlukan praktik pendidikan bermain sambil belajar serta bersosialisasi. Begitu pula anak usia SD dan SMP masih membutuhkan bimbingan secara langsung.
Sudah setahun para siswa belajar dari rumah (BDR). Selama pandemi Covid-19 ini, anak-anak yang sebelumnya banyak memegang buku pelajaran, kini lebih banyak memegang handphone. Anak-anak menggunakan handphone bukan hanya untuk belajar, namun juga bermain gim ataupun hal-hal lain yang banyak menghabiskan waktu. Akibatnya, banyak anak yang menomorduakan belajar.
Oleh karena itu, untuk menyambut PTM, maka anak-anak sekolah ini harus kembali dimotivasi dalam hal pola belajarnya. Jadi, ada beberapa hal yang harus dilakukan atau dipersiapkan untuk meng-upgrade kembali kemauan anak-anak yang selama setahun ini bermalas-malasan di rumah dengan waktu belajar yang sedikit. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan.
Pengertian Belajar
Untuk mengingatkan lagi, bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada proses belajar yang dialami siswa sebagai peserta didik. Bagaimanapun juga proses belajar yang dilakukan seseorang, tergantung dari pandangannya tentang aktivitas belajar. Bila keberhasilan belajar tergantung dari pandangan belajar anak, maka saat ini karena Belajar Dari Rumah (BDR) atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dijalani oleh anak sekolah, maka dampaknya sangat banyak.
Seperti, anak sekolah mengacuhkan soal pelajaran, bahkan ada peserta didik yang mengabaikan tidak mengikuti ujian ketika kegiatan PTS (Penilaian Tengah Semester) yang dilaksanakan oleh sekolah. Berdasarkan keluhan beberapa guru sekolah, kadang tugas harian yang diberikan setiap kali ada pembelajaran, itupun suka diabaikan bahkan tidak dikerjakan sebagian siswa.
Iklim dan cara belajar anakpun jadi berubah. Sebelumnya, pagi hari anak bersiap berangkat ke sekolah dan berkumpul dengan temannnya. Lalu, memulai pelajaran sekolah dengan sesuai jam pelajaran. Tapi, kini suasana ini sudah setahun tidak dilakukan. Dan anak sekolah seolah sudah lupa akan bagaimana belajar dengan tekun dan bagaimana belajar dengan waktu yang tepat.
Mungkin saja anak sudah tidak disiplin dengan waktu belajarnya. Maka dari itu menjelang PTM, maka gaya anak harus mulai diubah untuk mengembalikan suasana belajar yang hampir tidak terbiasa lagi. Selama setahun ini anak-anak belajar di depan Televisi atau sambil memegang handphone.
Walker seorang pakar pendidikan dalam “Conditioning and Instrumental Learning” mengemukakan arti belajar dengan kata-kata yang singkat, yakni “Perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman.” Jadi, karena anak sekolah tugasnya adalah belajar dari pengalaman di rumah maupun di sekolah, maka belajar merupakan suatu kegiatan yang sangat mendasar dalam kegiatan mendidik dan pendidikan
Hakikat belajar
Hakikat belajar sangat penting diketahui untuk dijadikan pegangan dalam memahami secara mendalam masalah belajar. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.
Mengalur pada pembelajaran berarti ada proses tidak tahu menjadi tahu. Sehingga, ada perubahan yang baik diharapkan hasil pada proses pembelajaran itu. Namun Pandemi Covid-19 membuat kegiatan belajar berubah, sehingga motivasi anak untuk sekolah agak kendor.
Nah, yang harus dilakukan saat ini adalah membuat suatu perlakuan pada peserta didik atau anak sekolah agar kemauan belajarnya kembali tumbuh, yaitu dengan cara meng-upgrade. Apa saja yang harus dilakukan untuk meng-upgrade anak sekolah sehingga pada waktu PTM kembali dimulai anak-anak sudah bisa langsung menyesuaikan dirinya? Apa yang harus dilakukan orang tua agar bisa bersinergi dengan gurunya?
Baik guru maupun orang tua harus mampu memotivasi anak-anak dan peserta didiknya. Sebab, motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu, yakni ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Dengan demikian motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu, harus ada yang upgrade sehingga bisa membantu menggairahkan peserta didik untuk belajar tatap muka di masa pandemi.
Membangkitkan Motivasi Belajar
Pertama, memperjelas tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang jelas dapat menumbuhkan minat anak sekolah untuk belajar. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi belajar anak sekolah tersebut . Oleh sebab itu guru perlu menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai sebelum proses pembelajaran dimulai.
Kedua, membangkitkan minat anak sekolah. Anak sekolah akan terdorong untuk belajar, manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat anak sekolah, diantaranya: gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi.
Ketiga, menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar. Di awal Pembelajaran Tatap Muka suasana sekolah harus membuat anak bahagia dan menyenangkan.
Keempat, berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan anak. Dan Berilah komentar terhadap hasil kegiatan anak sekolah selama belajar di rumah. Berbagai upaya perlu dilakukan guru agar proses pembelajaran berhasil. Guru harus kreatif dan inovatif dalam melakukan tugas pembelajaran.
Para orang tua pun harus turut membantu anak-anaknya agar siap menghadapi Pembelajaran Tatap Muka.
Pertama, atur kembali semua yang selama setahun tidak begitu teratur. Sebelum dimulai pembelajaran tatap muka langsung, maka mulailah di jadwal dengan baik, bisa diatur jadwal bangun dan jadwal tidurnya. Manajemen waktu ini harus dimulai dari orang tua. Karena, bahwa waktu seorang anak banyak dihabiskan bersama orang tuanya dirumah
Kedua, meningkatkan kemauan belajarnya dengan cara fokus pada tujuan. Menentukan tujuan atau terget-target yang ingin dicapai dalam hidup akan memberi motivasi tersendiri untuk terus belajar.
Ketiga, menghindari stress. Karena stres adalah musuh semua orang, termasuk anak sekolah yang sedang belajar. Maka, baik orang tua maupun seorang guru pendidikan harus dapat membantu anak sekolah untuk mencegah dan melepaskan stres saat akan masuk pembelajaran Tatap Muka. Meski sebenarnya PTM ini sangat ditunggu, hanya saja karena sudah setahun mengikuti BDR, maka stres pada anak perlu diantisipasi. Biarkan anak bermain bersama temannya atau menyediakan waktu istirahat, serta belajar yang menyenangkan.
Keempat, lingkungan belajar yang kondusif. Ketika PTM sudah dimulai, maka sediakan lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini bisa membantu anak merasa nyaman dan bersemangat saat belajar di sekolah. Pastikan ruangan cukup tenang, minim distraksi, dan memiliki pencahayaan yang cukup terang. Berikan hidangan sebelum anak mulai belajar dan sediakan minum selama ia belajar, sehingga rasa lapar tidak mengalihkan perhatiannya saat belajar.
Kelima, ciptakan sensasi belajar baru. Rutinitas berperan penting dalam kehidupan anak sekolah. Oleh karena itu, memiliki agenda belajar yang rutin dapat membantu proses belajarnya. Buat ulang agenda belajar bersama anak sekolah, untuk membuatnya sadar dan lebih terikat lagi kemauan untuk belajar. Catat tenggat waktu tugas diselesaikan, berapa lama waktu belajar, durasi istirahat, dan tugas prioritas.
Keenam, menghadiahi pencapaian. Hargai dan rayakan berbagai pencapaian anak di sekolah, meski pencapaian yang paling kecil sekalipun. Cara ini merupakan dukungan positif yang bisa menginspirasi dan menantang anak sekolah untuk semangat belajar. Tapi jangan jadikan hal ini sebagai patokan keberhasilannya, pastikan penghargaan dilakukan dengan penuh makna dan dengan cara yang tepat.
Motivasi dan upgrade yang baik dapat dilakukan oleh guru sekolah dengan bersinergi bersama orang tua agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, efektif dan efisien. Wallahu a’lam bishawab. (*)