Hakikat Kepemimpinan dalam Organisasi

Oleh Lia Trinuari Wahyuni SPdI MPd
Magister PAI STAI Sukabumi

 

Apa itu pemimpin? Kita pasti sering mendengar kata pemimpin. Bahkan, dalam Hadits pun dengan tegas disebutkan bahwa semua dari kita adalah pemimpin dan harus mempertanggungjawabkan apa yang kita pimpin.

Abdullah bin Umar mengatakan, Rasulullah SAW bersabda: “Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang pemimpin umat manusia adalah pemimpin bagi mereka dan ia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya atas mereka. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia bertanggung jawab atas mereka. Seorang wanita adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya, dan ia bertanggung jawab atas mereka. Seorang budak adalah pemimpin bagi harta tuannya, dan ia bertanggung jawab atasnya. Maka setiap dari kalian adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (HR Abu Dawud).

Dalam sejarah peradaban manusia banyak ditunjukkan bahwa faktor keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi tergantung pemimpinnya. Kita tidak bisa menafikkan, saat seorang pemimpin lemah, maka pengikutnya pun ikut lemah. Saat kita salah memilih seorang pemimpin, maka tunggulah kehancurannya. Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi prestasi organisasi, karena kepemimpinan merupakan aktivitas utama untuk mencapai suatu tujuan organisasi (Gitosudarmono dan Sudita, 2000).

Baca Juga:  Etika Politik: Fondasi Moral Dalam Pengelolaan Kekuasaan

Lalu seperti apakah seorang pemimpin yang baik itu? Seorang pemimpin bukan berarti harus seorang yang ditakuti atau disegani, tapi seorang yang bisa menciptakan sinergi semangat kerja terhadap yang dipimpinnya. Kepemimpinan adalah tindakan atau upaya untuk memotivasi atau memperngaruhi orang lain agar mau bekerja atau bertindak kearah pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan atau kepemimpinan merupakan suatu tindakan sesuatu menjadi kenyataan (Kusnadi dkk, 2005).

Menjadi pemimpin adalah tanggung jawab besar, bukan sebuah keistimewaan. Pada saat kita bisa menjalankannya dengan baik, maka pahala dan prestasi besar. Pemimpin itu harus banyak berkorban, bukan mengutamakan kepentingan. Pemimpin itu harus kerja keras, bukan hanya bersantai. Pemimpin itu melayani bukan sewenang-wenang. Dan pemimpin itu teladan, bukan pengekor.

Seorang pemimpin bukan hanya bisa memerintah, tapi seorang pemimpin haruslah senantiasa mendampingi bekerja bersama-sama. Seperti halnya kepemimpinan Rosulullah SAW. Dalam sejarah dikatakan bahwasanya Nabi Muhammad SAW merupakan sosok pemimpin yang paling berpengaruh sepanjang hidup umat manusia. Bahkan, ini diakui oleh seorang penulis Barat dalam bukunya “The 100, a Rangking of The Most Influential Persons in History”.

Baca Juga:  Transformasi Digital, Kemenag-BSSN Urus Informasi Layanan Keagamaan

Hal itu menunjukan bahwa Nabi SAW memiliki kecerdasan manajerial yang tinggi dalam mengatur, mengelola dan menempatkan anggota masyaratkatnya dalam berbagai posisi sesuai kemampuan. Dalam menjalankan kepemimpinannya Nabi Muhammad SAW selalu mengedepankan akhlak mulia.

Beliau SAW adalah pribadi yang menyenangkan, santai, terbuka, tidak keras, tidak mencela, tidak menuntut, tidak menggerutu, tidak mengulur waktu dan tidak tergesa-gesa dan tidak pernah menyalahkan.

Setidaknya ada 9 gaya kepemimpinan:

1. Otokratis. Pemimpin seperti ini lebih mengedepankan kekuasaanya dan tidak mengindahkan masukan dari anggotanya

2. Birokrasi. Kepemimpinan seperti ini tetap dalam kendali kekuasaan, prosedur dan aturan yang dibuat pemimpinnya tanpa melibatkan anggota, sedangkan anggota hanya berkewajiban mentaatinya.

3. Partisifatif. Kepemimpinan seperti ini ide dapat mengalir dari anggota, pemimpin memberikan ruang gerak dan kepercayaan kepada anggotanya dalam pembuatan suatu keputusan.

4. Delegatif (Laissez-faire). Kepemimpinan seperti ini memberikan kebebasan anggotanya secara mutlak.

5. Transaksional. Kepemimpinan yang selalu memberikan reward kepada anggotanya saat anggota mampu memberikan kinerja yang baik.

6. Transformasional. Kepemimpinan yang selalu memberikan semangat dan sinergi yang baik sehingga mempengaruhi dan menumbuhkan juga rasa semangat terhadap anggotanya, biasanya pemimpin yang ikut turun bekerja bukan hanya memerintah.

Baca Juga:  Nabi Muhammad, Pusat Keteladanan: Bersabarlah Supaya Kamu Bahagia!

7. Servant. Kepemimpinan yang selalu mementingkan kebutuhan untuk melayani anggotanya, memahami anggotanya dan mengesampingkan kebutuhan dan kepentingan diriya sendiri.

8. Karismatik. Kepemimpinan yang penuh percaya diri yang menimbulkan rasa emosional kepercayaan atau keyakinan anggotanya untuk mengikuti segala bentuk arahan dari pimpinannya.

9. Situasional. Kepemimpinan yang mengimbangkan kemampuan anggotanya yakni dengan melihat perkembangan bagaimana kesiapan anggotanya dalam melaksanakan pekerjaan.

Dari macam-macam gaya atau karakter kepemimpinan seperti yang disebutkan di atas, tentunya ada positif dan negatifnya. Namun, kita sebagai manusia yang mengedepankan akhlak, maka harus memilih karakter yang tetap dalam koridor memanusiakan manusia. Walaupun bagaimanapun semua orang memiliki kelemahan, kekurangan dan kepentingan. Tidak ada yang sempurna dalam sebuah urusan, kesempurnaan adalah milik Allah. Wallahu a’lam. (*)