KABARINDAH.COM — Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat, kembali menerima pasien dengan kategori orang tanpa gejala (OTG). Kebijakan ini kembali diterapkan seiring menurunnya pasien COVID-19 yang menjalani perawatan di RS tersebut sebagai dampak pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
“Di RSDC juga mengalami penurunan untuk kasus yang terkonfirmasi. Sebenarnya, sejak 24 Januari 2021 sudah mulai menurun. Ditambah lagi dengan pemberlakuan PPKM,” kata Kepala Sekretariat RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kolonel Laut (K) dr RM Tjahja Nurrobi M.Kes SpOT (K) Hand, di Jakarta, Selasa.
Hal tersebut disampaikannya saat talkshow bertema “Update RS Darurat Wisma Atlet: Dampak PPKM Terhadap Tingkat Hunian Rumah Sakit”, yang disiarkan secara langsung dari Media Center Graha BNPB, Jakarta.
Nurrobi menyebutkan tingkat keterisian tempat tidur atau BOR (bed occupancy ratio) di RSDC Wisma Atlet sudah hampir 50 persen.
Menurut dia, RSDC Wisma Atlet sebelumnya memang merawat pasien OTG, tetapi seiring dengan adanya peningkatan jumlah pasien beberapa waktu lalu terpaksa hanya merawat pasien yang bergejala saja.
Akan tetapi, kata dia, seiring dengan adanya penurunan jumlah pasien maka diputuskan untuk kembali menerima pasien OTG, di samping tetap menerima pasien bergejala.
Nantinya, Wisma Atlet di Pademangan yang sebelumnya difungsikan untuk merawat pasien OTG akan disiapkan khusus menerima pasien dari luar negeri atau repatriasi.
“Mulai hari ini, kami menerima kembali pasien OTG. Jadi, (menerima) OTG maupun pasien yang bergejala. Sebagai informasi, pasien (dengan gejala) berat yang dirawat sekarang tinggal 10 persen saja,” katanya.
Dengan kembalinya RSDC Wisma Atlet menerima pasien OTG, Nurrobi berharap bisa membantu mengurangi risiko munculnya klaster-klaster, seperti klaster keluarga, perkantoran, dan sebagainya.
Meski jumlah pasien menurun, Nurrobi mengatakan pihaknya tetap waspada dengan kemungkinan terjadinnya kenaikan seiring dengan libur panjang Imlek 2021.
“Tentu sudah kami antisipasi. Biasanya, setelah ‘long weekend’, dua minggu setelah ‘long weekend’ ad sedikit peningkatan seperti ‘long weekend’ yang sudah-sudah. Mudah-mudahan saja tidak,” harapnya. (Ant)