Kabar  

Prof Arif Satria Bahas Inovasi Teknologi dan Kewirausahaan pada Kuliah Umum UIN Bandung

KABARINDAH.COM– Dalam rangka penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan IPB University, UIN Sunan Gunung Djati Bandung menggelar Kuliah Umum bersama Prof Arif Satria, SP., M.Si yang membahas tentang Inovasi Teknologi Informasi dan Kewirausahaan Universitas di Era Industri 4.0 dan Society 5.0 yang berlangsung di gedung Pendidikan Profesi Guru (PPG), Kampus II, Senin (03/05/2021).

Kuliah umum diawali dengan melakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Rektor IPB University Prof Arif Satria, SP., M.Si dengan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si

Prof. Mahmud sangat mengapresiasi kehadiran Rektor IPB dalam acara Kuliah Umum untuk penguatan lembaga menuju kampus ungggul dan kompetitif berbasis merdeka belajar kampus merdeka (MBKM). “Saya atas nama pimpinan mengucapkan terima kasih, kerjasama sangat penting untuk kita saling bersinergi mendorong lembaga agar unggul dan kompetitif. Kita sudah sepatutnya belajar ke IPB, terutama yang berkaitan dengan inovasi teknologi informasi dan kewirausahaan dalam rangka menerapkan kebijakan Medeka Belajar Kampus Merdeka,” tegasnya.

Baca Juga:  Dinkes Sukabumi Siapkan Pelayanan Kesehatan Selama Arus Mudik Lebaran

Prof Arif Satria mengawali pemaparannya dengan fakta saat ini dunia tengah dihadapkan dengan suasana disrupsi yang menuntut manusia untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Ia mengutip pernyataan Darwin bahwa mereka yang akan survive bukanlah yang terkuat dan terpintar semata, tetapi mereka yang responsif terhadap perubahan.

“Oleh karenanya kemampuan kita dalam mencermati perubahan inilah yang menjadi kata kunci,” ujar Prof Arif memberikan penekanan.

Pada satu sisi memang benar bahwa era revolusi industri 4.0 dapat menyebabkan hilangnya 3500 pekerjaan, namun disrupsi tersebut pada akhirnya membangun 19.600 pekerjaan baru di lapangan dengan tuntutan kualifikasi-kualifikasi baru.

“Dari sini terlihat bahwa perubahan teknologi sebenarnya memberikan opportunity yang lebih banyak,” tegas Prof Arif Satria optimis.
Prof Arif Satria kemudian memberikan contoh perubahan dunia kerja, yang mana saat ini untuk memiliki perusahaan transportasi, tidak lagi harus memiliki banyak kendaraan. Begitu pun dalam berbisnis penginapan, kita tidak harus memiliki banyak bangunan secara fisik. Maka di dunia pendidikan untuk menghasilkan para lulusan yang terkualifikasi, tidak harus membangun sebuah universitas.

Baca Juga:  Psikologi UIN SGD Jalin Kerja Sama dengan Puspaga Bandung

“Mungkin kita akan berpikir bahwa saingan Universitas Negeri Makassar adalah perguruan tinggi lain, tapi ternyata tidak sepenuhnya benar, saat ini telah muncul Google Career Certificates, Google menawarkan pendampingan kursus hingga mendapatkan pekerjaan,” katanya.

Menghadapi era ketidakpastian ini tidak bisa dilakukan sendiri melainkan harus berkolaborasi. Salah satu cara melatih kemampuan kolaborasi mahasiswa adalah dengan adanya projek skripsi berkelompok. Saat ini sudah masanya penerapan interdisiplin, sehingga mahasiswa dari berbagai jurusan akan saling bertukar perspektif dan melatih untuk meletakkan toleransi diatas egoisme sektoral.

Di dalam pemaparannya, Prof Arif memberikan beberapa contoh inovasi IPB University dalam bidang pertanian dengan memanfaatkan sains data. Di antaranya adalah platform Ecosystem yang merupakan sistem pintar untuk untuk mendeteksi konversi lahan, Fire Risk System yang menyediakan informasi tingkat kerentanan dan prakiraan risiko kebakaran lahan dan hutan, Smart Seeds yang merupakan layanan informasi pemupukan dan irigasi untuk berbagai komoditas sayur, Smart Integrated Pest Management yang mampu mendeteksi penyakit tanaman secara cepat dengan menggunakan aplikasi smartphone, serta aplikasi hasil inovasi pertanian lainnya seperti Preci Palm, FASTREX, aplikasi deteksi kematangan buah, dan masih banyak aplikasi lainnya.

Baca Juga:  Semakin Bangga Kuliah di UIN Bandung. Inilah 20 Prestasi Selama Semester Genap 2023

“Saat ini sains data adalah kekuatan yang besar, sehingga di masa depan visi Indonesia tidak lagi hanya kedaulatan pangan atau energi tetapi juga kedaulatan data,” pungkas Prof Arif Satria.