Bisnis  

Tren Digital, Bank Syariah Indonesia Kolaborasi dengan Perusahaan Fintech

KABARINDAH.COM – Manajemen PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI mengungkapkan persiapan dan strategi perusahaan di tengah cepatnya penetrasi bank-bank yang menuju layanan digital di Tanah Air seiring dengan perubahan karakteristik nasabah saat ini.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan memang terjadi transformasi digital di sektor perbankan nasional. Hal itu terlihat dari tren munculnya bank digital di Tanah Air.

Kehadiran bank-bank digital juga mendapat respons publik, masyarakat, dan juga investor pasar modal yang tercermin dari harga saham bank-bank kategori ini yang terus meningkat dengan kapitalisasi pasar (market capitalization) yang juga naik.

“Bank digital memang hot ya, dulu kita gak melihat itu, tapi kini ada bank digital yang gak punya cabang, bisa listed [tercatat di Bursa Efek Indonesia] dan market cap [kapitalisasi pasarnya] tumbuh, aset gak besar, fisik [kantor cabang] juga ga ada, memang ini masyarakat sudah believe [percaya] bahwa ini [bank layanan digital] adalah bank masa depan,” kata Hery dalam pertemuan terbatas dengan media massa secara virtual, di Jakarta.

Sebab itu, mantan Direktur Utama PT Bank Syariah Mandiri periode 2020 – 2021 ini menegaskan perseroan terus berbenah dan meningkatkan kapasitas sistem di tengah akselerasi bank-bank layanan digital ini.

Sebagai informasi, BSI adalah gabungan tiga bank syariah BUMN yang merger pada 1 Februari 2021. Ketiganya yakni PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM), dan PT Bank BNI Syariah (BNIS).

Hery mengungkapkan ada banyak persiapan yang akan dilakukan di antaranya mempercepat kapasitas digitalisasi, meningkatkan stabilitas sistem mobile, menambah dan memperbaharui fitur-fitur (enhance), dan fokus pada peningkatan pengalaman pengguna atau user experience (UX) yang menitikberatkan pada bagaimana pengalaman pengguna dalam berinteraksi/menggunakan produk digital.

Baca Juga:  Bitcoin dan Ethereum Kembali Lesu, Malahan Kripto Ini yang Melesat 48% dalam Sepekan!

“Transformasi digital di perbankan syariah kami akan dilakukan, dengan stabilisasi sistem mobile, dan upgrade kapabilitas sistem dengan melakukan pembaruan-pembaruan fitur enhance, user experience, compare dengan sistem mobile banking kami,” kata mantan Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk tahun 2020 ini.

Selain itu perseroan juga memproses transaksi open banking melalui fitur Application Programming Interface (API) yang dikembangkan sebagai bentuk kolaborasi perbankan dengan perusahaan financial tecknology (fintech).

“Kami juga membuka diri dengan kerja sama, sudah dan sedang bikin API, kami juga kerja sama dengan e-commerce, fintech, dengan payment sistem agar kita tidak terisolasi [dalam hal sistem pembayaran],” kata Hery.

Secara kinerja digital, BSI juga mencatatkan pertumbuhan layanan digital hingga semester I-202. Pada periode hingga Juni 2021 itu, volume transaksi kanal digital BSI tumbuh signifikan.

Hingga Juni 2021, nilai transaksi kanal digital BSI sudah menembus Rp 95,13 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari transaksi melalui layanan BSI Mobile yang naik 83,56 % secara yoy (year on year).

Jika dirinci, sepanjang Januari-Juni 2021, volume transaksi di BSI Mobile mencapai Rp 41,99 triliun. Jumlah tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 109,82% secara yoy. Hal ini didorong oleh jumlah user mobile banking yang menembus 2,5 juta pengguna.

Pada 6 bulan pertama tahun ini, BSI berhasil menorehkan kinerja impresif dengan membukukan laba bersih Rp 1,48 triliun, naik 34,29% secara year on year (yoy), dari periode yang sama tahun lalu Rp 1,1 triliun.

Baca Juga:  Tips Zilingo: Inilah 5 Langkah Merintis Bisnis Hijab dengan Brand Mandiri

Dalam konferensi pers kinerja pada Jumat (30/7/2021), Hery mengatakan kenaikan laba pada semester I tahun ini dipicu oleh pertumbuhan pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK) yang berkualitas, sehingga biaya dana dapat ditekan. Hal itu mendorong kenaikan pendapatan margin dan bagi hasil yang tumbuh sekitar 12,71% secara yoy.

“Untuk meningkatkan kinerja, pada tahun ini BSI fokus untuk menjaga kualitas pembiayaan dan memanage coverage ratio dengan tetap mendorong pertumbuhan bisnis yang sehat dan akselerasi kapasitas digital dan operasional,” kata Hery.

Dia mengatakan, dengan pertumbuhan laba yang signifikan, BSI dapat meningkatkan rasio profitabilitas. Hal itu ditandai dengan meningkatnya ROE (Return on Equity) dari 11,69% per Juni 2020 menjadi 13,84% per Juni 2021.

Pada semester I 2021 bank syariah milik Himbara (Himpunan Bank-bank Milik Negara) itu telah menyalurkan pembiayaan hingga Rp 161,5 triliun. Jumlah tersebut naik sekitar 11,73% dari periode yang sama pada 2020 yang sebesar Rp 144,5 triliun.

Porsi terbesar disumbangkan segmen konsumer yang mencapai Rp75 triliun atau setara 46,5% dari total pembiayaan.

Adapun segmen korporasi sebesar Rp36,7 triliun atau sekitar 22,8%. Kemudian segmen UMKM yang mencapai Rp36,8 triliun setara 22,9% dan sisanya segmen komersial Rp10 triliun atau sekitar 6,2%.

Pada paruh pertama tahun ini, BSI pun tetap mampu menjaga kualitas pembiayaan yang positif. Terbukti dengan tren penurunan non performing financing (NPF) gross dari 3,23% pada semester I 2020 menjadi 3,11% pada enam bulan pertama tahun ini.

Baca Juga:  Wapres KH. Ma'ruf Amin Curhat: Literasi Keuangan Umat Islam Masih Jauh dari Harapan

Untuk meningkatkan prinsip kehati-hatian, BSI juga telah mencadangkan cash coverage sebesar 144,07% sampai semester I 2021. Sedangkan dari sisi liabilitas, penghimpunan DPK BSI sampai semester I 2021 mencapai Rp216,36 triliun, naik 16,03% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020 yang sebesar Rp186,49 triliun.

Pertumbuhan tersebut didominasi oleh peningkatan dana murah melalui layanan jasa keuangan giro dan tabungan yang sebesar 54,81% dari total DPK. Hal itu menurunkan biaya dana atau cost of fund dari 2,78% pada semester I 2020 menjadi 2,14% pada paruh pertama tahun ini.

Dengan kinerja tersebut BSI berhasil mencatatkan total aset sebesar Rp247,3 triliun hingga Juni 2021. Torehan itu naik sekitar 15,16% secara yoy. Pada periode yang sama tahun lalu total aset BSI mencapai Rp214,7 triliun.

Dengan kinerja finansial tersebut, Bank Syariah Indonesia masuk dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset.

Dari sisi jaringan, Bank Syariah Indonesia didukung oleh lebih dari 1.300 kantor cabang, lebih dari 2.400 jaringan ATM, serta didukung lebih dari 20.000 karyawan yang tersebar di seluruh Nusantara.