KABARINDAH.COM- Salah satu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) di Program Studi Manajemen Keuangan Syariah, menurut paparan Ketua Prodi Manajemen Keuangan Syariah, ialah untuk membentuk sarjana ekonomi yang menjadi pelaku dan pengelola lembaga keuangan syariah, salah satunya perbankan syariah.
Maka upaya mengimplementasi hal tersebut melalui Pelatihan Manajemen Keuangan Perbankan Syariah yang digelar bersama Bank Syariah Indonesia (BSI) di Aula Lantai Empat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Selasa, (29/11/2022).
Pelatihan ini menghadirkan Branch Manager BSI KCP Antapani, Adi Santika dan Pawning Sales Officer BSI KCP Ujung Berung, Revi Faizaturrahmah dengan dimoderatori oleh Dosen FEBI Aqmary Zhafarina.
Dalam sambutannya, Wakil Dekan I FEBI, Dr. Deni Kamaludin Yusup, M.Ag., CIFA sangat mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, ini merupakan sinergitas dan kerjasama yang saling menguntungkan antara perguruan tinggi (Prodi) dengan lembaga professional (keuangan dan perbankan) untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang berorientasi pada peningkatan dan kualifikasi lulusan.
Dr. Deni Kamaludin Yusup juga menyampaikan, kegiatan ini juga salah satu upaya untuk mengimbangi ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan akademik dan professional dengan perkembangan inklusi keuangan syariah di masa depan.
“SDM yang berkualitas dan professional dapat meningkatkan peran dan fungsi lembaga keuangan syariah dalam memecahkan setiap masalah ekonomi di masyarakat. Saya juga berterimakasih kepada BSI karena sudah bersedia membantu Prodi menyiapkan lulusan yang berkualitas dan professional melalui pelatihan ini,” jelasnya.
Wadek I, aktivitas mahasiswa di perguruan tinggi hendaknya tidak lagi berkutat hanya pada kegiatan akademik di dalam kelas namun perlu didukung dengan melibatkan diri dalam berbagai pelatihan professional dibidang keuangan dan perbankan agar kelak setelah lulus mampu menjawab kebutuhan dunia kerja.
Ketua Prodi Manajemen Keuangan Syariah, Dr. H. Dadang Husen Sobana, M.Ag., dalam sambutannya mengatakan “Pelatihan ini berbeda dengan seminar, lokakarya atau symposium, mahasiswa disini akan diajari secara praktis dan praktik bagaimana menjadi Teller, Customer Service, back office, dan lain sebagainya,” kata Kaprodi.
“Tahun ini kita berhasil menggandeng BSI sebagai bank syariah terbesar di Indonesia untuk menjadi instruktur dalam pelatihan ini. Terimakasih banyak, dan semoga ke depannya terus berlanjut kerja sama dengan BSI. Dan ke depannya kita akan coba laksanakan pelatihan lembaga keuangan syariah lainnya.” tutup Kaprodi.
Pemateri pertama, Adi Santika menyampaikan peluang perbankan syariah adalah (1) Indonesia sendiri sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan peran ekonomi dan keuangan syariah; (2) Meningkatnya industri halal Indonesia dimana pada tahun 2020, nilai perdagangan industri halal Indonesia telah mencapai US$ 3 miliar dengan tren yang meningkat; dan (3) Perbankan syariah fokus melakukan pengembangan sektor riil, khususnya UMKM.
Sedangkan tantangan perbankan syariah diantaranya (1) Market share industri jasa keuangan Syariah masih relatif kecil, yaitu sebesar 9,90% dari aset industri keuangan nasional; (2) Literasi dan inklusi keuangan syariah yang juga rendah, di mana masih 0,93% untuk indeks literasi dan 9,1% untuk inklusi syariah. Sedangkan, secara nasional, indeks literasinya sudah 38,03% dan inklusi keuangan 76,19%; dan (3) Lembaga Keuangan Syariah harus memiliki infrastruktur yang kuat dan lengkap.
Selanjutnya, pemateri kedua, Revi Faizaturrahmah, memaparkan materi tentang service mindset “service is not just a job” dan service standardization. Dalam service standardization, service yang harus dilakukan adalah ultimate service level. Dimana ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu sikap, skill, dan penampilan.
Menurut pemaparan Revi Faizaturrahmah, dalam sikap seorang servicer harus tersenyum, melakukan kontak mata, memperhatikan postur tubuh, cara berjalan, cara mengatupkan tangan di dada. Sedangkan, skill yang harus dimiliki adalah memahami ketentuan service, memiliki digital intelektual, solutif, dan harus sigap dan cekatan. Terakhir, penampilan yang harus dimiliki adalah well grooming dan sesuai standar operasional prosedur.