Oleh Tina Haryati, MPd
(Alumnus Magister STAI Sukabumi)
“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih (berbicara). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR al-Baihaqi dan ath-Thabarani).
Makna hadis di atas adalah bahwa manusia sejak lahir memiliki sifat pembawaan yang kuat diatas Islam. Akan tetapi tentu perlu adanya pembelajaran Islam berupa sikap dan tindakan yang dilakukan oleh orang tua agar anak-anak menafaki fitrah keislamannya sebagai pondasi dasar kehidupan dan pembentukan karakter mulia sebagaimana yang diajarkan Islam.
Tetap berjalan lurus dalam karakter keislaman yang kokoh tentu memerlukan upaya keras dari orang tua. Pengaruh orang tua yang sangat besar dalam hal ini ditunjukan oleh redaksi pada akhir hadist bahwa pengaruh orang tua bisa saja menjadikan anak menjadi Nasrani, Yahudi atau Majusi.
Berbagai upaya dilakukan orang tua dalam rangka menjalankan amanah Allah untuk menjaga anak-anak tetap berada dalam jalan yang lurus yang diridhoiNya. Anak yang kuat, baik dari segi fisik maupun fsikis adalah dambaan semua orang tua. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pemberian Nutrisi sejak dini. Menurut Wikipedia, nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan.
Nutrisi ini sudah mafhum adanya. Hampir semua orang tua berusaha memebrikan nutrisi terbaik bagi anak-anaknya dengan memberikan makanan bergizi, seperti daging, susu, buah-buahan, sayur dan pemberian vitamin.
Dalam buku “Exellent Parenting Menjadi Orang Tua Ala Rasulullah” disebutkan bahwa seorang anak tidak hanya memerlukan nutrisi untuk fisiknya saja akan tetapi juga memerlukan nutrisi lain yang tidak kalah penting, yaitu nutrisi sosioemosi, nutrisi moral dan nutrisi spiritual.
NUTRISI SOSIOEMOSIONAL
Orang tua dan anak mempunyai ikatan emosional yang kuat. Emosi adalah bahasa pertama yang menghubungkan antara sang buah hati dengan orang tuanya, sebelum ia dapat berkomunikasi secara verbal. Kedekatan yang disertai ikatan emosional atau dalam bahasa lain dikenal dengan attachment antara orang tua dan anak, akan menciptakan perasaan aman dan nyaman pada diri sang anak. Seorang anak yang merasakan aman dan nyaman akan meyakini bahwa ia akan selalu dijaga oleh orang-orang terdekatnya hingga munculah rasa berani dan percaya diri untuk menghadapi dunia luar.
Ayah dan ibu dianggap “Sang Pemberi Rasa Aman”, ibu sebagai pengasuh dan ayah sebagai tempat bersandar disaat ia mulai mengeksplorasi lingkungannya. Pemenuhan rasa aman ini secara spontan dilakukan oleh ayah dan ibu dalam interaksi sehari-hari dengan buah hati. Misalnya, ketika buah hati menangis karena lapar, ibu akan langsung memberikan ASI, dalam arti tidak membiarkan sang anak berlama-lama dalam kondisi ketidaknyamanan.
Begitupun ketika buah hati merasa kepanasan, gatal, atau mengompol, seorang ibu akan tau apa yang harus dilakukan, inilah bahasa kalbu yang hanya dimiliki oleh orang tua dan anak, atau kita kenal dengan ikatan emosional.
Nutrisi dalam perkembangan sosioemosi seorang anak dapat dilakukan dengan beberappa strategi berikut ini;
• Pastikan pengasuhan anak dilakukan oleh ayah dan ibu secara bersamaan sejak anak balita. Pengasuhan yang hangat dari kedua orang tua sangat berpengaruh terhadap optimalisasi perkembangan anak. Jangan melulu tertumpu pada ibu, karena ayah juga harus ikut andil dalam pengasuhan anak.
• Setiap anak dilahirkan berbeda, meskipun terlahir dari rahim yang sama. Berhenti membandingkan satu dan yang lainnya. Masing-masing terlahir istimewa. Keistimewaan inilah yang harus diketahui orang tua agar dapat memberikan pola asuh yang tepat.
• Dunia anak adalah dunia bermain. Berikan ia ruang seluas-luasnya untuk bermain dengan aman. Berikan ia kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebayanya. Orang tua yang harus beradaftasi dengan perubahan anak bukan memaksakan atau menilai anak dengan pola fikir manusia dewasa yang tentu saja jauh berbeda.
• Batasi penggunaan gadget dan televisi pada anak, buatlah kesepakatan dengan anak tentang batasan waktu yang diperbolehkan dan tetap berada di tengah anatara menghukum (overcontrolling dan membebaskan (permisif).
• Orang tua merupakan role model pertama bagi anak, maka jadilah contoh yang baik. Anak merupakan peniru yang ulung, ia akan meniru apa yang ayah ibu lakukan, baik dari sikap maupun perkataan. Ayah dan ibu juga harus sehat dan bahagia. Karena emosi apapun yang dirasakan orang tua akan terdeteksi oleh anak.
NUTRISI MORAL
Pembiasaan dengan penuh disiplin adalah kata kunci dari nutrisi moral dalam perkembangan anak. Perkembangan moral sangat dipengaruhi oleh penerapan disiplin yang dilakukan dengan metode induktif. Hal ini melibatkan pemahaman – ketimbang pemaksaan tanpa alasan – dan memfokuskan perhatian anak pada akibat yang ia timbulkan terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan.
Anak yang perkembangan moralnya baik, secara umum ditunjang oleh orang tua yang;
• Hangat dan senantiasa memberikan dorongan, bukan yang sering menyalahkan atau menghukum.
• Memberikan input pada anak melalui kisah-kisah yang memberi keteladanan budi pekerti, misalnya membacakan kisah para nabi dan rasul atau membacakan dongeng.
• Menjadi teladan yang baik bagi anak
• Mendengarkan pendapat anak dan melibatkannya dalam musyawarah keluarga sesuai usianya.
• Memberikan pelabelan pada tingkah laku positif dan memberikan pengertian tentang mana prilaku baik dan mana prilaku yang buruk.
NUTRISI SPIRITUAL
Secara fitrah, manusia senantiasa terhubung dengan Rabbnya. Melihat anak-anak tumbuh dengan kecintaan kepada Allah, merupakan kebahagian yang tiada tara. Anak yang sholeh adalah dambaan setiap orang tua. Anak yang sholeh adalah investasi dunia akhirat bagi setiap orang tuanya. Kecintaan kepada Allah akan tumbuh pada diri seorang anak ketika ia mengetahui, memahami, tentang Allah. Pengetahuan dan pemahaman tentang ketuhanan dapat diperoleh melalui pembelajaran yang menyertakan kurikulum agama.
Madrasah dan pesantren bisa menjadi alternatif pilihan. Sebagai lembaga bercirikan Islam, madrasah dan pesantren menggunakan kurikulum yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis. Tentu didalamnya mengandung nilai-nilai keimanan (itiqodiyah), Ibadah (Amaliyah), dan Khuluqiyah.
Strategi yang dapat dilakukan dalam usaha memberikan nutrisi spiritual pada anak diantaranya adalah memadukan metode pendidikan yang dicontohkan Lukman Al Hakim dan Ali Bin Abi Thalib.
* Metode Pendidikan Lukman Al Hakim
Metode pendidikan Lukman al Hakim diabadikan dalam Alquran surah Lukman ayat 12-19. Metode pendidikan yang diterapkan oleh Lukman Al Hakim menekankan pada empat aspek yaitu; Pendidikan Aqidah, Pendidikan Akhlak, Pendidikan Ibadah, serta Pendidikan Dakwah.
• Metode Pendidikan Ali Bin Abi Thalib (Rumus 7×3):
Metode pendidikan ala Ali Bin Abi Thalib dikenal dengan rumus 7×3, karena Ali bin abi Thalib membagi tiga kelompok berdasarkan usianya. Tujuh tahun pertama (usia 0-7 tahun) perlakukanlah anakmu bagaikan seorang raja. Tujuh tahun kedua (usia 8-14 tahun) perlakukanlah anak layaknya “tawanan” Tujuh tahun ketiga (usia 15-21 tahun) jadikanlah anak layaknya sahabat.
Do’a terbaik tanpa henti, jangan sampai ditinggalkan. Stategi pemberian nutrisi social, nutrisi moral dan nutrisi spiritual harus senantiasa diiringi do’a-do’a terindah yang dipanjatkan setiap saat dan dikeheningan malam yang sunyi.
Do’a Orang Tua Bagi Buah Hati Tercinta:
“Duhai Allah, jadikanlah putra-putri kami dari golongan ahli ilmu dan kebaikan. Dan janganlah Engkau jadikan mereka bagian dari keburukan. Jadikanlah putra-putri kami ahli ilmu dan mengamalkan ilmunya. Jadikanlah mereka hambaMu yang taat, hambaMu yang bertaqwa dan saleh-salehah.
Duhai Allah, angkatlah derajat putra-putri kami dengan cara yang baik, panjangkanlah umurnya, sehatkanlah badannya, dan jauhkanlah mereka dari permusuhan dengan anak cucu adam lainnya.
Duhai Allah, Sesungguhnya Engkan dzat yang Maha Mencintai, cintailah dan ridhoilah perjalanan hidup putra-putri kami, dan atas cintaMu, maka satukanlah kami kelak di surgaMu, aamiin ya Rabbala’lamiin.