Kabar  

Rektor UIN Bandung: Jabar Jangan Jadi Basis Radikalisme

KABARINDAH.COM- Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung Prof Dr H Mahmud, M.Si mengajak para Rektor yang ada di Jawa Barat, untuk mengcegah berkembangnya faham dan gerakan radikalisme.

Ajakan ini terlontar saat Rektor membuka acara seminar Moderasi Beragama, yang digelar Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) di Puri Khatulistiwa Sumedang, Kamis (29/04/2021).

Seminar dihadiri oleh Dekan FAH Dr H Setia Gumilar, M.Si; para wakil dekan; ketua/sekretaris jurusan; dan para dosen di lingkungan FAH.

Kegiatan ini digelar selama empat hari: seminar Moderasi Beragama (29/04); workshop Jurnal Ilmiah Bereputasi (30/04); Workshop Merdeka Belajar Kampus Merdeka (03/05); dan Workshop Pedoman Penulisan Skripsi (04/05).

Baca Juga:  Pendaftaran Bakal Calon Anggota KPU Jabar Dibuka. Ini Syarat dan Mekanismenya

Seminar hari pertama membahas “Insersi Nilai-nilai Moderasi Islam dalam Kurikulum UIN SGD Bandung” oleh Prof Dr H Afif Muhammad, MA. Sesi kedua “Moderasi Beragama dalam Konteks Kesundaan dan Keindonesiaan” oleh Dr Hawe Setiawan, MA .

“Jangan biarkan Jawa Barat menjadi basis radikalisme,” lanjut Prof Mahmud, yang menginisiasi pertemuan para rektor guna merumuskan konsep moderasi beragama.

Ia juga mengaku sudah melakukan berbagai pertemuan dengan tokoh agama lain, dalam rangka pengayaan konsep moderasi beragama.

“Nanti konsep mereka kita padukan dan terapkan di Rumah Moderasi Beragama UIN Bandung,” jelasnya.

Dalam sambutannya, Dekan FAH Dr Setia menegaskan bahwa moderasi beragama ini sudah menjadi progjram kerja FAH dan UIN Bandung. Maka, perlu dirumuskan, nilai-nilai moderasi beragama seperti apa, yang bisa dimasukkan ke dalam kurikulum?

Baca Juga:  Pusat Kajian Ulama MUI Kabupaten Bekasi Sukses Lahirkan 39 Ulama Tafsir Berbasis Digital

“FAH sendiri adalah fakultas yang humanis. Maka, sangat wajar jika FAH paling depan dalam mengawal Moderasi Beragama,” katanya.

Di masyarakat sering terdengar, ada orang mengaku beragama tetapi prilakunya tidak mencerminkan beragama. “Nah, kita gali kembali nilai-nilai kemanusiaan yang sudah hilang atau memudar, seperti soal keadilan, kesetaraan, persamaan, toleransi, keterbukaan, saling menghormati, dan lain-lain.