Plesir  

Kramat Pulo, Kampung Ondel-Ondel di Jakarta. Warganya Bangga Berbudaya Betawi!

KABARINDAH.COM – Siapa sangka jika di tengah modernisasi yang terus terjadi di Jakarta, masih terdapat kawasan yang konsisten menjaga kelestarian ondel-ondel?

Di wilayah Pasar Gaplok, Kramat Pulo, Jakarta Pusat, terdapat area pemukiman padat yang merupakan rumah bagi para perajin ondel-ondel.

Jalan Kembang Pacar, yang kini akrab dengan sebutan Kampung Ondel-Ondel, merupakan jalan yang tidak besar, tapi sangat cukup untuk menampung puluhan ondel-ondel di pinggir jalan dan di depan rumah warga.

Jalan ini telah menjadi saksi perjalanan ondel-ondel sebagai simbol budaya Betawi dari masa ke masa.

Penduduk yang tinggal di sekitar Pasar Gaplok tidak hanya berusaha melestarikan ondel-ondel, tapi juga menjadikannya sebagai sumber penghasilan melalui seni pertunjukkan dan produksi kerajinan ondel-ondel.

Dari Barongan Menjadi Ondel-Ondel

Sejarah Kampung Ondel-Ondel berawal tahun 1984 saat Sanggar Betawi Mamit CS memprakarsai pertunjukan dan pembuatan ondel-ondel di Kramat Pulo.

Kala itu, ondel-ondel masih dikenal dengan nama barongan. Pada perkembangannya, boneka yang bisa dimasuki satu orang dewasa ini pun lebih dikenal dengan sebutan ondel-ondel.

“Kita selalu bilang, kalau masyarakat Tionghoa punya Barongsai, orang Betawi punya Barongan. Tapi sejak ada lagu Ondel-Ondel-nya Benyamin Sueb, orang-orang jadi menyebutnya Ondel-ondel,” cerita Abdul Alif, putra dari Abdul Hamid pendiri Sanggar Betawi Mamit CS tentang sejarah ondel-ondel.

Baca Juga:  Dukung Kebangkitan Ekonomi, Asyik! Kawasan Wisata Monas Dibuka Kembali

Menurutnya, ia tidak mengetahui dari mana awalnya ondel-ondel datang di Jakarta. Namun di Kramat Pulo yang kini telah menjadi Kampung Ondel-Ondel, Sanggar Betawi Mamit CS lah yang menjadi pelopor, hingga akhirnya penduduk lain pun mengembangkan usaha pembuatan dan pertunjukkan ondel-ondel.

Alif mengakui, menjelang ulang tahun Jakarta di bulan Juni, permintaan ondel-ondel selalu meningkat. Kelompok Mamit CS pun secara khusus tampil di Pekan Raya Jakarta.

Bangga Lestarikan Budaya Betawi

Barongan awalnya dimaksudkan untuk mengusir roh-roh jahat di acara khitanan dan pesta pernikahan masyarakat Betawi asli. Sosok ondel-ondel yang besar dan berayun-ayun pun kerap kali membuat anak kecil ketakutan dan menangis.

Namun, lanjut Alif, pandangan tersebut berangsur-angsur hilang. Banyak anak-anak justru ikut menari ketika melihat ondel-ondel diarak di jalan atau perumahan, serta ketika ditampilkan di acara-acara khusus.

Penampilan ondel-ondel pun lebih menarik ketika dihadirkan dengan kelompok musik tradisional Betawi gambang kromong dan gamelan Betawi.

Meski sempat surut oleh perkembangan zaman, kesenian ondel-ondel kini kembali populer di Jakarta. Di kawasan Kramat Pulo ini juga, menurut Alif, anak-anak remaja berumur 15 tahun sudah mulai tertarik untuk membuat ondel-ondel.

Selain itu, penjualan ondel-ondel juga tidak hanya di Jakarta tapi sudah pernah dijual ke beberapa pemesan di luar negeri, seperti Jepang dan Rusia.

Baca Juga:  Awal Jadi Pendaki, Ini Rekomendasi 5 Gunung yang Mudah Dilewati

“Saya bangga bisa melanjutkan usaha almarhum bapak saya untuk melestarikan Budaya Betawi,” ungkap Alif.

Pembuatan Ondel-Ondel

Sangat mudah untuk menemukan perajin ondel-ondel di Pasar Gaplok. Hampir semua orang di area mungil ini dapat menunjukkan perajin ondel-ondel yang siap membuat jenis ondel-ondel yang diinginkan.

Ada empat kelompok pembuat ondel-ondel di Kramat Pulo. Mereka semua tinggal dan bekerja di sepanjang sungai kecil di Jalan Kembang Pacar yang terletak kurang dari 200 meter dari Kantor Kecamatan Kramat. Perajin-perajin itu mulai bekerja dari siang hari hingga malam hari.

Salah satu perajin menjelaskan proses membuat ondel-ondel. Mereka menggunakan bambu sebagai rangka utama dan hula hoop untuk membentuk rangka lingkar badan ondel-ondel.

Proses yang paling artistik sekaligus yang tersulit adalah membuat kedok atau bagian wajah ondel-ondel. Kedok ini terbuat dari bubur kertas dan semen, tetapi sekarang para perajin melakukan perbaikan dengan mencampurkan beberapa bahan kimia dan fiberglass.

Untuk mewarnainya, perajin harus menunggu ketika hari benar-benar terik agar cat yang digunakan cepat kering.

Ondel-ondel biasanya sepasang boneka laki-laki dan perempuan, sehingga kedok dirancang menyerupai wajah pria atau wajah wanita. Wajah laki-laki ondel-ondel biasanya dicat merah dengan kumis, sedangkan perempuan dicat putih dan tampak lebih ramah.

Suvenir Ondel-Ondel

Pemandangan di Jalan Kembang Pacar pun dipenuhi dengan berbagai macam ondel-ondel. Ada yang masih dalam bentuk kerangka, ada pula yang sudah jadi dan siap untuk dipertunjukkan.

Baca Juga:  Sejarah dan Jenis Calung, Alat Musik urang Sunda yang Alami

Jika datang di waktu yang tepat, terlihat pula beberapa remaja menaikkan ondel-ondel setinggi 2 meter ke atas angkot atau bajaj untuk dibawa mengamen.

Di siang hari, beberapa perajin ondel-ondel pun terlihat mulai membuat pesanan. Ada yang membentuk rangka, ada pula yang sedang mewarnai kedok atau bagian muka ondel-ondel.

Ada sekitar 4 kelompok yang menjalankan usaha pembuatan dan pertunjukkan ondel-ondel di Kampung Ondel-Ondel.

Karena itulah, Kampung Ondel-ondel di Kramat Pulo ini merupakan tempat yang tepat untuk mencari perajin ondel-ondel untuk dipesan sebagai pajangan, atau meminta mereka melakukan pertunjukkan di acara-acara tertentu.

Selain ondel-ondel untuk pertunjukan, para perajin juga memproduksi ondel-ondel berukuran mini, dengan tinggi sekitar 30 cm, yang bisa dijadikan suvenir atau oleh-oleh khas Jakarta.

Alif sendiri menjual suvenir ondel-ondel mini tersebut seharga Rp150 ribu sepasang. Sedangkan untuk onde-ondel besar setinggi 2,5 meter, ia menjualnya dengan harga Rp4 juta untuk sepasang ondel-ondel, sudah dengan biaya pengiriman ke wilayah Jakarta.