Oleh Dr Hj Arfiani Yulianti Fiyul MM
(Ketua yayasan jasmine solusi, Traniner Motekar Jawa Barat dan Dosen Pascasarjana STAI Sukabumi)
“Anak adalah orang dewasa di masa yang akan datang” dan anak adalah harapan di masa yang datang. Tidak ada yang memungkiri ungkapan itu karena memang hal itulah yang akan terjadi.
Didikan utama yang diterima oleh anak adalah lingkungan terdekatnya yaitu orang tua dan harus memberikan perhatian yang sepenuhnya, karena kelak anak- anak akan mejadi seorang pemimpin, pemimpin bagi dirinya sendiri maupun pemimpin bagi kalayak umum.
Orang tua adalah orang-orang pertama dan bertanggung jawab. Setiap orang tua bertanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi generasi yang lebih baik di masa yang akan datang.
Berbicara mengenai tanggung jawab orang tua pada anak, Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa (4): 9 yang artinya “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka…”
Tantangan sangat berat dalam mendidik anak “zaman now”, apalagi di tengah gencarnya globalisasi 4.0, yang membuat orang tua harus lebih ekstrapenjagaan dan pengasuhannya. Ditambah lagi dengan adanya Pandemi Covid-19 yang melanda dunia, melanda negara kita dan melanda masyarakat sehingga imbasnya pada masyarakat kecil yaitu anggota keluarga yang semakin terdesak.
Keadaan ini membuat semakin berat dalam hal menanamkan pembiasaan. Pembiasaan yang harus tetap terrjaga yaitu adalah pembiasaan disiplin. Oleh karena itu harapan semua orangtua bahwa pola asuh seperti bagaimana agar dapat mengembangkan disiplin diri seorang anak di zaman now di masa pandemik Covid- 19.
Pentingnya disiplin
Kompleksitas masalah kehidupan mengalami perubahan yang cepat sekali. Hal ini memberikan kesan bahwa kehidupan sehari-hari semakin menggalau dan beraneka. Karena itu orang tua berkewajiban meletakkan dasar-dasar disiplin diri kepada anak.
Mengambil definisi disiplin dari pakarnya bahwa disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi kelompok. Disiplin Di sini dikatakan sangat dekat dengan tata tertib. Tata itu bukan buatan binatang, tetapi buatan manusia sebagai pembuat dan pelaku.
Disiplin merupakan hasil belajar dan mencakup aspek kognitif, afektif, dan behavioral (toto asmara), yang dituliskan kembali oleh Marcelia pada sebuah makalah dengan demikian dapat dipahami bahwa disiplin adalah tata tertib, yaitu ketaatan kepatuhan kepada peraturan tata tertib dan sebagainya. Berdisiplin berarti menaati (mematuhi) tata tertib.
Dari beberapa definisi tersebut dapat dipahami bahwa disiplin adalah serangkaian pelatihan atau pembiasaan yang untuk meningkatknya kemampuan aspek kognitif, afektif dan behavioral serta pengendalian diri yang menjadi habit dalam kehidupan Disiplin merupakan salah satu aspek perkembangan seorang individu yang berkaitan dengan cara untuk mengkoreksi atau memperbaiki dan mengajarkan anak tingkah laku baik tanpa merusak harga diri anak.
Pada hakikatnya, disiplin merupakan hal yang dapat dilatih. pelatihan disiplin diharapkan dapat menumbuhkan kendali diri, karakter atau keteraturan, dan efisiensi. jadi secara singkat dapat disimpulkan bahwa disiplin berhubungan dengan pengendalian diri supaya dapat menbedakan mana hal yang benar dan mana hal yang salah sehingga dalam jangka panjang diharapkan bisa menumbuhkan perilaku yang bertanggung jawab.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada sebagai bentuk tanggung jawab.
Disiplin dalam arti positif seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu Hodges dalam tulisan sebuah Jurnal Psikologi tulisan dari Avin Fadilla Helmi bahwa dispiln dapat diartikan sebagai sikap seseorang atau kelompok yang berniat untuk mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Di sini niat untuk mentaati peraturan menurut Suryoharto yang masih dalam tulisan Avin Fadilla Helmi merupakan suatu kesadaran bahwa tanpa didasari unsur ketaatan maka tujuan pengasuhan akan susah tercapai. Hal ini berarti sikap dan perilkau didorong adanya kontrol diri yang kuat. Kontrol diri yang kuat dapat dimunculkan dari pola asuh orang tua dalam keluarga. orang tua dapat mereleasikan dengan cara menciptakan situasi dan kondisi yang dihayati oleh anak-anak dalam mengembangkan disiplin diri.
Bagaimana Pola Asuh Orang Tua Dalam Mengembangkan Diri
Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua juga merupakan salah satu faktor pengembangan kedisiplinan pada anak, orang tua merupakan model bagi anak dalam pembentukan disiplin di rumah sehingga orang tua juga harus disiplin dalam menentukan peraturan yang akan diterapkan di rumah. Pola asuh orang tua dalam membantu anak untuk mengembangkan disiplin diri ini adalah upaya orang tua yang dapat diaktualisasikan terhadap penataan : 1). lingkungam fisik, 2) lingkungan sosial internal dan eksternal, 3) pendidikan internal dan ekternal, 4) dialog dengan anak-anaknya, 5) suasana psikologis, 6) sosiobudaya, 7) perilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya “pertemuan” dengan anak-anak, 8) control terhadap perilaku anak-anak, 9) menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku dan yang diupayakan kepada anak-anak.
Kesembilan aspek tersebut dapat diterapkan pada pola asuh sebagai upaya orang tua dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri .
Upaya Orang Tua Atau Pendidik Membantu Anak Mengembangkan Dirinya Menjadi Pribadi Berkarakter
Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik tentu akan mendorong anak tumbuh dengan kapasitas dan komitmen benar dan memiliki tujuan hidup. Dalam analisisnya, Fiki Inayati Resti (2017) menyebut bahwa masyarakat juga berperan membentuk suatu karakter anak melalui orang tua dan lingkungannya.
Simon Philips menyebut bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan. Oleh sebab itu pengertian karakter yang paling hakiki adalah perilaku. Sebagai perilaku, karakter meliputi sikap yang dicerminkan oleh perilaku.
Hubungan yang dekat dan penuh keakraban antara anak dengan orang tua, rasa kebersamaan dalam merealisasikan nilai-nilai moral. Pendidikan karakter anak dilaksanakan dengan adanya teladan dan mendidik hati.
Orang tua adalah pendidik pertama dalam keluarga, maka dari itu orang tua dalam berprilaku baik disengaja maupun tidak disengaja senantiasa menyadarkan diri pada panggilan superego (hati nurani). Kata hati, merupakan suatu komitmen dan tanggung jawab di mana dalam suatu keluarga orang tua membuat aturan perasaan, kebersamaan dan dialog-dialog.
Anak yang dapat menyerap pancaran keakraban dalam hati, di mana hal ini untuk meningkatkan keakraban terhadap nilai-nilai moral yang mutlak diperlukan didalam perilaku berdisiplin diri. Secara fenomenologis akan menunjukan hubungan yang baik terjalin antara orang tua dan anak dalam kondisi keluarga yang positif.
Sebagai keluarga yang positif maka keteladan juga harus dimunculkan dari orangtua yang dituntut untuk berupaya memiliki sifat-sifat Rasululloh yaitu : Sidiq yang berarti berkarakter jujur, ikhkas dan sabar. Amanah yang berarti sabar, adil. Sifat lainnya yang harus melekat pada orang tua yaitu Tabliqh yang berarti berkarakter lemah lembut dan Fathonah berkarakter disiplin, rajin belajar dan menjalin kerjasama.
Pribadi anak yang berkarakter positif semakin menggelora dalam hati jika disuburkan nilai moral yang ada dalam kelompok pergaulan, lingkungan sekitar. Maka “didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu” Namun untuk mendidik anak yang disiplin diri haruslah yang bermuara dan bersumber dari nilai-nilai agama sehingga menjadi pribadi yang berkarakter unggul dan bermanfaat.
Penutup
Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal. Termasuk cara mendidik anak. Menjadi orang tua di era pandemi Covid-19 ini tidaklah mudah. Orang tua perlu belajar dan terus belajar agar sukses menjadi orang tua untuk anak-anaknya. Diperlukan kerendahan hati dan kesadaran untuk menjadi orang tua pembelajar sepanjang hayat.
Wallahu a’lam bishawab.