Oleh Tina Haryati, SPdI, MPd
(PNS Kemenag Kabupaten Karawang/Alumnus Pascasarjana STAI Sukabumi)
Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita…
EBIT G. ADE
Penggalan lirik lagu “Berita Kepada Kawan”, miliknya Ebit G Ade, mengingatkan kepada kita bahwa duka dan air mata seakan tak pernah berhenti menyapa penduduk negeri ini. Mulai dari wabah Covid-19, kecelakaan transportasi, banjir bandang, tanah longsor, gunung meletus, kelaparan, dan kehilangan mata pencaharian, serta kehilangan orang-orang tercinta dalam waktu sekejap saja.
“Boleh ku tanya, mengapa di tanahku terjadi bencana?” Untuk menjawab pertanyaan tersebut mari kita analisis lirik lagu diatas. Analisis pertama, pada lagu tersebut kita menemukan lirik:
“Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa”
Jika bencana yang terjadi merupakan azab atau teguran dari Allah, karena dosa-dosa yang dilakukan sebagian penduduk negeri ini mungkin saja benar adanya. Karena telah tampak nyata, kemaksiatan telah menjadi kebanggaan baik di tingkat pemimpin (struktural maupun kultural), dan sebagian penduduk negeri ini.
Korupsi seakan telah menjadi budaya para oknum pemimpin dan pemangku jabatan. Media sosial menjelma saluran televisi milik sendiri yang bebas mempertontonkan aurat dan aib pribadi ke publik. Yang kaya makin bangga dengan kemewahannya. Mobil mewah, rumah megah, barang-barang branded dengan harga selangit, sengaja di pamerkan lewat konten video berbagi, hingga melupakan empati.
Tak tahukan mereka atau menutup mata bahwa bagi sebagian penduduk negeri ini, jangankan tas mewah berharga ratusan juta rupiah, bahkan rumahpun masih beralas tanah, untuk makanpun harus mengais tempat sampah. Sudah bekerja babak belur saldo tabungan masih saja nol rupiah. Sementara si kaya sibuk bemewah-mewah.
Allah SWT berfirman dalam QS Al-Isra’ ayat 16 yang artinya:
“Jika Kami menghendaki menghancurkan suatu negeri, Kami perintahkan orang-orang yang hidup mewah (berkedudukan untuk taat kepada Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan daiam negeri tersebut, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya,”
Analisis kedua, masih pada bait yang sama, kita menemukan lirik lagu yang berbunyi:
“Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang”
Manusia dan alam adalah kekasih yang saling menyayangi secara alami tanpa tau kapan tanggal jadi. Dua sahabat erat yang sama-sama saling memikat, yang menjalin persahabatan berasakan manfaat. Intinya manusia dan alam adalah dua makhluk Tuhan yang saling membutuhkan. Manusia diutus Tuhan sebagai khalifah filard, wakil Tuhan yang dipercaya menjaga alam dibumi. Alam semesta beserta isinya diciptakan untuk membantu manusia memenuhi kebutuhan hidupnya
Ketamakanlah manusialah yang menghancurkan persahaban keduanya. Alam sangat lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia tapi tidak akan pernah cukup untuk memenuhi kerakusan sifat manusia. Sawah dan ladang jadi pemukiman, hasil bumi dieksploitasi tanpa henti, pohon-pohon dihutan ditebang tanpa mau kembali menanam, air sungai tercemar dibiarkan.
Maka Allah mengingatkan dalam QS Al-Ruum ayat 41 yang artinya: “’Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Berdasarkan dua analisis tersebut dapat ditemukan adanya kesesuain antara isi dari lirik lagu “Berita Kepada Kawan” dengan Firman Allah dalam Al-Quran tentang penyebab terjadinya bencana, diantaranya adalah dosa-dosa dari kedurkahaan manusia, dan kerusakan alam yang diakibatkan oleh ketamakan manusia.
Pada akhir ayat 41 QS Ar-Ruum, dapat diketahui bahwa tujuan Allah menimpakan bencana yang diakibatkan oleh tangan manusia itu sendiri, tak lain agar manusia kembali kejalan yang lurus. Yakni kembali menjalankan tugas utamanya yaitu sebagai Hamba Allah (a’bdullah), dan sebagai Khalifah Fil Ard.
Sebagai hamba Allah manusia harus senantiasa tunduk dan taat terhadap segala aturan dan kehendakNya, serta mengabdi hanya kepadaNya. Menjauhkan diri dari maksiat dan dosa yang dapat mengundang murkanya Allah hingga menimpakan bencana.
Tugas kekhalifahan manusia mencakup: tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri, tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga, tugas kekhalifahan dalam masyarat dan tugas kekhalifahan terhadap alam.
Tugas kekhalifahan manusia terhadap alam meliputi:
• Membudayakan alam sehingga bermanfaat bagi kemaslahat hidup manusia.
• Budaya hidup manusia harus menyesuaikan dengan kondisi alam, tidak merusak lingkungan hidup, yang akan menimbulkan malapetaka bagi manusia dan lingkungan.
• Budaya hidup manusia harus tetap sejalan dengan ajaran islam yang rahmatan lila’lamin. Berbudaya berarti mengerahkan segenap tenaga, cipta, karsa dan bakat manusia untuk mencari kebenaran dan keagungan ayat-ayat Allah, baik aya-ayat Qauliyah (Al-Quran) maupun ayat-ayat Kauniyah (Alam semesta beserta isinya).
Doa dijauhkan dari musibah:
“Dengan menyebut asma Allah yang dengan sebab AsmaNya tidak ada sesuatupun di bumi maupun dilangit yang dapat membahayakan (mendatangkan musharat) dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”