Pojok  

Pojok: Korupsi, Kebodohan dan Jabatan

Oleh: M. Husnaini, Founder Pena Nusantara.

Seorang bupati di Jawa Timur diberitakan terjaring operasi tangkap tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ditangkap bersama suami dan beberapa tersangka lainnya, bupati muda dan cantik itu diduga kuat terlibat dalam kasus suap terkait jual beli jabatan di pemerintahan pada 2019.

Ia kemudian ditangkap dengan barang bukti uang sebesar Rp 362.500.000. Tidak banyak orang dalam usia muda berhasil menduduki posisi penting dan terpandang. Dari seribu, barangkali tidak sampai seratus.

Menjadi bupati, atau menduduki jabatan-jabatan prestisius lain, tentu memerlukan proses panjang dan tidak ringan. Tetapi, namanya manusia, ketika sudah berhasil mendapatkan, ia kerap lupa betapa sukarnya perjuangan saat menginginkan.

Yang mirip kasus di atas sudah banyak. Meniti karier bertahun lamanya dengan simbah peluh dan darah, tiba-tiba dikorbankan begitu saja akibat kebodohan sendiri. Yang kontekstual di negeri ini adalah korupsi.

Akibat perilaku culas itu, banyak pejabat kita yang di usia tua mestinya menikmati hidup bersama anak dan cucu, tetapi justru meringkuk di dalam penjara.

Manusia memang suka terjebak kesenangan semu dan fana. Sering tanpa sadar mengorbankan kebahagiaan sejati dan abadi. Harta benda, terutama uang, kerap membuat manusia buta mata dan tuli telinga.

Dikiranya menggenggam sebanyak mungkin uang adalah jaminan kekayaan. Padahal, uang adalah tanda/simbol kekayaan, sementara kekayaan itu sendiri bukanlah uang.

Dengan uang, kita mungkin bisa senang. Tetapi, meraih bahagia tidak cukup hanya dengan uang. Terlebih jika uang didapatkan dengan cara-cara yang tidak diridai dan diberkahi Tuhan.

Namun begitu, sekali lagi, manusia begitu mudah terbius oleh segala yang tampak mata dan terdengar telinga. Jangankan saran/nasihat dari sesama manusia, firman Tuhan sekalipun diabaikan.

Wa lal-akhiratu khairul laka minal-ula. Dan sungguh akhirat itu lebih baik bagimu dari dunia. Bagi seorang bupati, uang tiga ratus juta tidak seberapa, tetapi malunya sepanjang usia.

Semoga kita mampu mengambil pelajaran dan hikmah. Masalah yang sekarang dialami saudara kita, bukan mustahil suatu saat akan menimpa kita juga. Waspada haruslah menjadi bekal kita semua.

Exit mobile version