Oleh Nadhifah Rara
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Kampus Kalimalang, Jakarta.
Di Indonesia, bahkan di negara manapun banyak orang tua yang mendapat julukan “toxic parents” tanpa mereka sadari. Julukan “toxic parents” tersebut diberikan oleh anak-anak mereka sendiri.
Kenapa begitu?
Karena anak-anaklah yang mengetahui dan merasakan kehidupan mereka sehari-harinya. Istilah mengerikan tersebut akan membuat banyak orang tua bersikap defensif.
“Toxic parents’ merupakan salah satu bentuk pola asuh, yakni orang tua mempunyai kemauan dan keinginan yang harus dituruti oleh sang anak, tanpa melihat perspektif anak, tanpa memikirkan perasaan anak. Orang tua tipe ini kurang menghargai pendapat anak-anak mereka.
Setiap orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Namun, dengan menerapkan pola parenting “Toxic parents” tersebut justru membuat anak semakin jauh dan tidak nyaman dekat dengan orang tuanya. Terkadang, walaupun anak setiap hari ada di dekat orang tua, banyak orang tua yang masih tidak kenal dengan anaknya sendiri.
“Tidak kenal” yang dimaksud adalah anak menjadi tertutup dan tidak terbuka mengenai diri mereka sendiri terhadap orang tuanya. Orang tua pun tidak full 100 persen tahu kepribadian anaknya. Dampaknya, anak terkadang memiliki sifat dan perilaku yang berbeda antara di rumah dengan di luar rumah.
Apabila orang tua terus menjadi “toxic’ bagi anaknya, maka kondisi kesehatan mental anak bisa terganggu. Dan hal itu akan sangat berpengaruh bagi kehidupannya saat dalam perkembangan maupun ketika dewasa. Mereka yang menjadi korban “toxic parents” bisa menjadi orang tua yang “toxic” untuk anaknya nanti. Bahkan, menjadi “toxic” untuk pasangannya.
Berikut tanda-tanda terjadinya “toxic parents”:
1. Melakukan kekerasan fisik atau verbal terhadap anak.
2. Kurang bisa mengontrol emosi dan mudah marah.
3. Minimnya kepedulian terhadap anak.
4. Membuat trauma.
5. Tidak adanya kedekatan emosi.
6. Melarang anak mengungkapkan emosi negatif.
7. Membuat anak merasa bersalah.
8. Memberikan kritik yang tidak membangun.