Oleh: Siti Fikriyyah Nurfauziyah | Mahasiswa Institut Madani Nusantara Sukabumi
KABARINDAH.COM – Di dalam sebuah kehidupan, seseorang tidak hanya membutuhkan kesehatan jasmani saja untuk memenuhi kebutuhan fisiknya seperti makan, minum dan olahraga. Tetapi juga yang tak kalah penting adalah kesehatan mental.
Kesehatan mental berguna untuk memenuhi kebutuhan kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup seseorang terutama anak.
Secara umum anak adalah seseorang yang dilahirkan dari hasil perkawinan antara seorang perempuan dan laki-laki meskipun tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan adalah hasil pernikahan atau tidak, anak tetaplah anak.
Broken home sangatlah berpengaruh pada mental anak. Hal ini yang mengakibatkan seorang anak menjadi kurang berprestasi dalam pendidikannya. Broken home juga bisa merusak jiwa anak, sehingga dalam sekolah mereka bersikap seenaknya saja salah satu contohnya ketidak disiplinannya anak di dalam kelas dan bersifat agresif,
Semua itu dilakukan atas dasar karena mereka hanya ingin mencari simpati pada orang disekitarnya. Broken home di sini lebih menekankan kepada anak yang mengalami gangguan kesehatan mental akibat keluarga tidak harmonis/bercerai.
Menurut republika.co.id., 50 persen gangguan mental saat dewasa bermula dari masa kecil. Gangguan mental yang di alami oleh anak terkadang di abaikan dan di anggap remeh oleh orang – orang disekitarnya. Padahal 50 persen dari masalah gangguan mental yang di alami orang dewasa terbentuk sebelum usia 14 tahun.
Kondisi perpecahan pada struktur keluarga tentu akan berakibat buruk bagi perkembangan dan kesehatan mental anak. Broken home dapat menyebabkan anak merasa kehilangan peran penting keluarga di hidupnya merasa stres, tertekan hingga merasa dirinya yang menjadi penyebab perpisahan.
Akibat keluarga yang tidak utuh lagi memberikan pengaruh yang cukup besar bagi keadaan psikologis anak. Ada beberapa dampak yang dirasakan anak broken home seperti tidak disiplinnya anak di dalam kelas, cenderung lebih emosional bahkan mereka tidak dapat mengendalikan emosi mereka sendiri, kurangnya kosentrasi belajar yang menyebabkan nilai jelek, dan cenderung tidak percaya diri saat bersosialisasi.
Keadaan keluarga yang sudah tidak utuh menyebabkan anak mengalami berbagai masalah kesehatan mental, seperti stres bahkan depresi. Oleh karena itu beberapa anak yang berasal dari keluarga broken home mencari pelampiasan dengan cara negatif.
Keluarga yang mengalami broken home dapat berpengaruh pada anak, secara tidak langsung ini akan mempengaruhi psikis anak, bahkan tidak jarang bdampak broken home pda anak dapat bersifat negatif yang nantinya akan mempengaruhi masa depan anak.
Lalu pencegahaan apa yang bisa dilakukan orangtua setelah dan sebelum bercerai agar psikologis anak tetap terjaga? Hindari memperlihatkan keributan di depan anak, luangkan waktu untuk mendengarkan curhatan hati anak, jaga keharmonisan keluarga dan jangan biarkan anak menyalahkan dirinya sendiri.
Pasca perceraian orang tua perlu menjalankan perannya masing masing agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat terjadi secara optimal, tidak selalu memanjakan anak walaupun sebatas untuk menebuh rasa bersalah.
Perlu diketahui bahwa jika seringkali memanjakan anak, maka dapat membentuk sebuah persepsi bahwa perpisahan itu sesuatu situasi yang menyenangkan. Bahkan bisa saja, anak-anak akan memiliki kehilangan rasa untuk sekadar bertanggung jawab terhadap hal apapun.
Anak-anak perlu selalu merasa dicintai dan disayangi kedua orangtuanya, dengan pola asuh seperti itu anak tidak kehilangan kasih sayang kedua orangtuanya dan mendapatkan kasih sayang yang sama. Tetap memberikan waktu yang berkualitas, seperti bercerita bersama orangtua. Usahakan tidak berubah dan tetap menjadi orangtua terbaik untuk anak.
Seperti yang teman – teman ketahui ada beberapa hal yang dapat menyebabkan hancurnya keadaan sebuah rumah tangga seperti, perceraian orangtua, kematian salah satu orangtua, kesalah pahaman di antara anggota keluarga, karena pendidikan orangtua yang rendah, ekonomi yang sedang tidak baik baik saja dan orangtua yang tidak dewasa.
Banyak sekali perceraian yang terjadi karena ekonomi dan ketidak dewasaan orangtua. Salah satu faktor keberlangsungan dan kebahagiaan sebuah perkawinan sangat dipengaruhi oleh kehidupan ekonomi-finansialnya.
Kebutuhan- kebutuhan hidup akan dapat tercukupi dengan baik bila pasangan suami-istri memiliki sumber finansial yang memadai. Ketidak dewasaan sikap orangtua tentu akan mempengaruhi sikap dan karakter dalam sebuah keluarga. Terkait dengan hal demikian bahwa harmonisnya sebuah rumah tangga terkecuali saling memahami dan saling menerima pendapat baik dari ayah maupun ibu.
Perbedaan pandangan pemikiran dapat memicu perceraian yang tidak dinginkan oleh semua orang. Akan tetapi faktor sifat yang belum dewasa sehingga menjadi malapetaka dalam sebuah keluarga dan pada akhirnya menjadi broken home terhadap anak yang ditinggalkan akibat dari perceraian dari pasangan kedua orangtua tersebut.
Sikap pemarah dari pasangan suami istri yang tidak perlu dipelihatkan sama anaknya. Sebab kemudian akan memengaruhi psikologi anak menjadi terpinggirkan dari keluarganya.
Keadaan psikologi anak akan sangat terguncang karena adanya perceraian dalam keluarga. Mereka akan sangat terpukul, kehilangan harapan, dan cenderung menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi pada keluarganya.
Sangat sulit menemukan cara agar anak-anak merasa terbantu dalam menghadapi masa-masa sulit karena perceraian orang tuanya.
Beberapa psikolog menyatakan bahwa bantuan yang paling penting yang dapat diberikan oleh orang tua yang bercerai adalah mencoba menenteramkan hati dan meyakinkan anak-anak bahwa mereka tidak bersalah. Yakinkan bahwa mereka tidak perlu merasa harus ikut bertanggung jawab atas perceraian orang tuanya.
Hal lain yang perlu dilakukan oleh orang tua yang akan bercerai adalah membantu anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan tetap menjalankan kegiatan-kegiatan rutin di rumah. Jangan memaksa anak-anak untuk memihak salah satu pihak yang sedang cekcok, dan jangan sekali-sekali melibatkan mereka dalam proses perceraian tersebut. (*)