Oleh: R Muhamad Yasin Fadilah | Magister Pendidikan STAI Sukabumi
Pandemi Covid-19 memaksa masyarakat dunia mendefinisikan makna hidup. Penyebaran virus corona (Covid-19) yang semakin hari semakin meningkat menjadi krisis besar manusia modern. Pandemi memaksa kita untuk sejenak melihat kembali kehidupan, keluarga, dan lingkungan sosial dalam arti yang sebenarnya. Manusia di paksa berhenti dari rutinitasnya, untuk memaknai hidup yang sebenarnya.
Indonesia punya tantangan besar dalam penanganan Covid-19. Dari semua aspek yang menjadi tantangan, saya lebih terfokus pada aspek pendidikan dan model pembelajaran yang diterapkan. Pendemi Covid-19 memaksa kebijakan physical distancing (menjaga jarak fisik) untuk meminimalisir persebaran Covid-19.
Penerapan physical distancing sangat berdampak pada aspek pendidikan. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah, pembelajaran daring/online dan disusul dengan peniadaan Ujian Nasional (UN) untuk tahun ini. Namun mekanisme yang berlaku secara tiba-tiba ini, justru tidak jarang membuat pendidik, siswa, bahkan orangtua pun dilema .
Pembelajaran dan penerapan model direct instruction dan peer teaching yang dilakukan secara online harusnya mampu mendorong siswa menjadi kreatif dan lebih semangat untuk mengakses sebanyak mungkin ilmu pengetahuan serta menghasilkan karya. Bukan membebani siswa dengan tugas yang bertumpuk setiap hari. Banyak faktor yang menghambat terlaksananya efektivitas pembelajaran daring ini, di antaranya:
a) Penguasaan teknologi yang masih rendah, harus diakui tidak semua guru menguasai teknologi terutama guru generasi 80-an yang pada masa mereka penggunaan teknologi belum begitu tampak. Keadaan hampir sama juga dialami oleh para siswa, tidak semua siswa terbiasa menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan masih banyak sekolah yang memiliki keterbatasan teknologi sehingga mereka harus rebutan dalam menggunakan perangkat teknologi pendukung pembelajaran dan bahkan mereka tidak dikenalkan teknologi dalam pembelajaran.
b) Model pembelajaran yang diterapkan terkadang membosankan, hingga membuat peserta didik menjadi jenuh dalam melaksanakan pembelajaran.
c) Model yang di terapkan di masa sebelum terjadinya covid, dan sekarang di era covid terkadang selalu berfokus kepada seorang guru,yang membuat peserta didik jenuh yang berkepanjangan.
Dan pada akhirnya kondisi pandemi ini menuntut dan memaksa guru harus mampu meningkatkan kualitas dan kapasitas dirinya sehingga mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena kemampuan guru dalam menentukan model pembelajaran akan berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran peserta didik itu sendiri.
Oleh karena itu, kualitas pembelajaran akan meningkat jika guru mampu menciptakan kondisi belajar yang aktif, kreatif, dan mengefektifkan komunikasi interaksi guru dan siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat, yang pada akhirnya akan membuat peserta didik nyaman untuk menimba ilmu, di antaranya :
a) Model pembelajaran yang digunakan harus adanya pembaharuan, tidak selalu seorang guru menggunakan model pembelajaran direct instruction akan tetapi di padukan dengan model pembelajaran peer teaching.
b) Jika model pembelajaran direct instruction dan peer teaching di kolaborasikan dalam penerapan pembelajaran, maka aka nada pembaharuan suasana dalam penyerapan ilmu itu sendiri.