Oleh Dr. Budi Santoso
(Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta)
“Usia 25 tahun memiliki uang Rp 1 milyar,” itulah harapan anak saya yang berusia 17 tahun. Sayapun merenungkan ucapan anak saya ini.
Saya kemudian menanyakan, “Bagaimana cara untuk mendapatkan uang Rp 1 milyar tersebut? Anak sayapun terlihat mulai tercengang dan tidak memberikan jawaban.
Itulah gambaran generasi yang lahir setelah memasuki abad ke-21. Sama persis ketika saya ketika SD, sebagai generasi baby boomers ditanya cita-cita oleh guru SD.
Saya hanya iseng menyebut ingin jadi pelaut, di antara kawan-kawan yang ingin jadi dokter, pilot atau insinyur. Namun, saya juga bingung bagaimana caranya. Dan kebetulan guru saya juga tidak menanyakannya.
Terlihat ada perbedaan paradigma pada tiap generasi. Kalau zaman saya bercita-cita ingin menjadi suatu profesi tertentu, namun kalau generasi anak saya lebih konkret, ingin uang, terserah profesinya atau pekerjaannya. Kalau zaman saya, profesinya apa saja yang penting bisa kaya dengan cara apa saja dengan profesinya.
Memang kita sering fokus kepada tujuan, namun kurang memikirkan caranya.
Sayapun hanya menunjukkan sabuk hitam Taekwondo yang dikenakan anak saya sebagai perumpamaan. Saya bertanya bagaimana kamu mendapatkan sabuk hitam itu? Apakah sabuk hitam dapat diperoleh langsung, tanpa melalui tahapan atau proses?
Dia bilang, sabuk hitam diperoleh secara bertahap. Diawali dari sabuk putih dan terus meningkat hingga sabuk hitam. Dan semua harus ikut latihan dan ujian kenaikan tingkat, kadang juga harus menerima tendangan.
Apakah disadari bahwa sabuk hitam adalah akumulasi dari sabuk-sabuk sebelumnya. Dan butuh lebih dari 5 tahun untuk mendapatkannya. Anak sayapun terdiam.
Sayapun mulai menasehati, apabila sabuk hitam diumpamakan sebagai Kesuksesan, maka Kesuksesan adalah hasil dari suatu akumulasi kemampuan.
Uang Rp 1 milyar adalah kumpulan dari pecahan-pecahan kecil rupiah yang harus dikumpulkan. Kumpulan kemampuan mengumpulkan recehan akan berakumulasi menjadi milyar.
Jadi kondisi sekarang kita adalah kumpulan dari apa yang telah kita kerjakan sebelumnya. Semakin fokus terhadap suatu kegiatan akan semakin mendapatkan akumulasi kemampuan. Anak sayapun mulai paham.
Sayapun mulai “mepet” anak saya, terus bagaimana kalau kamu setiap hari bermain HP maen game, akumulasi apa yang akan dihasilkan kamu?
Tak kalah sigap, anak sayapun nyeletuk, “Babe juga sering maen HP mulu, terus akumulasi apa yang telah Babe hasilkan?” Makjleb… sayapun terdiam.