KABARINDAH.COM, AFGHANISTAN – Meski telah menguasai Afghanistan, kelompok Taliban disebut tidak akan dapat menguasai aset dan dana milik negara itu. Pasalnya akses menuju sebagian besar uang tunai dan stok emas negara tidak diberikan oleh Bank Sentral Afghanistan.
Gubernur bank sentral Ajmal Ahmady mengatakan di Twitter bahwa Da Afghanistan Bank (DAB) memiliki cadangan sekitar US$ 9 miliar (Rp 129 triliun). Tetapi sebagian besar aset itu disimpan di luar negeri dan di luar jangkauan Taliban.
“Sesuai standar internasional, sebagian besar aset disimpan dalam aset yang aman dan likuid seperti Treasuries dan emas,” kata Ahmady seperti dilaporkan AFP, Kamis (19/8/2021).
“Federal Reserve (The Fed) AS memegang US$ 7 miliar (Rp 100 triliun) dari cadangan negara, termasuk US$1,2 miliar (Rp 17 triliun) dalam bentuk emas. Sementara sisanya disimpan di rekening asing termasuk di Bank for International Settlements yang berbasis di Basel,” tambahnya.
Seorang pejabat pemerintah AS juga telah mengonfirmasi ini. Bahwa setiap aset bank sentral yang dimiliki pemerintah Afghanistan di AS tidak akan diberikan kepada Taliban.
Sementara itu IMF juga mengambil langkah untuk memastikan Taliban tidak akan mendapatkan dana yang diperuntukan bagi negara itu. Mereka menyatakan bahwa telah memutuskan untuk menahan bantuannya ke Afghanistan.
“Saat ini ada ketidakjelasan dalam komunitas internasional mengenai pengakuan pemerintah di Afghanistan, sebagai akibatnya negara tidak dapat mengakses … sumber daya IMF,” katanya
“Seperti biasa, IMF dipandu oleh pandangan masyarakat internasional.”
IMF pada bulan Juni merilis pinjaman US$ 370 juta ke Afghanistan yang disetujui pada bulan November lalu. Dana itu digunakan untuk membantu mendukung ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
Taliban menguasai Afganistan sejak Minggu (15/8/2021). Taliban memasuki Kabul setelah presiden sebelumnya Ashraf Ghani meninggalkan negeri itu ke luar negeri tanpa perlawanan dari militer Afghanistan.
Ini menyebabkan evakuasi besar-besaran warga asing mengingat situasi tak kondusif. AS, Inggris, Jerman hingga Jepang telah menutup kedutaan dan memulangkan warga negaranya.