Plesir  

Benteng Wolio, Peninggalan Sejarah Kesultanan Buton Diakui Terluas di Dunia!

KABARINDAH.COM – Selain terkenal sebagai penghasil aspal alam, Pulau Buton di Sulawesi Tenggara (Sultra) juga menyimpan benteng terluas di dunia. Bernama Benteng Keraton Buton atau dikenal sebagai Benteng Wolio karena dibangun di Bukit Wolio. Sebuah bukit laut yang berada di Kota Baubau, ibu kota Kabupaten Buton.

Mengutip laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Benteng Wolio berasal dari kata welia yang artinya ‘membabat’. Sebab sewaktu masa pembangunannya dilakukan pembabatan dan penebangan pohon-pohon besar di sekitar bukit. Hal tersebut merujuk pada penetapan benteng ini sebagai warisan budaya benda nasional pada 4 Maret 2003.

Benteng Keraton Buton ini memiliki luas mencapai 23,375 ha, dengan panjang keliling tembok benteng mencapai 2.740 meter. Sebagai pembanding, Candi Borobudur mempunyai luas 15,129 ha. Berkat luasnya itu, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) bersama Guinness Book of World Record pada September 2006 menobatkan Benteng Wolio sebagai bangunan pertahanan terluas di dunia.

Baca Juga:  Maksimalkan Potensi, Erick Thohir Ubah Kota Tua Ingin Jadi Daya Tarik Jakarta

Letaknya yang berada di puncak sebuah bukit setinggi 100 mdpl dengan lereng cukup terjal, membuatnya menjadi tempat pertahanan terbaik pada zamannya. Dari tepi benteng tampak pemandangan menakjubkan Kota Baubau dan hilir mudik kapal di Selat Buton.

Di dalam kawasan benteng terdapat berbagai peninggalan sejarah Kesultanan Buton. Benteng didirikan sebagai pusat pertahanan dan peradaban masyarakat Buton saat menghadapi penjajah Portugis, selain melindungi diri dari serangan bajak laut.

Lokasi & Arsitektur Benteng Wolio

Situs bersejarah ini terletak hanya berjarak sekitar 3 km atau sekitar 5 menit berkendara dari pusat kota Baubau. Benteng ini berdiri megah mengelilingi tiga dusun, yaitu Baluwu, Peropa, dan Dete di Kelurahan Melai, Kecamatan Wolio, Kabupaten Buton, Sultra.

Arsitektur Benteng Wolio memiliki desain bangunan yang menarik dan unik. Tinggi dan tebal temboknya tidak sama karena dibangun mengikuti kontur tanah atau lereng bukit. Terbuat dari batu gunung dan karang yang direkatkan dengan putih telur memakai campuran pasir dan kapur.

Baca Juga:  Menparekraf: Bali Jadi Tempat Terbaik untuk Perayaan Hari Pariwisata Dunia 2022

Pada bagian-bagian bukit yang terjal, tinggi tembok mencapai 8 meter dengan ketebalan sampai 2 meter. Kemudian di bagian dalam sisi timur dan selatan terdapat turap-turap sebagai penahan atau penguat.

Bangunan Benteng Keraton Buton atau Benteng Wolio ini memiliki empat buah boka-boka atau pos pengintai (bastion) di empat penjuru. Lalu ada 12 buah lawa atau pintu gerbang, 16 benteng kecil (baluara), parit dan sistem persenjataan berupa badili atau meriam buatan Portugis dan Belanda.

Daya Tarik Benteng Wolio

Dalam Benteng Keraton Buton juga terdapat Masigi Ogena atau Masjid Agung, istana sultan (kamali), makam-makam sultan, dan pejabat tinggi serta rumah adat malige. Ada pula perkampungan penduduk dengan rumah-rumah tradisional yang masih ditempati hingga saat ini.

Warga kampung tersebut berjumlah sekitar 700 kepala keluarga (KK). Rumah-rumah mereka tersebut terhubung langsung dengan lingkungan istana melalui lawa.

Baca Juga:  Jalur Kereta Api Bogor-Sukabumi, Target Rampung 2022. Semoga Warga Semakin Produktif!

Ada pula Sulana Tombi, yaitu tiang bendera setinggi 21 meter yang dibangun pada tahun 1712 di masa Sultan Buton Sakiuddin Darul Alam. Tiang bendera yang terbuat dari kayu jati ini berada di halaman Masjid Agung. Berfungsi untuk mengibarkan longa-longa, bendera milik kesultanan berbentuk segitiga.

Di halaman masjid juga terdapat jangkar raksasa yang diambil dari kapal dagang VOC yang karam di perairan Buton pada 1592.

Dengan predikatnya sebagai bentang terluas dan segala keunikannya, Benteng Keraton Buton menjadi tempat wisata unggulan Kota Baubau. Telah dikunjungi ribuan turis domestik dan mancanegara setiap tahunnya.*