Pojok  

Akurasi di Era Digital

Oleh Dr Encep Dulwahab M.IKom | Pakar Ilmu Komunikasi UIN Bandung

KABARINDAH.COM — Era digital telah membawa perubahan besar dalam tatanan kehidupan umat manusia. Tidak luput pula industri media yang sangat terdampak. Banyak perubahan yang terjadi pasca kehadiran digital di media massa. Cara mengemas berita, menyebarkan berita, dan respons yang diberikan khayalak pada medianya.

Kehadiran digital diprediksi banyak pihak akan mengalahkan media konvensional yang lebih dulu hadir. Namun anggapan tersebut terbantahkan, karena media-media konvensional masih bisa bertahan memenuhi ekspektasi para pecintanya. Hal yang sama pun pernah terjadi. Dulu ketika hadir radio dan televisi, yang digadang-gadang akan menenggelamkan kekuatan media cetak, namun nyatanya seiring waktu berjalan, ketiganya bisa saling mengisi dan memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Ketiganya mendapat tempat di masyarakat. Karena masing-masing memiliki kelebihan plus kekurangan.

Sekarang media massa benar-benar melakukan perubahan dengan mengoptimalkan teknologi digital. Meskipun masih ada beberapa media cetak dan televisi beraktivitas seperti biasa, tentunya dengan segala keterbatasan dan jumlah peminat yang menurun. Masyarakat dengan cepat dan massif melakukan perpindahan dalam menggunakan media digital dalam memenuhi kebutuhan informasinya.

Baca Juga:  Pemilu Yang Adil Bagi Penyandang Disabilitas

Masyarakat dimanjakan dengan sajian media digital, kapan pun di mana pun, beragam konten, disajikan benar-benar cepat, menarik dan praktis. Masyarakat dari kalangan tua maupun muda, hanya dengan gadget di genggaman, bisa mendapatkan berbagai suguhan informasi. Ibarat seorang konsumen yang bisa dengan leluasa mengeksplore seisi mall.

Tren media yang menggunakan fasilitas digital, telah menghadirkan karakter audien yang berubah pula. Oleh karena itu, media massa harus gerak cepat memenuhi ekspektasi pasar. Media massa harus melakukan perubahan diri, kemudian berakselerasi mengejar hasrat pasar. Proses kerja para jurnalis yang tergolong konvensional ketika liputan ke lapangan untuk mencari bahan berita, kemudian mengirimkannya ke media dengan piranti-piranti yang lambat, harus segera diganti.

Media massa dalam merepresentasikan informasinya harus banyak melakukan kolaborasi dengan berbagai teknologi video, gambar, audio, infografis, dan animasi sehingga bisa menghasilkan produk yang benar-benar menarik secara visual, unik, dan memikat konsumen. Kalau saja pakemnya tetap menggunakan satu platform, sudah banyak media yang mengalami kemunduran. Lain lagi dengan media massa yang sudah lama berkolaborasi, maka akan tetap digandrungi para konsumennya.

Baca Juga:  Kesulitan Menulis Artikel Ilmiah

Tidak berhenti di situ. Jurnalisme di masa depan agar tetap bisa bertahan di persaingan bisnisnya, mendistribusikan kontennya yang interaktif ke banyak multiplatform, dan aplikasi berita lainnya yang mempermudah pembaca ketika mengakses dan memahami berita. Namun demikian, jangan sampai membuat dan menyebarkan informasi yang itu-itu saja, atau mengulang-ngulangnya sehingga membuat masyarakat pengguna media massa digital kecewa. Pembaca merasa jenuh. Bagaimana pun penikmat media itu ingin sesuatu yang baru dan berbeda, lain daripada yang lain. Prinsip ini yang harus dipegang orang media.

Media massa yang memanfaatkan multimedia pun harus meningkatkan kemudahan orang mengakses dan memahaminya, jangan sampai sebaliknya semakin sulit dan susah untuk mengaksesnya. Oleh karena banyak menggunakan sisi visual, jangan sampai saling bersaing antara teks, dan visual. Pesannya pun tidak harus bertele-tele, namun harus to the poin, dan harus konsisten antara judul dengan isi.

Hal lain yang harus diperhatikan ialah akurasi data dan ketepatan dalam penulisan. Saat ini media di era digital, sangat mendewakan kecepatan dan bersandar pada yang sedang viral. Dalam penggarapan sebuah produk informasi ada yang salah ketik, salah menulis fakta dan data, jangan sampai hal ini dimaklumni. Bagaimana pun tetap saja harus patuh dan ketat pada kebenaran fakta dan data, karena ciri media massa adalah akurasi. Terlalu banyaknya yang tidak tepat penulisan, bisa mengurangi kualitas dan kredibilitas media massa. Jadi cepat dalam menghadirkan informasi ke publik menjadi sebuah keharusan, namun jangan mengabaikan kualitas juga.

Baca Juga:  Hilangnya Humanisme di Era Digital

Sajian akurasi ini yang membedakan mana hasil kerja jurnalis yang professional atau sekedar latah mengikuti yang sedang viral. Bisa jadi ini menjadi kunci sukses mempertahankan eksistensi bisnisnya di tengah-tengah gelombang persaingan bisnis. Pembaca saat ini semakin kritis, mereka bisa membedakan mana media yang cepat juga tepat dalam menghadirkan peristiwa, dengan media hanya mengejar kecepatan agar tidak ketinggalan dengan yang sedang viral. (*)