KABARINDAH.COM, Bandung — Menjelang hari wisuda, banyak mahasiswa tingkat akhir merasakan tekanan yang makin menguat. Skripsi, tugas pamungkas yang harus dituntaskan sebelum memakai toga, sering kali menjadi sumber stres yang tak terhindarkan. Dari mencari judul hingga merapikan daftar pustaka, semuanya terasa seperti perjalanan panjang yang penuh ketegangan.
Namun kini, semakin banyak mahasiswa mulai menemukan cara agar proses itu tidak lagi menakutkan. Mereka belajar memecah tugas besar menjadi langkah-langkah kecil yang lebih mudah dikelola. Pendekatan sederhana ini perlahan membuat skripsi tidak lagi dipandang sebagai “monster” yang menghantui hari-hari mereka.
Salah satu mahasiswa UM Bandung, Novi, mengaku pernah mengalami masa-masa paling berat ketika awal menyusun skripsi. Menurutnya, hampir semua mahasiswa pasti merasakan hal serupa.
“Awalnya saya merasa masa-masa mengerjakan skripsi itu berat banget. Namun setelah bikin target harian, misal nulis satu halaman atau merapikan lima referensi, semuanya terasa lebih ringan,” ujarnya di kampus UM Bandung, Rabu (10/12/2025).
Bagi Novi, kunci sebenarnya bukan seberapa cepat skripsi selesai, tetapi bagaimana menjaga konsistensi setiap hari. Memecah tugas besar menjadi bagian kecil membuat dirinya tetap bergerak tanpa merasa kewalahan. “Pelan tapi pasti,” begitu prinsip yang ia pegang.
Tren yang banyak digunakan mahasiswa lain adalah teknik belajar fokus 25 menit dengan jeda 5 menit. Cara sederhana ini dinilai efektif mengurangi kejenuhan sekaligus menjaga konsentrasi tetap stabil. Beberapa mahasiswa bahkan menjadikannya rutinitas baru selama masa penyusunan skripsi.
Selain itu, mendokumentasikan progres harian juga menjadi jurus yang tidak kalah penting. Melihat catatan kemajuan sedikit demi sedikit ternyata mampu memunculkan rasa pencapaian yang mendorong mereka untuk terus melangkah. Toh, skripsi tidak bisa ditunda selamanya.
Dengan strategi-strategi sederhana tersebut, perjalanan menyelesaikan skripsi berubah menjadi proses yang lebih bersahabat. Mahasiswa belajar bahwa menyusun skripsi tidak harus diselesaikan dengan terburu-buru, tetapi dengan langkah yang teratur dan konsisten.
Pada akhirnya, setiap halaman yang berhasil ditulis bukan hanya mendekatkan mereka pada momen mengenakan toga. Lebih dari itu, ia menjadi bukti kedewasaan, ketekunan, dan kemampuan mengelola diri—keterampilan penting yang akan mereka bawa sepanjang hidup.***(IK22/Melsandi)











