Kabar  

Pendidikan Sejati Adalah Penanaman Adab, Bukan Sekadar Ilmu Pengetahuan

KABARINDAH.COM, Bandung – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Barat Wahyu Srigutomo menegaskan bahwa integrasi keilmuan menjadi kebutuhan strategis bagi universitas Islam. Termasuk juga Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung.

Pesan tersebut ia sampaikan dalam kegiatan Baitul Arqam Purna Studi yang digelar Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Al-Islam Kemuhammadiyahan (LPPAIK) UM Bandung di Auditorium KH Ahmad Dahlan, Kamis (14/8/2025), di hadapan ratusan mahasiswa yang akan diwisuda akhir Agustus mendatang.

Dalam pemaparannya, Wahyu mengajak peserta untuk meneladani warisan intelektual Islam yang pernah melahirkan pusat-pusat keilmuan, seperti Baitul Hikmah dan Universitas Al-Qarawiyyin.

Pada masa itu, ilmu agama dan sains modern hidup berdampingan tanpa adanya dikotomi. Mengutip Seyyed Hossein Nasr, ia menegaskan bahwa dalam Islam tidak pernah ada konflik mendasar antara agama dan sains.

Baca Juga:  Rebranding dan Repacking, Tim PPM Universitas Siliwangi Gelar Pelatihan Pemasaran Produk Kue Burayot Khas Garut

Ia kemudian menjelaskan paradigma integrasi-interkoneksi yang diperkenalkan M Amin Abdullah. Integrasi keilmuan berarti menghubungkan kembali disiplin-disiplin yang terpisah.

Wahyu juga mengangkat pandangan Syed M Naquib Al-Attas tentang konsep ta’dib bahwa pendidikan sejati bukan sekadar transfer pengetahuan, melainkan penanaman adab.

Lebih lanjut, Wahyu mengaitkan visi Muhammadiyah sebagai Islam Berkemajuan dengan pengembangan UM Bandung sebagai Islamic Technopreneurial University.

Konsep ini memadukan AIK (Al-Islam Kemuhammadiyahan) dengan sains, teknologi, dan kewirausahaan. Menurutnya, amal saleh yang berlandaskan nilai Islam akan melahirkan kehidupan yang baik dan bermanfaat bagi banyak orang.

Dalam sesi studi kasus, Wahyu mencontohkan penerapan integrasi keilmuan di UIN Sunan Kalijaga serta pada prodi Pendidikan Agama Islam UM Bandung yang memadukan nilai keislaman, teknologi pendidikan, dan edupreneurship.

Baca Juga:  Top! Steviana Tea Karya Mahasiswa UM Bandung Berjaya pada Lomba Studentpreneur Bootcamp PTMA

Ia juga mengutip pandangan Azyumardi Azra bahwa pendidikan tinggi Islam harus mampu menjaga tradisi sekaligus berinteraksi dengan modernitas.

”Meski demikian, tantangan masa depan bukan sekadar membangun kembali masa lalu, melainkan merekonstruksi pemikiran untuk menjawab kebutuhan zaman. Sains harus melayani nilai dan nilai harus menjadi penuntun sains. Mahasiswa diharapkan mampu menjadi penghubung antara ayat kauniah (alam) dan ayat qauliah (wahyu),” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya kesadaran untuk merenungi tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta dan dalam diri manusia sebagai dorongan berpikir kritis dan kreatif. Dengan begitu, lulusan universitas Islam tidak hanya unggul dalam pengetahuan, tetapi berkarakter dan berdaya saing global.

Wahyu menutup paparannya dengan harapan agar para lulusan UM Bandung menjadi agen perubahan yang berilmu, berakhlak, dan siap berkontribusi membangun peradaban.

Baca Juga:  UMBandung Jalin Kerja Sama dengan Asosiasi Teknisi Perpajakan Indonesia

Menurutnya, memadukan kekuatan nilai Islam dan sains modern merupakan kunci untuk melahirkan generasi yang mampu menjawab tantangan masa depan.***(FA)