Ibrah  

Syukur, Sabar, dan Manusia Bahagia

Oleh: Reni Muplihah MPd | Magister Pendidikan STAI Sukabumi.

Sudah merasa bahagiakah hidup kita? Lebih sering merasa menderita atau bahagia? Lagi-lagi pertanyaan yang kadang membuat kita bingung untuk menjawabnya.

Banyak orang yang terlihat bahagia karena mereka kaya raya, banyak uang, mempunyai jabatan. Apakah mereka merasakan kebahagiaan? Lalu, mereka yang miskin, tidak mempunyai harta, uang dan jabatan, apakah mereka menderita? Bahagia itu bukan melulu soal uang, kekayaan atau jabatan, sudahkah kita bersyukur dan bersabar?

Kita harus yakin bahwa kesenangan dan kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang. Walaupun mungkin pernah di antara kita berpikir terlahir sebagai seorang jutawan, memiliki harta yang berlimpah ruah, tinggal di istana yang megah. Apa saja yang diinginkan bisa didapatkan dengan mudah dan hanya dengan tunjuk tangan semua bisa terkabulkan.

Baca Juga:  Mengucapkan Salam: Hukum, Keutamaan, dan Lafadz-nya dalam Bahasa Arab

Bukan, bukan itu! Karena hidup ini nyata, bukan seperti film atau sinetron di televisi. Hidup itu nyata dan harus kita hadapi dengan syukur dan sabar. Bersyukur bagi mereka yang berpunya, dan bersabar bagi mereka yang kekurangan. Anggap ini sebagai ujian, karena pada dasarnya kaya dan miskin adalah ujian dari Allah. Mampukah kita menjadi hambaNya yang bersyukur dan bersabar.

Kenyataannya, saat ini banyak sekali manusia yang memiliki kemewahan namun tak menemukan kebahagiaan. Mereka mempunyai mobil mewah, rumah bertingkat, jabatan yang tinggi, ATM berlipat-lipat, tapi mereka tidak merasakan tidur dengan nyenyak karena banyak yang dipikirkan. Apakah ini yang dinamakan Bahagia?

Akan tetapi banyak juga manusia yang hidup serba kekurangan tapi mereka menerima kehidupannya dengan ikhlas dan bersyukur denga apa yang dimiliki. Inilah kebahagiaan yang hakiki. Bahaia itu ada dalam hati dan kita sendiri yang merasakan. Bukan pada harta kekayaan yang bisa dilihat orang lain sehingga kita dianggap Bahagia dengan kekayaan itu.

Baca Juga:  Nggak Boleh Sombong! Inilah Dalil Hukum Flexing dalam Islam

Pada hakikatnya, kita harus meyakini bahwa kebahagiaan, kesenangan, ketenteraman, cinta, tidak bisa dibeli dengan uang. Yakin bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan dan tidak akan kita bawa mati. Yang menjadi bekal kita di akhirat nanti hanyalah amal baik kita dan ampunan dari Allah SWT. Harta dan tahta hanya singgah di dunia saja. Syukur dan sabar yang akan menjadikan kita manusia yang Bahagia.