Pojok  

Quarter Life Crisis: Apa dan Bagaimana?

Oleh Tita Puspita | Mahasiswa S1 PIAUD Institut Madani Nusantara Sukabumi

KABARINDAH.COM — Masa muda bagi sebagian orang merupakan masa yang paling indah. Namun, ada juga yang mengungkapkan masa muda adalah masa yang paling menakutkan. Hal ini bukan tanpa sebab. Karena orang yang menginjak masa transisi dengan proses pendewasaan atau yang dikenal sebagai Quarter Life Crisis yang bisa diartikan juga sebagai masa pencarian jati diri. Sebelumnya pasti kita pernah mendengar tentang Quarter Life Crisis, bukan? Atau malah menjadi salah satu orang yang lagi mengalami fase ini?

Menjadi dewasa merupakan sebuah kewajiban bagi setiap individu, tapi terkadang proses yang harus dilalui secara tidak sengaja menimbulkan krisis pada diri sendiri. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkannya dengan sebaik-baiknya.

Di usia menuju 20-an, anak muda sering kali dilanda kegelisahan akan tujuan hidupnya. Quarter life crisis adalah istilah yang umumnya digunakan untuk menggambarkan kegelisahan ini. Krisis ini ternyata cukup lumrah terjadi. Menurut Yale Medicine, 70 persen dewasa muda pernah mengalaminya. Apakah kamu masih asing dengan istilah quarter life crisis, atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan krisis perempat abad.

Dikutip dari Wikipedia, krisis seperempat abad merupakan istilah psikologi yang merujuk pada keadaan emosional yang umumnya dialami oleh orang-orang berusia 18 hingga 30 tahun seperti kekhawatiran, keraguan terhadap kemampuan diri, dan kebingungan menentukan arah hidup yang umumnya dialami oleh orang-orang berusia 18 hingga 30 tahun. Krisis ini dipicu oleh tekanan yang dihadapi baik dari diri sendiri ataupun lingkungan, belum memiliki tujuan hidup yang jelas sesuai dengan nilai yang diyakini, serta banyak pilihan dan kemungkinan sehingga bingung untuk memilih.

Baca Juga:  4 Kebiasaan Soekarno di Masa Muda yang Wajib Ditiru Mahasiswa

Masa-masa krisis emosional yang terjadi di usia memasuki seperempat abad ini bercirikan ragu-ragu akan masa depan dan kualitas hidup dalam berbagai aspek. Aspek-aspek itu di antaranya pekerjaan, asmara, hubungan dengan orang lain, hingga finansial. Orang yang berusia 20-an umumnya memiliki kesehatan yang prima dan tak memiliki banyak tanggung jawab. Dengan keadaan seperti itu, idealnya, mereka dapat dengan mudah melakukan eksplorasi serta mencari berbagai kesempatan. Akan tetapi, hal-hal yang mendukung inilah yang justru memunculkan krisis perempat abad.

Dikutip dari The Muse dan Nib, inilah berbagai ciri krisis perempat abad yang bisa kita identifikasi. Ketika mungkin muncul saat kita membandingkan pencapaian diri sendiri dengan pencapaian orang lain. bimbang dengan rencana jangka panjang ketika kita merasa bahwa cita-cita tak mudah untuk diraih. Bahkan kita bisa merasa bahwa tujuan-tujuan hidup kita merupakan tujuan yang tak realistis. Kelebihan dan kekurangan semakin nyata. Sejatinya, quarter life crisis adalah periode ketidakpastian, pertanyaan, dan penuh pencarian jiwa yang kerap dirasakan para pemuda. Pengaruhnya pun tak bisa disepelekan. Melansir laman The Guardian, masa-masa ini telah menimbulkan rasa tidak nyaman, kekecewaan, kesepian dan depresi kepada 86% dari generasi milenial.

Apa yang menyebabkan terjadinya quarter life crisis? Mengapa hal ini menimpa di rentan usia memasuki 20 hingga 30 tahun? Antara lain penyebabnya yaitu: 1) ekpektasi berlebih dari orang lain; 2) proses pencarian dan perencanaan karier yang berlebihan; 3) berjuang hidup mandiri untuk pertama kalinya; 4) merasakan hubungan serius dan komitmen untuk pertama kalinya; 5) membuat keputusan pribadi atau profesional jangka panjang; 5) takut akan perubahan besar dalam hidup.

Baca Juga:  Takut Ketinggalan Trend?

Setelah memahami apa itu quarter life crisis dan berbagai cirinya, apakah kita semakin yakin bahwa kita mengalaminya? Tak perlu khawatir, quarter life crisis adalah fase hidup yang bisa kamu lewati dengan berbagai cara.

Inilah beberapa cara untuk menghadapi krisis perempat baya, dirangkum dari Health dan Psychology Today:

  1. Berhenti membandingkan diri. Hidup bukanlah sebuah lomba, tiap orang pasti memiliki waktunya masing-masing. Oleh karena itu, coba untuk berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Hal yang kita lihat dari teman kita melalui media sosial bisa jadi hanya sebagian dari cerita utuhnya yang tak sepenuhnya indah. Ingat, rumput tetangga memang akan selalu terlihat lebih hijau. Kita mungkin tidak tahu, hijaunya itu apa hijau alami atau hijau karena berbahan sintetik.
  2. Kejar minatmu sendiri. Setelah berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain, kejar hal yang memang menjadi minatmu. Jangan terjebak dengan tuntutan bahwa kamu harus melakukan berbagai hal karena orang di sekitarmu juga melakukannya. Tetapkan tujuan yang baik dan positif, serta terima masukan orang lain apabila memang membuatmu berkembang.
  3. Buat rencana dan lakukan. Setelah memahami apa yang kamu inginkan, kamu bisa menetapkan tujuan, lalu menyusun rencana masa depan. Rencana ini penting agar kamu bisa mengetahui langkah-langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan.
  4. Pilih lingkungan yang mendukung. Kamu mungkin bisa melewati quarter life crisis dengan baik apabila dimotori dengan kerja kerasmu. Selain itu, memiliki teman-teman yang memberi dampak positif juga dapat menyokongmu apabila sewaktu-waktu kamu terjatuh. Teman yang baik juga akan memberi pengingat apabila kamu melakukan kesalahan. Melalui pengingat dan teguran, kamu bisa memperbaiki kesalahan untuk terus maju dan berkembang.
  5. Berhenti membuat alasan. Setelah memiliki rencana dan lingkungan yang baik, kamu tinggal bergerak agar bisa maju dan melewati krisis perempat baya dengan baik. Hal yang dapat mencegah gerakmu adalah alasan-alasan yang kamu buat sendiri. Kamu sebaiknya menghindari berbagai pikiran-pikiran seperti: saya tak cukup pintar, semua orang pasti bisa belajar waktunya kurang tepat, waktu yang tepat diciptakan, bukan ditunggu ini adalah kesalahan orang lain, coba introspeksi diri sebelum mengatakan hal ini dan lain-lain.
Baca Juga:  Kompetisi

Seringnya kekhawatiran yang dialami oleh rentan usia seperempat abad ini muncul bukan dari diri sendiri, tapi takut dengan komentar orang, tiba-tiba baper dan terjangkit quarter life crisis. Temukan esensi kehadiran kita di dunia, temukan konsep diri yang matang. Fokus berprogres pada elevasi kualitas diri tanpa perlu membandingkan diri dengan orang lain. Ketika kita bahagia berprogres  menghebatkan diri semata karena Allah, insya Allah fokus mencapai goals hidup, tanpa perlu bersentuhan dengan quarter life crisis. Qadha dan QadrNya selalu ada di dimensi waktu yang tepat bagi mereka yang ikhlas dan positif memandang hidup.

Jangan lupa selalu berdo’a untuk meminta kehidupan yang baik.

Toh, Kita semua sedang berproses menjadi AWESOME. Semoga.