KABARINDAH.COM, Bandung — Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung melalui Pusat Studi Media Digital dan Kebijakan Publik mengadakan Diskusi Publik bertajuk ”Media dan Demokrasi” pada Selasa (13/2/2024).
Acara yang berlangsung di Ruang Rapat Lantai Satu Gedung UM Bandung ini dihadiri oleh Wakil Rektor I, Kepala LPPM, Ketua Pusat Studi Media dan Kebijakan Publik, Kaprodi Ilmu Komunikasi, dan mahasiswa.
Acara ini menghadirkan pakar Ilmu Komunikasi sekaligus dosen Universitas Sangga Buana Bandung Nunung Sanusi sebagai narasumber.
Ia mengatakan bahwa kegiatan diskusi publik seperti ini menjadi ruang yang bagus untuk cikal bakal bagi mahasiswa dalam menumbuhkan sikap kritis.
”Kegiatan seperti ini menjadi tempat yang baik bagi mahasiswa untuk membuka suatu wacana dalam mengkritisi problem kebangsaan, kebudayaan, dan sebagainya,” ucap Nunung.
Tidak hanya itu, kegiatan ini juga menjadi pemantik bagi mahasiswa untuk bisa berdiskusi dengan tema-tema yang kekinian.
”Ketika para peserta mengikuti kegiatan ini maka mereka tidak akan terjebak dengan dialog yang hanya sebatas online,” jelas Nunung.
Pengaruh pers
Dalam pemaparan materi, Nunung menjelaskan seputar pengaruh pers terhadap kegiatan demokrasi pada suatu negara. Nunung menjelaskan, para mahasiswa yang akan menjalankan kegiatan di lembaga pers harus memiliki nalar kritis yang luar biasa.
Modal ini, kata Nunung, menjadi penting agar mahasiswa sebagai agen perubahan sosial dan calon pemimpin bangsa bisa mewarnai jalannya demokrasi suatu bangsa.
”Mahasiswa yang memiliki nalar kritis dapat mewarnai kehidupan demokrasi di Indonesia ketika bergelut pada dunia pers,” kata Nunung.
Nunung menambahkan bahwa mahasiswa yang memiliki nalar kritis perlu juga dikuatkan dengan peningkatan literasi yang mumpuni. Inilah hal kedua yang sangat penting.
”Peningkatan literasi seputar kebangsaan ataupun kenegaraan akan menjadikan mahasiswa sebagai aktivis kampus dan menjadi solusi bagi pers saat ini,” tutur Nunung.
Menurut Nunung, mahasiswa juga harus meningkatkan keingintahuan terhadap berbagai isu. Hal yang lebih penting lagi yakni tidak cepat puas terhadap suatu informasi yang didapatkan.
”Jadi, teman-teman mahasiswa jangan cepat puas. Harus selalu menggali informasi agar memberikan sebuah kabar itu hasilnya luar biasa,” harap Nunung.
Dua pilihan
Selain Nunung, hadir pula dalam acara ini dosen progrma studi Ilmu Komunikasi UM Bandung Arief Permadi sebagai narasumber.
Arief menerangkan bahwa pada zaman sekarang wartawan menghadapi dua pilihan dalam menjalankan pekerjaan di dunia pers. Apa saja? Yakni mengutamakan klik berita dari seseorang atau isi berita itu sendiri.
”Pada dasarnya, idealnya sebuah berita yang bagus itu adalah berasal dari pemaparan yang bagus, baik dari judul maupun kisahnya,” ungkap Arief.
Pilihan tersebut, kata Arief, didasari karena adanya media sosial yang mengubah hakikat jurnalistik. Media sosial kata Arief lebih banyak mementingkan judul berita yang clickbait.
”Hingga akhirnya semua pers saat ini menggunakan media sosial untuk bekerja secara konten,” tandas Arief.***(FK)