KABARINDAH.COM, JAKARTA – Kurikulum pendidikan vokasi mendukung lulusannya terampil untuk terjun di dunia industri. Bahkan disebut sebagai solusi dalam mengatasi pengangguran untuk generasi muda melalui kewirausahaan. Lalu, bagaimana menjadi lulusan vokasi dengan nilai jual tinggi?
Staf Khusus Presiden Billy Mambrasar menyebut ada tiga tantangan yang harus dihadapi oleh pendidikan vokasi Indonesia untuk menjadikan lulusannya bernilai jual tinggi. Tantangan yang pertama adalah demand driven. Artinya, menyesuaikan pendidikan vokasi dengan kebutuhan industri.
Menurutnya, pendidikan vokasi Indonesia sudah mampu menjawab tantangan yang pertama dengan baik. Ia menyebut salah satu (Sekolah Menengah Kejuruan) SMK yang telah memiliki MoU dengan suatu industri.
“Contohnya SMK Negeri 1 Sorong yang saat ini telah memiliki MoU dengan industri untuk menyerap lulusannya,” tutur Billy, dikutip dari laman resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Selasa (17/8/2021).
Kemudian, tantangan yang harus dihadapi yaitu, pendidikan vokasi harus disesuaikan dengan konteks potensi lokal.
“Misalnya di Labuan Bajo, berarti pendidikan vokasi harus berbasis wisata. Kalau di Sei, Sulawesi Tenggara, maka pendidikannya harus berbasis kelautan,” sambung Billy.
Tantangan selanjutnya, menurut penuturan Billy, adalah revitalisasi kapasitas guru dan fasilitas sekolah untuk memampukan insan-insan vokasi menjadi wirausahawan. Hal ini diperlukan sebagai alternatif apabila lulusan vokasi tidak bisa diserap oleh lapangan kerja sektor formal dan non formal.
Menjawab tantangan yang disebutkan sebelumnya, salah satu lulusan Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) Wisnu Nugroho membagikan ceritanya dalam terjun ke dunia industri bisnis food and beverage (F&B) setelah lulus kuliah.
Menurutnya, pendidikan vokasi telah membantunya dalam memberikan bekal untuk terjun ke bisnis yang tengah ia geluti saat ini.
“Ketika lulus, saya dan teman-teman tidak kaget saat terjun ke industri. Saat kuliah kita sudah diterjunkan dan itu menjadi bagian dari kuliah kami. Kurikulum pendidikan vokasi sangat bagus karena menggabungkan teori dan praktik,” tutur Wisnu yang juga seorang CEO Bread Time tersebut.
Bekal lain yang didapatinya adalah menciptakan lapangan pekerjaan sendiri ketika tidak terserap oleh sektor lapangan pekerjaan. Seperti halnya Wisnu yang berwirausaha sendiri di bidang kuliner. Menurutnya juga industri ini memiliki peluang yang luas bagi lulusan vokasi.
“Buktinya sekarang, apalagi di era pandemi, banyak orang yang berusaha di bidang kuliner. Mereka berhasil dan survive,” demikian Wisnu.