Bisnis  

Transparansi dan Efisiensi Merupakan Kunci Pengelolaan ZISWAF Modern

KABARINDAH.COM, Bandung – Dosen Prodi Ekonomi Syariah UM Bandung Yudi Haryadi mengatakan bahwa filantropi Islam memainkan peran penting dalam mendukung kesejahteraan umat melalui berbagai instrumen, seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf. Pernyataan tersebut disampaikan dalam program Gerakan Subuh Mengaji (GSM) Aisyiyah Jawa Barat yang digelar pada Selasa (10/12/2024).

Dalam paparannya, Yudi menjelaskan bahwa filantropi Islam memiliki pilar utama, yakni zakat sebagai kewajiban, infak dan sedekah untuk kebutuhan sosial, serta wakaf produktif sebagai investasi jangka panjang. ”Potensi ZISWAF di Indonesia sangat besar, bahkan pada 2021 diperkirakan mencapai Rp500 triliun. Namun, optimalisasi dan edukasi yang terus-menerus sangat diperlukan,” ungkapnya.

Ia juga menekankan pentingnya peran generasi muda dalam mengembangkan filantropi Islam, terutama di era digital saat ini. Menurutnya, teknologi menjadi peluang besar untuk mendorong kontribusi filantropi melalui berbagai platform digital seperti crowdfunding zakat. ”Generasi muda harus mampu memanfaatkan teknologi untuk memberdayakan umat, sekaligus menjawab tantangan seperti individualisme dan konsumerisme,” tambah Yudi.

Yudi juga memaparkan bahwa filantropi Islam dapat mengurangi kemiskinan, mendorong keadilan sosial, dan memberdayakan sektor ekonomi mikro. Ia menyebutkan bahwa lembaga pengelola ZISWAF harus mengedepankan transparansi, efisiensi, dan manajemen modern agar mampu memberikan dampak yang lebih besar.

Pendidikan dan pemberdayaan

Dalam kesempatan itu, Yudi mengingatkan bahwa pendidikan dan pemberdayaan ekonomi harus menjadi fokus utama dalam pengelolaan filantropi Islam. ”ZISWAF tidak hanya dana sosial, tetapi investasi untuk masa depan umat,” tegasnya.

Baca Juga:  6 Tips Jitu Membangun Brand Bisnis untuk Pelaku UMKM Menurut Yasa Singgih

Ia juga menggarisbawahi pentingnya sinergi antara lembaga pendidikan, sektor bisnis, dan organisasi pengelola filantropi. Dengan sinergi tersebut, program pemberdayaan dapat berjalan lebih efektif sesuai dengan peta potensi dan kebutuhan masyarakat.

Peserta GSM yang mayoritas merupakan aktivis Aisyiyah dan Muhammadiyah antusias mengikuti diskusi interaktif yang membahas strategi pengelolaan filantropi, tantangan dalam penghimpunan ZISWAF, dan bagaimana cara meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola.

Melalui acara ini, diharapkan khususnya generasi muda dapat lebih sadar akan pentingnya nilai-nilai kedermawanan Islam dalam menjawab tantangan sosial dan ekonomi. ”Bersama kita bisa membangun ekonomi umat yang lebih kuat dan berkelanjutan,” tutup Yudi.***(FA)