Oleh Dr Hj Arfiani Yulianti Fiyul MM
Ketua Yayasan Jasmine Solusi/ Trainer Motekar Provinsi Jawa Barat/ Asesor BAN PAUD Prov. Jabar/ Dosen Pascasarjana
Miris rasanya saat membaca berita mengenai dua anak usia SMP di Kota Cimahi, Jawa Barat, yang terpaksa berhenti sekolah selama satu tahun karena harus menjalani perawatan dan pemulihan kesehatan jiwa di sebuah rumah sakit. Kedua pelajar kelas VII SMP itu harus dirawat akibat kecanduan gim online.
Kelihatannya kedua pelajar ini bukan mendapat perawatan karena mereka sudah kecanduan. Sehingga, pada proses penyembuhannya diperkirakan bisa memakan waktu yang cukup lama. Tentu berita ini betul-betul membuat waswas para orangtua. pada keadaan dua orang anak SMP itu.
Kasus kecanduan gim online yang dialami anak-anak ini tentu sangat menarik untuk ditelusuri lebih jauh. Bagaimana cara mengatasi kecanduan gawai pada anak? Apa dampak negatif? Bagaimanakah gim online itu? Bagaimana pencegahan dan solusinya?
Kemajuan teknologi dan mudahnya penggunaan teknologi ternyata harus mendapat perhatian khusus para orang tua, pendidik dan pemerhati pendidikan. Gawai atau gadget adalah suatu peranti atau instrumen yang memiliki tujuan dan fungsi praktis yang secara spesifik dirancang lebih canggih dibandingkan dengan teknologi yang diciptakan sebelumnya.
Saat ini, gawai bukanlah barang mewah dan langka. Hampir semua orang memilikinya, bahkan sampai kepada anak-anak hampir semua memegangnya dan dapat menggunakannya. Terlebih di masa pandemi ini. Para siswa membutuhkan gawai agar dapat mengikuti pembelajaran daring. Namun, tanpa disadari penggunaan gawai pada sebagian besar anak-anak sudah melewati batas kewajaran.
Permainan dan tontonan pada gawai pasti sangatlah menarik bagi anak-anak. Kini, gawai sudah menjadi sebuah magnet yang mampu membetot hampir semua orang untuk menggunakannya dan bahkan tak sedikit yang tak bisa berhenti menggunakannya, terutama pada anak-anak.
Ketika anak sudah kecanduan, apa saja yang terganggu?
Tanpa disadari, pada gim dan permainannya banyak terkandung unsur tontonan di luar nalar anak usia sekolah. Misalnya gim online yang dimainkan ada tontonan untuk orang dewasa atau ada tontonan yang tidak pantas ditonton oleh seorang anak. Apa yang terjadi ketika tampilan yang tidak pada usianya, tapi tetap dikonsumsinya?
Maka, di situlah mulai terjadi kerusakan bagian belahan otak belahan otak anak. Bisa jadi yang ditonton adalah gambar porno, tontonan sebenarnya games, tapi dalam permainan itu terpampang gambar seronok, mungkin dari pakaiannya. Akibat terparahnya, rusaklah otak anak. Ini terjadi akibat rusaknya keseimbangan hormon pada anak. Dan akibat lainnya, ada perpustakaan pornografi yang tersimpan di otak anak. Itu sangat membahayakan.
Lalu apa dampaknya?
Ketika gim online itu mengandung unsur pornografi, maka belahan otak bagian depan anak akan mengalami kerusakan. Karena, pornografi berpotensi menimbulkan kerusakan otak melebihi narkoba. Adiksi pornografi merusak lima bagian otak menurut hasil penelitian dokter ahli bedah syaraf terkemuka Amerika, Dr Donald Hilton Jr.
Para orang tua seharusnya bisa melakukan pengamatan terhadap anak-anaknya. Anak-anak yang mengalami adiksi pornografi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Pertama, jika anak online lebih lama dan lebih intens, kemudian sering termenung.
Kedua, jika anak menarik diri dari teman-teman, tertinggal pelajaran di sekolah, menghindar dari sekolah.
Ketiga, jika anak tiba-tiba murung, selalu menghindar, dan terlihat linglung.
Keempat, jika anak kehilangan selera makan, sangat murung, menangis, depresi dan sulit tidur.
Kelima , jika anak langsung berhenti mengetik, menutup layar komputer atau gadgetnya, terus menekan tombol delete atau mematikan komputer ketika tahu ada orang tua didekatnya.
Jika sebagian ciri-ciri ini ada terlihat pada anak-anak, maka orang tua harus segera melakukan antisipasi agar mereka tidak terlalu jauh teradiksi oleh tontonan pornografi.
Lalu apa yang harus dilakukan orang tua. Sebagai orang tua tidak boleh berdiam diri, maka seharusnya juga:
Pertama, orang tua pun harus menguasai aplikasi-aplikasi yang ada di internet.
Kedua, orang tua pun harus buat aturan yang jelas dan tegas. Diskusikan batas waktu penggunaaan internet.
Ketiga, hal ini harus bicarakan dengan anak tentang keamanan internet, keamanan akan situs-situsnya.
Keempat, jika di rumah menggunakan komputer/laptop harus diletakkan di tengah-tengah ruang keluarga, sehingga terjangkau dari pemantauan orang tua, tidak dibolehkan disimpan di kamar anak.
Kelima, sampaikan dan ajarkan “peraturan lewat”, beri penekanan jika orang tua lewat dan melihat anak langsung berhenti atau mematikan komputer atau menutup program, maka tanpa tawar-menawar orang tua langsung mencabut kabel. Karena kalau keadaan ini terjadi berarti ada sesuatu yang disembuniyikan oleh anak.
Keenam, orang tua jangan bosan terus belajar dan pelajari bahasa tulisan/kode anak.
Langkah Pencegahan
Orang tua harus bisa mengarahkan anaknya ke situs-situs yang bermutu. Di dunia maya semua informasi dapat dilihat, anak bisa belajar berbagai hal dengan berbagai jenis kecerdasan. Misalnya, untuk meningkatkan Kecerdasan Linguistik-nya, suka belajar kata-kata baru, bisa belajar berbagai bahasa asing. Ajaklah anak untuk meningkatkan Kecerdasan Logika Matematikanya. Tontonan permainan-permainan yang melibatkan strategi. Dengan anak membuka situs yang bermutu anak dapat meningkatkan Kecerdasan Musikal, suka mendengarkan musik dan bernyanyi.
Di samping mengajarkan pada anak tontonan yang bermutu, terapkan juga larangan-larangan di dunia maya:
Pertama, sampaikan pada anak jangan masuki situs yang tidak diizinkan.
Kedua, ajarkan pada anak jangan berikan informasi pribadi pada orang yang di dunia maya.
Ketiga, ajarkan pada anak jangan merespons, jika ada sesuatu yang mengancam atau tidak nyaman, tekan tombol back, log off dan beritahu orang tua.
Keempat, ketika anak sudah mengenal media sosial, maka ajarkan jangan pernah janjian untuk bertemu teman baru atau teman yang dikenal di dunia maya.
Setiap orang tua pasti ingin membahagiakan anaknya dengan memberikan berbagai fasilitas. Namun, jika berbagai fasilitas itu diberikan tanpa rambu-rambu atau aturan, alih-alih membahagiakan justru bisa mengantarkan aka ke jurang kehancuran.
Agar anak-anak tidak ketagihan atau kecanduan permainan dan tontonan di internet, maka orang tua harus mengenali anak. Selektiflah terhadap isi permainan. Amati keseluruhan gim yang dimainkan anak.
Luangkan waktu untuk berteman dengan anak. Ajarkan si buah hati untuk mengelola rasa marah ketika bermain gim. Dalam permainan, ada yang kalah dan ada yang menang. Sehingga, jangan ada penyesalan di kemudian hari gara-gara penggunaan gawai yang tidak terkontrol. Wallahu a’lam bishawab. (*)