Hari AIDS Sedunia: Kota Sukabumi Catat 124 Kasus Baru HIV, Pemkot Fokus Tekan Penyebaran dan Hapus Stigma

KABARINDAH.COM, Sukabumi—Pemkot Sukabumi menegaskan komitmennya dalam mencegah dan menanggulangi HIV/AIDS sekaligus menghapus stigma terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Hal itu disampaikan Wakil Wali Kota Sukabumi, Bobby Maulana, pada peringatan Hari AIDS Sedunia tingkat Kota Sukabumi yang digelar Dinas Kesehatan (Dinkes) di Wisata Alam Oasis, Selasa (9/12/2025).

Dalam momen itu Wakil Wali Kota Sukabumi Bobby Mualana menekankan pentingnya memperkuat strategi STOP (Suluh, Temukan, Obati, Pertahankan) sebagai upaya menyeluruh penanggulangan HIV/AIDS di Sukabumi. Ia mengatakan perlunya edukasi berkelanjutan untuk menghapus stigma yang masih melekat pada ODHA.

“Intinya adalah bagaimana tetap mensosialisasikan mengenai HIV/AIDS kepada masyarakat, memperkuat narasi agar tidak ada diskriminasi kepada ODHA. Karena stigmanya itu masih menular, masih negatif,” ujar Bobby.

Ia juga mengajak masyarakat untuk membangun solidaritas serta menciptakan lingkungan inklusif yang mendukung ODHA. Pemerintah, katanya, akan terus berupaya menekan penyebaran HIV/AIDS di wilayah Kota Sukabumi.

124 Kasus Baru, 43 Di Antaranya Warga Kota Sukabumi

Kepala Dinkes Kota Sukabumi, Ida Halimah, menjelaskan bahwa peringatan Hari AIDS Sedunia sejatinya jatuh pada 1 Desember, namun puncak acara digelar hari ini. Ia menyebutkan bahwa sejak Januari hingga Oktober 2025 terdapat 124 kasus HIV baru, dengan 43 kasus merupakan warga Kota Sukabumi dan sisanya warga luar kota.

“Kasus yang ditemukan di Kota Sukabumi dicatat sebagai temuan Kota Sukabumi. Sampai saat ini sudah ada lima kematian akibat HIV/AIDS. Jumlah kasus baru HIV ini menurun dibanding tahun lalu yang mencapai 165 kasus,” jelas Ida yang didampingi Kabid P2P, Denna Yuliavina.

Ida juga menyebut kelompok LSL (Laki-Saki Seks Laki-Laki) masih menjadi dominasi dengan proporsi sekitar 50 persen dari total temuan kasus.

Libatkan Komunitas untuk Perkuat Penanganan

enanganan HIV/AIDS, kata Ida, tidak dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan saja. Karena itu, Dinkes melibatkan berbagai komunitas dan lembaga seperti Lensa serta beberapa yayasan peduli HIV/AIDS. “Untuk penanganan ini tidak bisa hanya oleh petugas kesehatan. Maka kami libatkan teman–teman komunitas peduli HIV/AIDS,” tambahnya. Riga Nurul Iman

Exit mobile version