Kabar  

Tiga Fungsi Kepemimpinan Aisyiyah Jadi Dasar Perubahan Sosial di Masyarakat

KABARINDAH.COM, Bandung – Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah Rohimi Zamzam menegaskan pentingnya kepemimpinan perempuan dalam dinamika gerakan Aisyiyah di forum penguatan ideologi persyarikatan yang diselenggarakan oleh Unit Sumber Daya Manusia (SDM) Perempuan Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung pada Rabu (16/07/2025).

Dalam paparannya, Rohimi menyampaikan bahwa eksistensi Aisyiyah selama lebih dari satu abad adalah bukti kekuatan ideologi gerakan Islam berkemajuan yang dijalankan dengan komitmen, keikhlasan, dan kepemimpinan transformatif dari para kadernya.

”Perempuan di Muhammadiyah dan Aisyiyah bukan hanya pendukung, melainkan aktor utama perubahan. Mereka harus berani tampil di ruang publik dan memimpin di berbagai lini,” ungkap Rohimi dalam sesi seminar yang digelar oleh LPPAIK UM Bandung.

Seminar tersebut bertajuk ”Penguatan Ideologi Persyarikatan Unit SDM Perempuan dan Pemebentukan Aisyiyah Komunitas UM Bandung.”

Baca Juga:  LP3H Muhammadiyah Jawa Barat Komitmen Bangun Ekosistem Halal di Jawa Barat

Ia menekankan bahwa dalam struktur Aisyiyah, terdapat tiga fungsi utama kepemimpinan yang harus dijalankan secara beriringan. Pertama, fungsi pelayanan umat. Kedua, fungsi strategis organisasi. Ketiga, fungsi regulasi kelembagaan.

”Pimpinan Aisyiyah harus hadir di tengah masyarakat, menjadi motivator, dan agen pemberdayaan. Kepemimpinan yang menggerakkan lahir dari teladan dan aksi nyata,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia juga menyoroti tantangan kaderisasi di internal Aisyiyah. Meski potensi kader tersebar di berbagai bidang dan komunitas, banyak di antaranya belum teroptimalkan.

Oleh karena itu, menurutnya, perlu penguatan pilar-pilar kaderisasi, mulai dari pimpinan, amal usaha, ortom, keluarga, profesi, hingga komunitas.

”Kita memiliki sumber daya luar biasa, ada guru, dosen, dokter, pengusaha, bahkan paralegal. Semua itu harus dirangkul dalam kerangka kepemimpinan yang kolaboratif, kolegial, dan profetik,” terang Rohimi.

Dalam penutupnya, ia mengingatkan kembali nasihat luhur dari Nyai Ahmad Dahlan atau Siti Walidah kepada para kader. ”Jangan pernah menduakan Muhammadiyah, jangan sombong saat mendapat pujian, dan jangan sakit hati ketika mendapat kritik. Berjuanglah dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh,” katanya tegas.

Baca Juga:  Antisipasi Gempa Megathrust, BPBD Kota Sukabumi Mitigasi Bencana ke Sekolah

Acara ini diharapkan menjadi cikal bakal gerakan perempuan kampus yang aktif, terorganisasi, dan kontributif dalam menjawab tantangan zaman dengan semangat Islam berkemajuan.

Sementara itu, Rektor UM Bandung Herry Suhardiyanto menegaskan bahwa Aisyiyah merupakan motor penggerak penting dalam persyarikatan, terutama melalui proses pembinaannya yang berkelanjutan kepada remaja dan pelajar.

Ia mengakui bahwa meskipun di UM Bandung jajaran pimpinan seperti rektor dan wakil rektor saat ini didominasi oleh laki-laki. Namun, mereka lahir dan tumbuh dari peran perempuan tangguh yang berkontribusi besar dalam perjalanan hidup mereka.

Herry menekankan pentingnya kesinambungan pembinaan yang dilakukan oleh Aisyiyah untuk melahirkan generasi penerus yang tidak hanya cerdas dan mandiri. Namun, mampu melanjutkan estafet ideologi persyarikatan dari generasi ke generasi. Dalam hal ini, peran perempuan, khususnya para ibu, sangatlah krusial.

Baca Juga:  Pemimpin dan Suara Rakyat

Ia berharap para ibu di Aisyiyah Bandung semakin tangguh dan solid dalam menghadapi tantangan ke depan. Melalui komunitas Aisyiyah yang aktif, kekuatan kolektif pun terbangun di UM Bandung, yang pada akhirnya mampu menggerakkan dinamika organisasi Aisyiyah sekaligus memberikan dampak positif bagi kemajuan institusi.***(FK)