Program Berdaya Dorong Difabel Bangkit Mandiri, Muhammadiyah dan Lazismu Perkuat Ekonomi Inklusif

KABARINDAH.COM, Jakarta — Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) PP Muhammadiyah bersama Lazismu menggelar Pelatihan Keterampilan Kewirausahaan dan Penyaluran Bantuan Modal Tahap I melalui Program Berdaya (Bersama Difabel Berkarya) pada Selasa, 30 Desember 2025 di Aula Gedung Pimpinan Pusat Muhammadiyah Lantai 1, Jakarta.

Kegiatan ini merupakan upaya mendorong kemandirian ekonomi penyandang difabel melalui pendekatan pelatihan, pendampingan usaha, serta penguatan jejaring ekonomi. Program Berdaya menyasar 30 penyandang difabel dari berbagai ragam disabilitas yang berdomisili di wilayah Jabodetabek. Program Berdaya merupakan kelanjutan dari Gerakan Ekonomi Inklusif tahap ketiga hasil kolaborasi MPKS PP Muhammadiyah dan Lazismu, yang menekankan pemberdayaan berkelanjutan agar penyandang difabel mampu meningkatkan kapasitas usaha dan bertransformasi menjadi pelaku ekonomi mandiri.

Wakil Ketua I MPKS PP Muhammadiyah, Dr Ridwan Furqoni, M.P.I, menegaskan bahwa beragama dalam Muhammadiyah tidak berhenti pada kesalehan personal, tetapi harus menghadirkan dampak nyata bagi sesama. “Beragama dalam Muhammadiyah harus berdampak. Amal saleh itu bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi menebarkan kebaikan dan kemaslahatan. Program BERDAYA adalah ikhtiar menyempurnakan ibadah dengan memberi manfaat,” ujarnya.

Ridwan menekankan pentingnya transformasi penerima manfaat menjadi pelaku ekonomi yang mandiri. “Kita ingin mendorong perubahan dari penerima menjadi pemberi, dari mustahik menjadi muzaki. Karena itu, MPKS dan Lazismu harus berjalan bersama, saling menguatkan,” tambahnya.

Badan Pengurus Lazismu Pusat Artati Haris, M.Si menekankan, zakat, infak, dan sedekah harus memberikan dampak jangka panjang, bukan sekadar bantuan sesaat. “Zakat seharusnya mampu mengubah kehidupan. Dari rentan menjadi tangguh, dari bergantung menjadi mandiri, dari terpinggirkan menjadi berdaya dan berperan,” cetusnya.

Menurut Artati, tantangan yang dihadapi penyandang difabel bersifat berlapis, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga stigma sosial. Karena itu, kerja pemberdayaan membutuhkan kolaborasi dan orkestrasi yang kuat. “MPKS memiliki peran strategis sebagai orkestrator agar kerja-kerja pemberdayaan tidak berserakan dan dapat memberikan dampak yang lebih luas dan berkelanjutan,” ungkapnya.

Dalam keynote speech-nya, perwakilan PP Muhammadiyah, dr Agus Taufiqurohman, Sp.S., M.Kes, mengajak peserta untuk tidak menjadikan keterbatasan sebagai penghalang untuk berkarya dan berdaya.
“Allah tidak melihat fisik dan rupa, tetapi iman, hati, dan amal. Amal saleh itu adalah karya-karya yang baik. Kekurangan bukan penghalang prestasi,” tuturnya.

Agus menegaskan, pemberdayaan difabel merupakan bagian dari misi Muhammadiyah untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan martabat manusia.“Kita mungkin tidak bisa mengendalikan ombak kehidupan, tetapi kita bisa mengendalikan kapal kita. Dengan niat yang ikhlas dan semangat berkarya, difabel bisa bangkit, mandiri, dan berjaya,” tegasnya.

Melalui Program Berdaya, MPKS PP Muhammadiyah dan Lazismu berharap tercipta model pemberdayaan ekonomi difabel yang dapat direplikasi di berbagai wilayah, sehingga semakin banyak penyandang difabel memperoleh kesempatan hidup mandiri dan bermartabat.

Exit mobile version