Peran Keluarga dalam Penanaman Moral Anak di Masa Pandemi

Oleh: Ai Ida Rosdiana | Guru MA Sunanul Aulia Kota Sukabumi, Lulusan Magister Pendidikan Agama Islam STAI Sukabumi

Sekumpulan anak tampak asyik berkerumun di salah satu rumah warga. Seolah tanpa beban, mereka saling mewarnai rambut satu sama lain, sambil tertawa-tawa. Mereka abai dengan protokol kesehatan Covid-19. Dari obrolannya, mereka merupakan siswa SMP dari beberapa sekolah. Tak cuma itu, anak-anak tersebut juga dengan bebasnya merokok.

Realitas tersebut tentu saja sangat mengkhawatirkan. Potret di atas mencerminkan mulai pudarnya nilai-nilai moral, budi pekerti dalam diri siswa. Ini menandakan betapa petingnya penanaman akhlak dan penguatan karakter di sekolah agar mereka dapat menyaring budaya-budaya negatif yang tidak relevan dengan ciri bangsa Indonesia.

Walaupun pendidikan akhlak tidak sepenuhnya menjadi kewajiban sekolah, tapi harus ada keseimbangan pendidikan serta penanaman moral, budi pekerti di rumah dan sekolah. Perlu kerja sama yang baik antara orang tua dan guru dalam membentuk siswa yang berbudi pekerti luhur.

Mencapai Akhlak mulia merupakan tujuan pendidikan Islam yang sebenarnya. Sehingga penanaman nilai-nilai moral harus di atas segalanya. Betapa banyak perilaku sosial anak yang menyimpang karena mengabaikan nilai-nilai moral dan penyebabnya pun tidak sepenuhnya ada pada dunia pendidikan.

Keluarga sebagai Pengganti Peran Guru

Adanya kebijakan belajar dari rumah di masa Pandemi Covid-19 menimbulkan kekhawatiran yang dirasakan orang tua. Selain harus mendampingi anak belajar bersamaan dengan kesibukan dalam pekerjaannya walaupun pada dasarnya pemerintah sudah menggalakkan gerakan work from home (WFH). Sehingga, intensitas interaksi antaranggota keluarga menjadi meningkat dibandingkan dengan situasi normal di luar pandemi.

Wabah yang menyerang hampir seluruh belahan dunia membuat banyak orang harus kembali ke rumah dan mengubah pola kebiasaan dan ritme keseharian. Tentunya, ini tidak mudah bagi orang tua yang kesibukannya banyak di luar sebelum pandemi. Tetapi, ini kesempatan penting yang harus dimanfaatkan orang tua dan menggantikan peran guru di sekolah.

Dalam hal ini, sebenarnya Allah SWT telah mengingatkan kembali pada kita dalam Alquran surah At-Tahrim 66:6)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلآئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادُُ لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَايُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. 66:6)

Khalifah Ali bin Abi Thalib RA mengatakan bahwa makna “peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, yaitu “didiklah mereka dan ajarkan ilmu kepada mereka (addibhum wa’allimhum).

Dengan adanya pandemi covid kita banyak diajak kembali memahami pesan-pesan ilahi dan mengokohkan pilar-pilar yang ada dalam bangunan keluarga agar lebih kuat dalam menghadapai berbagai tantangan kehidupan .

Pendidikan Moral Inti Pembentukan Akhlakul Karimah

Secara substansi pendidikan yang hakiki dalam ajaran Islam yaitu pembentukan akhlakul karimah (Kosmajadi et al. 2019) yang merupakan aspek fundamental dalam kehidupan seseorang. Sebagaimana Nabi Muhammad diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Jelas sekali bahwa relevansi diutusnya Nabi Muhammad dengan surah at-Tahrim ayat 6 masih berlaku sepanjang zaman kehidupan bahkan sampai kehidupan dunia ini tidak ada. Sehingga keluarga menjadi tumpuan pendidikan akhlak utama dan pertama, keluarga cerminan kehidupan anak dikemudian hari karena keluarga secara umum merupakan tempat dimana anak didik menghabiskan waktunya sehari-hari.

Oleh karena itu, orang tua harus memberikan pendidikan moral dengan rasa cinta, lemah lembut dan penuh dengan kasih sayang karena akhlak yang mulai tidak terjadi begitu saja dan tidak tumbuh dengan sendirinya melainkan dipegaruhi oleh berbagai faktor terutama lingkungan keluarga, cara mendidik/pendidikan dan lingkungan masyarakat.

Dengan demikian pendidikan dan penanaman nilai-nilai moral pada anak terletak pada kedua orang tua (Sholeh 2017). Sebagaimana yang dilakukan Lukmanul Hakim dalam mendidik anak dalam surat Lukman ayat 12 – 19 yaitu:

1) Larangan menyekutukan Allah
2) Memuliakan kedua orang tua
3) Merasa diawasi oleh Allah
4) Mengerjakan shalat
5) Menyuruh manusia berbuat baik dan mencegah berbuat munkar.

Pendidikan yang ditanamkan Lukman kepada anaknya masih sangat relevan dengan pendidikan anak kontemporer karena akhlak adalah cerminan kepribadian seseorang dan tidak habis terkikis oleh zaman. Kemerosotan nilai-nilai moral yang melanda masyarakat saat ini tidak lepas dari tingkat keefektifan penanaman nilai-nilai moral di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Oleh karena itu pendidikan akhlak sebagai prinsip dasar moral harus dimiliki dan menjadi biasa dilakukan sejak anak masih kecil.

Fungsi dari institusi keluarga menjadi tolak ukur kebahagiaan suatu masyarakat dan akan berpengaruh terhadap tatanan sosial masyarakat. Berbagai kondisi yang di sebabkan oleh pandemi dalam hal penguatan keluarga yang soleh, sehat dan tangguh, keluarga dituntut untuk saling meng-cover satu sama lain dari berbagai dampak negatif pandemi.

Dari segi pendidikan anak intensitas peran orang tua sangat dibutuhkan, yang semula dilakukan oleh instansi pendidikan kini peran tersebut kembali menjadi tanggungjawab orang tua.

Pendidikan keluarga bukan hanya untuk kemaslahatan keluarga saja tapi didalamnya dibutuhkan penanaman moral, akhlakul karimah, budi pekerti yang baik untuk membentuk kesadaran sosial yang berlandaskan kemaslahatan masyarakat, konsep keluarga tersebut sangat diperlukan untuk menguatkan peran keluarga dalam menghadapi wabah Pandemi Covid-19. Wallahu a’lam bishawab.

Exit mobile version