Kabar  

Muhammadiyah Bukan Gerakan Rigid, Tapi Solutif dan Inklusif

Dirjen Haji dan Umrah Kemenag sekaligus Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hilman Latief.

KABARINDAH.COM, Bandung – Dirjen Haji dan Umrah Kemenag sekaligus Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hilman Latief mendorong UM Bandung menjadi kampus yang konsisten memberikan pencerahan dan perubahan kepada masyarakat secara luas.

Hal itu Hilman sampaikan saat memberikan sambutan dalam pelantikan Rektor UM Bandung periode 2025-2029 Herry Suhardiyanto pada Senin (30/06/2025) lalu di Auditorium KH Ahmad Dahlan, lantai tiga gedung kampus ini, Jalan Soekarno-Hatta Nomor 752, Bandung.

Hilman juga mendorong UM Bandung berperan dalam dakwah yang dikembangkan oleh Muhammadiyah. Hal ini sebagaimana diyakini persyarikatan Muhammadiyah dalam naskah Islam Berkemajuan bahwa Islam sebagai gerakan dakwah.

”Oleh karena itu, UM Bandung tidak bisa dilepaskan dari misi persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah. Dakwah dalam arti yang sangat luas dalam berbagai sektor, misalnya sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya,” ujar Hilman. 

Yang kedua, kata Hilman, disebutkan dalam Islam Berkemajuan bahwa Islam adalah gerakan tajdid (pembaruan). UM Bandung sebagai lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Muhammadiyah harus menopang gerakan tajdid yang dilakukan oleh Muhammadiyah di berbagai bidang. Misalnya, tajdid dalam fikih keagamaan, sosial, ekonomi, dan lain-lain.

Yang ketiga, risalah Islam Berkemajuan juga menyatakan bahwa Islam sebagai gerakan ilmu. Poin ketiga ini, tegas Hilman, hal yang paling relevan dengan UM Bandung yang kini sudah berusia sembilan tahun.

Muhammadiyah dari dahulu hingga kini terus dinamis dan berkembang hingga umurnya mencapai 112 tahun. Umur panjang ini, kata Hilman, jarang dialami oleh organisasi Islam yang lainnya di Indonesia.

”Muhammadiyah satu abad lebih dengan gerakan tajdid. Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang memperhatikan berbagai permasalahan umat dan mencari solusi-solusi terbaru untuk hal tersebut. Bukan sebuah gerakan keagamaan yang kaku, rigid, mempersulit jemaahnya, dan cara pandangnya terhadap Islam begitu sempit,” imbuh Hilman.

Muhammadiyah yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Kauman, Yogyakarta, kata Hilman, merupakan organisasi Islam terbesar yang terbuka dan inklusif. Maka dari itu, Muhammadiyah bisa eksis dan bertahan hingga 112 tahun lamanya.

Yang terakhir adalah gerakan amal. Bagaimana pun warga Muhammadiyah tidak cukup hanya punya semangat spiritualitas, tajdid, dan semangat berilmu, tetapi harus berislam dengan ilmu untuk mendapatkan amal yang berkualitas.

Oleh karena itu, Hilman berharap UM Bandung menjadi bagian dari gerakan nyata persyarikatan Muhammadiyah khususnya di Jawa Barat.

”Kalau menurut saya, UM Bandung ini adalah kampus awal seperti UMY dahulu. Nanti sepuluh atau dua puluh tahun ke depan akan ada kampus terpadu yang lebih luas untuk UM Bandung,” imbuh Hilman yang disambut tepuk tangan hadirin di auditorium.

“Jadi, mari kita membangun mimpi bersama. Mimpi yang besar sekali. Kalau mimpi jangan nanggung. Besar sekalian. Mimpi bukan hanya mempertahankan yang sudah ada ini, melainkan bagaimana memproyeksikan lima puluh tahun yang akan datang kita akan seperti apa,” pungkas Hilman.***(FA)  

Exit mobile version