Kontribusi Pengelolaan Kelas dalam Pendidikan Karakter Berbasis Mata Pelajaran SKI

Oleh: Susi Sri Mulyawati | Magister Pendidikan Agama Islam STAI Sukabumi

Internalisasi nilai-nilai karakter dalam pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia untuk membawa kemajuan suatu bangsa. Karakter bangsa yang berkualitas dibentuk dari karakter masyarakat yang dididik ketika menempuh pendidikan.

Penguatan pendidikan karakter menjadi tantangan ke depan yang semakin kompleks. Karena jika pendidikan karakter berhasil, maka akan lahir harapan bagi masa depan suatu bangsa.

Dalam ajaran Islam, karakter tidak hanya menekankan pada aspek keimanan, ibadah, dan muamalah, tetapi juga akhlak. Pengamalan ajaran Islam secara utuh (kaffah) merupakan model pendidikan karakter seorang Muslim, bahkan untuk mempermudah usaha pendidikan tersebut Allah telah mengaktualisasikannya lewat figur karakter Nabi Muhammad SAW, yang memiliki sifat Shidiq, Tabligh, Amanah, dan Fathonah.

Penguatan nilai-nilai karakter melalui proses pembelajaran merupakan pengenalan akan kesadaran bahwa pentingnya internalisasi nilai-nilai tersebut ke dalam tingkah laku siswa pada semua mata pelajaran. Tujuan dari sebuah pembelajaran adalah siswa dapat menguasai kompetensi yang ditargetkan, sehingga siswa dapat mengenal, memahami, menyadari, dan mengimplementasikan nilai-nilai dalam bentuk perilaku.

Setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah memuat pembelajaran yang berhubungan dengan karakter. Interaksi pendidikan karakter pada mata pelajaran mengarah kepada internalisasi nilai-nilai dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran yang dimulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan rencana tindak lanjut.

Setiap mata pelajaran fokus pada penanaman nilai-nilai karakter utama yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 183 Tahun 2019 tentang Kurikulum PAI dan Bahasa Arab pada Madrasah, materi Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 secara substansial, memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi karakter kepada peserta didik. Tujuannya adalah untuk mengenalkan, memberikan pemahaman dan penghayatan bahwa dalam Sejarah Kebudayaan Islam yang mengandung nilai-nilai kearifan sunah dan syi’ar agama yang dapat digunakan untuk membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik yang beradab dan bermoral.

Upaya optimalisasi pengembangan pendidikan karakter pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam pembelajaran di kelas-kelas menjadi sebuah tantangan baru. Pasalnya pembelajaran sejarah merupakan bentuk pendidikan kontekstual yang tidak terikat oleh hal-hal yang bersifat materi. Sedangkan siswa jenjang ini masih memiliki kesulitan cara mencerna maksud dan pelajaran inti dari sebuah peristiwa sejarah. Apalagi untuk diterapkan dan dijadikan pedoman bagi kehidupannya sehari-hari.

Diperlukan manajemen dan strategi pembelajaran yang tepat, agar target pendidikan yang diharapkan dapat tercapai. Guru yang mengajarkannya pun harus memiliki berbagai kompetensi yang diperlukan. Salah satu kompetensi guru yang berkaitan adalah pengelolaan kelas. Ini artinya si guru dituntut untuk dapat menciptakan lingkungan kelas yang nyaman agar proses pembelajaran dan penyerapan nilai-nilai dapat berjalan sebaik dan seasyik mungkin.

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar (Saud, 2013). Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar, misalnya penghentian tingkah laku siswa yang mengabaikan perhatian kelas, pemberian reward bagi yang tepat waktu menyelesaikan tugas, atau penetapan kesepakatan kelas agar lebih produktif. Dengan kata lain, iklim kelas yang kondusif sangat dibutuhkan untuk mendukung proses internalisasi karakter positif siswa termasuk karakter kedisiplinan dan tanggung jawab salah satunya.

Pengelolaan kelas dilakukan untuk menyesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan. Dalam memilih model pembelajaran haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas atau media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Beberapa model pembelajaran untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi, di antaranya adalah:

Pertama, pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning).

Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggungjawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Belajar secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab.

Kedua, pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning).

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa. Sehingga akan terasa manfaat dari materi yang disajikan sehingga motivasi belajar muncul, dan suasana menjadi kondusif, nyaman, juga menyenangkan.

Ketiga, pembelajaran berbasis masalah (Problem Basic Learning).

Untuk dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran para ahli menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya perubahan paradigma, maka pusat pembelajaran akan berubah dari guru ke siswa.

Keempat, Teams Games Tournament.

Penerapan model ini dilakukan dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, dan pembagian tugas tiap kelompok bisa saja sama, bisa juga berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok. Suasana diskusi diusahakan menjadi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games), yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut, santun, dan ada sajian candaan. Setelah selesai, kerja kelompok disajikan didiskusikan bersama di kelas.

Exit mobile version