KABARINDAH.COM, Bandung – Dua mahasiswa Prodi Psikologi Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung Najma Alya Salsabila dan Zahra Suci Apuza berhasil meraih juara tiga dalam lomba artikel ilmiah “Muhammadiyah-Aisyiyah National Psychology 2025.
Perlombaan yang digelar di Purwokerto tersebut diselenggarakan Asosiasi Psikologi Seluruh Indonesia Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (APSI PTMA).
Banyak ragam perlombaan yang diperlombakan, mulai dari bidang akademik hingga kegiatan non-akademik.
Najma Alya Salsabila mengatakan sangat bersyukur dan mengaku senang sekali dapat meraih penghargaan tersebut.
“Sebenarnya waktu itu ada project lain, cuma karena ini lombanya cakupan seluruh Indonesia, iya kita gas aja, kapan lagi gitu dapat kesempatan lomba kayak gini,” ucap Alya di UM Bandung pada Selasa (25/11/2025).
Penyusunan artikel untuk perlombaan ini kata Najma berlangsung alot selama dua minggu.
“Tentu dengan arahan dari dosen pembimbing kita fokuskan betul pengerjaanya hingga memastikan semua isi ataupun teknis pengerjaan artikelnya tidak ada kesalahan,” terangnya.
Ia mengungkapkan bahwa ini merupakan kali kedua dirinya berpartisipasi dalam kompetisi pada bidang karya tulis ilmiah.
“Selain mencari pengalaman baru ataupun ajang pembelajaran, lomba ini juga menjadi jalan untuk bisa berdampak sebagai mahasiswa psikologi yang berperan sebagai agen perubahan,” terang mahasiswa Psikologi angkatan 2024 tersebut.
Dalam perlombaan tersebut, dirinya bersama Zahra Suci Apuza mengambil judul “Pengaruh Rasa Kesepian pada Penggunaan Artificial Intelligence terhadap Terjadinya Interaksi Parasosial.”
Ia menjelaskan bahwa curhat dengan Artificial Intelligence (AI) menjadi urgensi dan perhatian bagi dunia psikologi saat ini.
“Banyak di luar sana yang merasa adanya keterikatan perasaan manusia dengan AI karena merasa kesepian,” ungkap Alya.
Beberapa di antaranya memanfaatkan AI sebagai ruang bercerita untuk mendapatkan perhatian atau validasi emosional tanpa rasa dihakimi.
“Pengguna AI yang menjadikan AI sebagai teman curhat merasa tidak perlu memikirkan bagaimana pandangan dunia sosial dan juga budaya terkait cerita yang disampaikan,” ujar Alya.
Menurutnya, interaksi parasosial atau hubungan satu arah dengan AI dapat berdampak negatif bagi generasi muda. Terutama dalam hal kepercayaan terhadap sosok yang dijadikan tempat bercerita.
“Tentu melalui artikel ini kami menghimbau agar teman-teman dapat menggunakan AI dengan cara yang bijak. Sejatinya AI hanya sebagai alat pembantu, bukan sebagai pengganti kita dalam bersosial,” tandasnya.***
