Kabar  

Pengelolaan Keuangan Keluarga Harus Menjadi Gaya Hidup, Bukan Respons Krisis Saja

Sumber foto: YouTube TVMU Channel.

KABARINDAH.COM, Bandung – Mengisi kajian Gerakan Subuh Mengaji (GSM) Aisyiyah Jawa Barat belum lama ini, Kaprodi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Bandung Iman Harjono membawakan materi bertajuk strategi pengelolaan pengeluaran keuangan rumah tangga.

Iman menjelaskan bahwa pengelolaan keuangan rumah tangga menjadi semakin krusial di tengah kenaikan harga kebutuhan pokok, biaya pendidikan, dan layanan kesehatan.

Menurutnya, manajemen keuangan yang tepat tidak hanya dapat menjaga stabilitas keluarga. Namun, membantu menghindari jeratan utang berlebihan, menjamin masa depan yang lebih baik, dan membentuk kebiasaan hidup hemat dan produktif.

Salah satu prinsip yang disampaikan adalah metode 50-30-20, yang membagi pengeluaran menjadi tiga kategori utama, yaitu 50 persen untuk kebutuhan pokok, 30 persen untuk keinginan atau hiburan, dan 20 persen untuk tabungan atau investasi.

”Keseimbangan ini perlu didukung dengan kedisiplinan tinggi, pencatatan keuangan harian, dan evaluasi berkala untuk mengetahui posisi finansial keluarga secara nyata,” katanya.

Iman juga mengingatkan pentingnya membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Banyak keluarga yang terjebak dalam pola konsumtif karena tidak mampu mengendalikan pengeluaran untuk hal-hal yang sebenarnya tidak mendesak.

Fenomena belanja online yang begitu mudah diakses pun menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi dengan kesadaran diri dan kontrol atas hawa nafsu.

Iman tidak hanya menyampaikan teori, tetapi juga memberikan berbagai contoh kasus nyata dan kisah inspiratif tentang keberhasilan pengelolaan keuangan.

Ia menggarisbawahi bahaya utang konsumtif dan pinjaman online serta menyebut gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan penyalahgunaan narkoba sebagai penguras keuangan dan perusak masa depan keluarga.

”Diskusi keuangan tidak boleh hanya menjadi urusan kepala keluarga. Justru keterlibatan semua anggota keluarga dalam perencanaan dan pengawasan pengeluaran akan menciptakan sinergi yang kuat dan meningkatkan kesadaran bersama untuk hidup lebih teratur, hemat, dan saling mendukung dalam menghadapi tantangan ekonomi,” imbuhnya.

Acara semakin menarik dengan sesi tanya jawab interaktif. Banyak peserta yang berbagi pengalaman pribadi, sekaligus mengungkapkan rasa syukur atas wawasan baru yang diperoleh.

Iman menegaskan bahwa pengelolaan keuangan seharusnya menjadi gaya hidup berkelanjutan, bukan sekadar respons sesaat terhadap krisis ekonomi.

Lebih jauh, ia menanamkan nilai spiritual dalam pengelolaan keuangan. Mengendalikan hawa nafsu, hidup dalam kesyukuran, dan memaknai rezeki sebagai amanah dari Allah, menurutnya, adalah kunci agar pengelolaan keuangan tidak hanya menghasilkan stabilitas finansial, tetapi kedamaian batin dan keharmonisan rumah tangga.

Pesan utama dari kegiatan ini adalah bahwa kesejahteraan keluarga tidak hanya soal besar kecilnya pendapatan. Namun, tentang bagaimana uang dikelola dengan penuh kesadaran, kedisiplinan, dan nilai-nilai kebaikan.

Dengan prinsip yang tepat dan keterlibatan seluruh keluarga, maka stabilitas ekonomi rumah tangga bukan lagi sekadar harapan, melainkan sebuah keniscayaan.***(FA)

Exit mobile version