Kontributor : Nurjamilah
KABARINDAH.COM, Sukabumi–Momen lebaran menyisakan banyak cerita menarik. Selain menjadi sarana saling memaafkan dan bersilaturahmi, ada kebiasaan atau tradisi unik di sejumlah wilayah.
Misalnya menjelang Hari Raya Idul Fitri, ada sebuah tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat sunda di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yaitu “Nganteuran”. Tradisi ini masih dipertahankan masyarakat di Kampung Sindangsari, RT 02 RW 06, Desa Cimenteng, Kecamatan Curugkembar, Kabupaten Sukabumi yang melakukan tradisi “Nganteuran” saat menjelang Hari Raya Idul Fitri, Selasa (9/4/2024) lalu.
Kegiatan nganteuran ini dilakukan dari 1-2 hari menjelang Hari Raya Idul Fitri. Sudah menjadi kebiasaan, setiap rumah membuat ketupat, opor, rendang, dan juga olahan daging disertai dengan masakan kentang, bihun/mie dan juga nasi.
Makanan itu nantinya dimasukkan ke dalam rantang susun tradisional lalu dibagikan kepada saudara, tetangga dan juga orang tua yang memang tidak serumah atau tetangga. Setelah rantang itu diberikan, sebagian dari mereka mengembalikannya dengan diisi masakan yang serupa.
Bahkan, anak, cucu dan saudara yang jauh akan datang kepada orang tuanya dengan membawa rantang sebagai tanda kasih di hari raya idul fitri ini. ” Nganteuran” kepada orang tua dan berbagi kepada saudara, sudah dilakukan sejak dulu untuk saling berbagi dan mengasihi,” ujar salah seorang warga di Kampung Sindangsari, RT 02 RW 06, Desa Cimenteng, Kecamatan Curugkembar, Kabupaten Sukabumi, Maryam (73 tahun), Rabu (17/4/2024).
Dengan bahasa Sunda ia mengatakan “beres ti baheula na pan kudu masihan ka kolot, anak nganteuran ka kolot, silih masihan ka dulur meh jeung dulur teh akur”. Pengertian dari kalimat itu intinya tradisi tersebut sudah dari dahulu yakni memberi kepada orangtua dan saudara agar rukun.
Tradisi nganteuran ini terang Maryam, selalu ditunggu-tunggu pada saat menjelang hari raya. Para warga berlalu lalang mengunjungi rumah-rumah tetangga dengan sapa dan senyuman.
Warga lainnya Hj Hadlipah (62) mengatakan, nganteuran ini dilakukannya dengan niat berbagi rezeki dan untuk mempererat silaturahmi. Dalam bahasa Sundanya “silih asaan, mere kanu butuh meh jadi pahala jeung ka dulur meh pageh silaturahmi”.
Kegiatan Nganteuran ini ungkap Hadlipah, dilakukan berulang setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri. Bukan hanya di kampung Sindangsari saja, nyatanya kebiasaan ini dari informasi yang diperoleh sudah dilakukan masyarakat sunda sejak 100 tahun yang lalu dan sudah menjadi tradisi masyarakat sunda secara turun temurun di wilayah Jawa Barat.