KABARINDAH.COM – Menjajah fisik atau jasad untuk terus mengerjakan sesuatu tanpa istirahat yang cukup bakal menyebabkan kita tidak bahagia. Pun begitu dengan kerja dan aktivitas mencari nafkah.
Kita sangat membutuhkan kemampuan menilai, apakah harus dikerjakan ataukah sebentar saja mengistirahatkan diri dari kelelahan. Ketika pekerjaan dipandang berat oleh orang lain belum tentu berat menurut penilaian kita.
Misalnya, para penggila kerja (workacholic) yang menjadikan pekerjaan sebagai hobby yang tak bisa dilepaskan dari aktivitas keseharian. Dalam benak mereka uang adalah waktu dan waktu adalah mesin penghasil uang. Maka, ketika seseorang tidak memanfaatkan waktu, ia akan kehilangan kesempatan memeroleh uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Namun, penggila kerja tak hanya menjadikan pekerjaan sebagai ladang penghasil uang. Mereka telah menjadikan pekerjaan sebagai bagian dari kehidupan yang tak pernah bisa dipisahkan apa pun. Pekerjaan bagi mereka adalah rasa keindahan (sense of beauty) dalam menjalani kehidupan.
Tak heran apabila para pekerja di bidang konstruksi bangunan menjalani pekerjaannya dengan nikmat, karena mereka menempatkan pekerjaan berbahaya itu sebagai aktualisasi rasa keindahan. Dalam perspektif ajaran Islam, kehidupan dunia tidak hanya diisi dengan aktivitas pencarian harta-benda semata. Tetapi, sebuah ruang yang akan mengantarkan dirinya menggapai kebahagiaan di masa mendatang.
Shalat yang dikerjakan lima waktu dalam sehari-semalam, hal itu merupakan bentuk penghargaan terhadap jasad kita. Shalat yang kita laksanakan lima kali sehari semalam adalah bukti kita mesti piawai mengelola waktu. Ada saatnya waktu itu digunakan untuk mencari nafkah.
Namun, ada waktu juga di mana seluruh aktus hidup selama ini mesti direfleksi hingga melahirkan kesadaran penuh arti. Sebuah kesadaran diri (self awareness) untuk menyempatkan diri bercengkrama dengan sang pencipta kehidupan, Allah Swt. Ibadah shalat, adalah sebuah upaya untuk meninggalkan pikiran-pikiran duniawi sehingga dirinya tidak terjajah harta.
Zuhud, seperti diketengahkan para ahli tasawuf adalah sebuah kondisi jiwa yang tidak terjajah oleh harta benda. Ia merdeka sehingga memiliki kebijaksanaan hidup untuk senantiasa membagi tubuh dan jiwa, ruh dan jasad agar dapat berperan secara seimbang.
Artinya, pekerjaan yang membutuhkan pengoptimalan jasad mesti diberi kesempatan untuk beristirahat. Dan, istirahatnya seorang muslim adalah dengan menunaikah shalat pada saat waktu yang ditentukan (kitaaban mauqutan) sehari semalam.