Oleh Dr Hj Arfiani Yulianti Fiyul MM
(Ketua Yayasan Jasmine Solusi/ Trainer Motekar Provinsi Jawa Barat/ Asesor BAN PAUD Prov. Jabar/ Dosen Pascasarjana STAI Sukabumi, Jawa Barat)
Pandemi Covid-19 telah membuat begitu banyak perubahan. Sejak Maret 2020, anak-anak sekolah tiba-tiba harus “dirumahkan” karena pandemi Covid-19. Semua siswa dari mulai PAUD hingga Perguruan Tinggi harus Belajar Dari Rumah (BDR). Proses belajar-mengajar digelar secara daring melalui aplikasi dan internet atau Pembelajaran Jarak Jauh.
Kondisi ini memaksa para orang tua harus mendampingi anak-anaknya belajar di rumah. Orang tua harus berperan menjadi guru bagi anak-anak ketika mereka mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh.
Awalnya, boleh jadi semuanya merasa aman dan nyaman. Pekan dan bulan dilalui dan akhirnya sampai setahun anak-anak masih Belajar Dari Rumah (BDR), guru masih mengajar secara daring dan orang tua pun masih harus menjadi guru dirumah. Berat sekali… Yang memang sangat memberatkan. Bagi orang tua, apalagi mereka yang masih sibuk bekerja, keduanya. Ayah dan bundanya bekerja diluar. Semuanya di luar dugaan harus bisa karena terpaksa.
Siswa SMA mungkin masih bisa mengikuti belajar jarak jauh karena mereka sudah bisa menggunakan smartphone untuk belajar. Siswa SMP pun masih bisa mengikuti belajar jarak jauh, walaupun sudah mulai agak keteteran. Anak Sekolah Dasar juga mulai bosan.
Dan, yang paling terasa adalah anak-anak yang bersekolah di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Karenanya. anak usia dini masih sangat memerlukan pertemuan-pertemuan langsung bersama teman seusianya. Karena, dengan pertemuan itu mereka dapat saling mengenal, bersosialisasi dan membutuhkan untuk semua perkembangan. Tapi apapun risikonya saat pandemi ini, Anak Usia Dini pun tidak boleh berkumpul dan bertemu. Sungguh sesuatu kenyataan yang sangat berat.
Belajar Dari Rumah(BDR) menuntut setiap orang tua harus menjadi figur yang kreatif. Meski anak harus belajar dari rumah, mottonya tetap belajar seraya bermain, dan bermain seraya belajar. Motto tersebut tidak boleh berubah menjadi belajar saja atau bermain saja, karena anak usia dini perlu keduanya: bermain dan belajar.
Lalu, bermain seperti apakah yang tepat untuk anak usia dini pada saat pandemi Covid-19, seperti ini?
Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam (6) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 bab1 pasal 1 butir 14).
Hakikat Bermain
Kalimat ini sangat pas untuk anak usia dini, bahwa Bermain adalah Belajarnya Anak . Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah bermain . Bagi anak usia dini bermain adalah kehidupannya, jadi semua kegiatan yang ada adalah berupa aktivitas bermain.
Karenanya, anak pada usia dini disebut sebagai masa usia emasnya (golden age) sehingga merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar. Golden age adalah usia anak ketika mereka berumur 0 – 6 tahun. Usia tersebut berada pada perkembangan terbaik untuk fisik dan otak anak. Pada usia ini anak memiliki kemampuan dan semangat untuk belajar yang luar biasa khususnya pada awal masa kanak-kanak. Jadi bermain adalah sangat diminati dan disenangi anak, khususnya anak usia dini. Melalui kegiatan bermain, banyak hal yang bisa dikembangkan dari seorang individu anak, yaitu saraf-saraf motoriknya, baik kasar maupun halus, sikap emosional, kecerdasan, sikap sosial, perilaku bekerja mandiri dan bekerjasama, kedisiplinan, dan lain-lain.
Bermain yang Cocok di Masa Pandemi
Pada masa pandemi ini, anak bermain dari rumah, semuanya dari rumah. Oleh karena guru /pendidik Anak Usia Dini harus bisa dan mampu mengkondisikan hal permainan yang dibutuhkan oleh anak sesuai dengan usianya. Tetapi semua perkembangan tersebut hanya bisa diperoleh jika permainan yang dirancang untuk mereka adalah permainan yang bermakna.
Jadi permainan yang bermakna adalah kegiatan bermain yang diarahkan dan dibuat dengan metode, prinsip, dan tujuan yang menekankan pada unsur terciptanya kesenangan, motivasi, berkembangnya motorik yang memicu bekerjanya neuron/ saraf otak, dan bukan paksaan, sekaligus berisi pembelajaran. Karena prinsispnya belajar seraya bermain, bermain sambil belajar itu merupakan prinsip yang tidak boleh berubah, karena sangat bermanfaat untuk anak usia dini
Piranti Bermain
Perasaan anak itu dalam kesehariannya dapat dilakukan dalam bermain sambil belajar Segala bentuk aktivitas yang dikerjakannya sejak anak bangun hingga tidur kembali pada dasarnya adalah kegiatan bermain. Bermain bagi seorang anak tidak sekadar mengisi waktu, tetapi media bagi anak untuk belajar. Setiap bentuk kegiatan bermain pada anak pra sekolah/usia dini mempunyai nilai positif terhadap perkembangan kepribadiannya.
Sebenarnya, bermain dalam kelompok dapat membuat anak belajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan anak yang lain, belajar untuk menguasai dirinya dan egonya, belajar menahan diri, mampu mengatur emosi, dan belajar untuk berbagi dengan sesama. Dari sisi emosi, keinginan yang tak terucapkan juga semakin terbentuk ketika anak bermain imajinasi dan sosiodrama.
Namun saja di masa pandemi, sebaiknya harus lebih banyak berada dirumah bersama anggota keluarga. Jadi bermain dalam kelompok bisa dilakukan bersama anggota keluarga, kakak dan adik dan anggota lainnya.
Bermain Loose Parts
Walaupun di masa pandemi ini anak usia dini hanya berada dirumah, namun anak tetap memerlukan banyak stimulasi dalam berbagai aspek perkembangan sehingga semua aspek perkembangan dapat berkembang secara optimal. Salah satu aspek yang penting dan perlu dikembangkan adalah aspek kognitif. Kemampuan yang termasuk dalam aspek kognitif adalah kemampuan bermain pembangunan.
Bermain pembangunan yaitu kegiatan yang menggunakan berbagai benda yang ada untuk menciptakan suatu hasil karya tertentu karena kemungkinan juga ketika dirumh bersama orangtua dan keluarga anak usia dini hanya memiliki Alat Permainan Edukatif (APE) yang terbatas. Maka untuk tidak menghilang semboyan belajar sambil bermain, bermain sambil belajar dimanapun juga anak harus melakukan kegiatan. Salah satu metode bermain yang bisa dikombinasikan ketika anak belajar dari rumah anak dapat mencoba Metode Loose Parts Play.
Loose Parts Play adalah sebuah permainan yang menggunakan bahan yang dapat dipindahkan, dibawa, digabungkan, dirancang ulang, disejajarkan, dipisahkan dan disatukan kembali dengan berbagai cara. Bahan tersebut adalah bahan yang dapat dipergunakan dengan mandiri maupun dikombinasikan dengan bahan lain.
Bahan tersebut adalah bahan yang dapat dipergunakan dengan mandiri maupun dikombinasikan dengan bahan lain. Bahan ini dapat berasal dari bahan alami maupun sintetis. Contohnya: batu, tunggul, pasir, kerikil, kain, ranting, kayu, palet, bola, ember, keranjang, krat, kotak, kotak, batang kayu, batu, bunga , tali, ban, bola, cangkang dan biji polong.
Anak dapat membangun suatu tempat maupun membuat suatu kegiatan melalui imajinasi mereka dengan bahan-bahan yang telah tersedia. Untuk beberapa bahan tersebut mudah didapatkan ketika anak usia dini belajar dari rumah. Sehingga kegiatan anak untuk merangsang perkembangan kognitif buisa terpenuhi dan terstimulasi.
Hasil yang diharapkan ketika anak menggunakan metode bermasin loose parts ini anak akan bermain pembangunan merupakan aktivitas yang melibatkan anak untuk melakukan proses belajardengan menggunakan benda nyata melalui kegiatan bermain yang dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak usia dini dengan menggunakan bahan bahan yang mudah di apatkannya.
Dengan menghasilkan bentuk kegiatan yang menggunakan berbagai benda yang ada untuk menciptakan suatu hasil karya tertentu. Anak akan merasakan kebanggaan dengan hasil karya tersebut
Memiliki bahan permainan “loose parts” yang tersedia di rumah memungkinkan anak-anak untuk menggunakan bahan-bahan ini sesuai pilihan mereka. Seringkali orang tua akan menemukan bahwa anak-anak lebih suka bermain dengan bahan-bahan yang dapat mereka gunakan dan beradaptasi sesuka mereka, karena bahan loose parts itu mudah diperolehnya daripada peralatan bermain yang mahal, yang tidak semua tersedia dirumah masing-amsing anak.
Akhirnya agar kegiatan belajar dari rumah tetap berlangsung, sebagai seorang guru/pendidikan PAUD dan sebagai orangtua yang mendampingi putra putrinya Belajar Dari Rumah (BDR) maka dapat Mendorong anak-anak untuk menggunakan sumber daya yang mereka pilih dapat memberikan berbagai peluang yang lebih luas untuk mendapatkan hasil atau bentuk aktivitas yang mudah. Dengan demikian, anak-anak yang bermain dengan loose parts menggunaka lebih banyak kreativitas dan imajinasi dan mengembangkan lebih banyak keterampilan dan kompetensi daripada yang mereka mainkan dengan kebanyakan mainan plastik modern.
Dan yang lebih menguntungkan lagi, orang tua dan pendidik bekerja sama untuk mengambil pikiran yang sangat terbuka dan mulai mengumpulkan bahan yang sudah tidak terpakai dan dibuat jadi permainan dan bahan aktivitas. Sehingga, bahan bekas tersebut dijadikan bahan yang bermanfaat karena sering kali banyak pembersihan dilakukan karena bahan-bahan berakhir di tempat-tempat yang terbuang.
Mengingat bahwa permainan terbaik berasal dari hal-hal yang memungkinkan anak-anak bermain dengan berbagai cara dan pada berbagai tingkatan. Lingkungan bermain yang mencakup ‘loose parts’ jauh lebih merangsang dan melibatkan daripada permainan statis. Berada di lingkungan yang setiap hari berada di rumah, bermain itu perlu didampingi oleh orang tua dan pendidik/guru PAUD sertamendukung permainan imajinatif melalui penyediaan bahan ‘loose parts’ dengan cara yang tidak mengarahkan peluang bermain dan cara bermain. Tetapi memungkinkan anak-anak untuk mengembangkan ide mereka sendiri dan menjelajahi dunia mereka.
Dengan menggunakan Loose Parts Play untuk anak usia dini, maka kemampuan bermain pembangunan akan meningkat dan anak akan menjadi lebih nyaman dalam bermain dengan imajinasinya, karena metode Loose Parts tidak mengenal benar dan salah. Dan perangkatnya dapat dibongkar dan dipasang ulang. Jika salah pun, anak akan lebih suka untuk memasang kembali.
Demikian untuk orangtua dan guru/pendidik PAUD dimasa pandemic ini, karena masih situasi anak belajar dari rumah, metode permainan Loose Parts Play sangat bagus dan efektif untuk merangsang kemampuan bermain pembangunan karena mereka dapat berimajinasi dan membentuk sesuatu benda sesuai dengan keinginan mereka.
Jadi sangat baik untuk diterapkan dan digunakan sebagai salah satu tambahan kegiatan yang mudah dimengerti oleh anak dan dapat memainkannya serta dipraktikkan dengan menyenangkan. (*)