KABARINDAH.COM, Sukabumi–Beragam cara dilakukan untuk mendorong gen Z memproduksi konten di media sosial agar positif dan kreatif. Salah satunya diinisiasi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (Dispusipda) Kota Sukabumi yang menggencarkan lokakarya literasi digital menciptakan konten positif dan kreatif di Perpustakaan Kota Sukabumi, Jumat (28/11/2025).
Momen tersebut langsung dibuka Wakil Wali Kota Sukabumi Bobby Maulana dan Kepala Dispusipda Kota Sukabumi Asep Suhendrawan serta para peserta yang merupakan pelajar tingkat SMA, SMK, dan MA.
” Kegiatan lokakarya konten lokal yang positif dan kreatif ini pesertanya adalah para siswa SMA, SMK, MA dari berbagai sekolah dengan jumlah peserta 50 orang,” ujar Kepala Dispusipda Kota Sukabumi, Asep Suhendrawan. Tujuannya adalah bagaimana para pelajar menerima ilmu pengetahuan yang nantinya bisa memahami literasi khsusunya saat akan membuat konten.
Sebab kata Asep, konten tidak hanya viral tapi lebih pada mengarahkan agarkonten-konten itu lebih bersifat positif. ” Ada kreatifitas dari mereka dan ini nanti akan dibimbing dari narasumber,” imbuhnya.
Dengan kegiatan ini lanjut Asep, generasi muda khususnya gen z bisa membuat satu konten-konten yang lebih positif, kreatif dan sesuai dengan kemampuan mereka untuk bisa memahami. Mudah-mudahan ke depan ada dari peserta lainnya ikut serta dalam lokakarya.
” Tapi saat ini (sasaranya-red) gen Z anak anak pelajar, diharapkan mempunyai bekal ketika lanjut ke pendidikan tinggi karena ada pemahaman dan diinformasikan kembali,” jelas Asep. Ia mengatakan perpustakaan sifatnya tidak hanya membaca, menulis da. menyampaikan informasi. Melainkan, bagaimana menciptakan agen perpustakaan dan bisa meningkatkan kualitas kehidupan melalui program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.
Wakil Wali Kota Sukabumi Bobby Maulana mengatakan, dengan lokakarya ini harapannya para pelajar tingkat SMA bisa memahami literasi untuk menggunakan media sosial. ” Tahu apa yang ingin disampaikan melalui kontennya yang dibuat dan bisa menghadapi risiko-risiko yang mungkin timbul dan tentu saja menghasilkan,” jelasnya.
Menurut Bobby, sekarang ini media sosial menghasilkan dan bagaimana dari awal membuat konten dengan personal branding serta menciptakan audiens kemudian mengelola itu semua. Sehingg akhirnya mereka bisa menghasilkan dari konten tersebut.
” Tapi dengan koridor konten-konten positif. Kalau konten yang negatif, ini berbahaya,” ungkap Bobby. Karena nantinya bisa berhubungan dengan aparat dan lain sebagainya.
Khawatirnya lanjut Bobby, kalau hanya sekedar untuk viral akan berhadapan dengan UU IT dan lain-lain. Harapan pemerintah bahwa dengan konten-konten yang dibuat, mudah-mudahan mereka bisa mendapatkan ilmu sambil belajar untuk bikin konten
Selanjutnya, mendapatkan hasil melalui jualan streaming atauendorsement dengan konten-kontennya yang menarik tadi. Sehingga mendapatkan tambahan penghasilan bisa membantu orang tuanya.
” Itu goals salah satunya. Kemudian juga bisa dengan konten-konten yang mereka buat di Kota Sukabumi bisa meningkatkan kapabilitas dan popularitas Kota Sukabumi,” cetus Bobby. Dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu seperti lokasi wisata Santsea dan lain sebagainya.
Intinya kata Bobby, banyak multiplier efeknya dan hanya lebih kepada penekanan bahwa jangan sampai masuk ke dalam konten-konten yang toxic. Namun yang utama adalah pemahaman literasi.
” Karena ketidakpahaman orang terhadap satu hal ini akan menjadikan banyak sekali opini-opini yang liar. Apalagi kalau ketidaktahuan literasi atau ketidakpahaman literasi ini dituangkan dalam media sosial itu sendiri,” ungkap Bobby. Contohnya orang yang bukan montir tiba-tiba berstatement tentang montir, bagaimana caranya untuk supaya mesin mobil awet.
Harapannya tutur Bobby, ketika mengambil satu keputusan atau menjalani sesuatu hal generasi muda telah memahami secara literasi. Selain itu memahami secara experience, atau sambil belajar pada saat waktu yang sama dan tidak memberikan potensi untuk terjadinya berita-berita hoaks di kemudian hari. Riga Nurul Iman
