KABARINDAH.COM – “Wahai Dahlan, sungguh di depanmu ada bahaya besar yang harus engkau lewati. Mungkin engkau mampu melewatinya dengan selamat, tapi mungkin juga engkau akan binasa. Wahai Dahlan, coba engkau bayangkan seolah-olah engkau berada seorang diri bersama Allah, sedangkan engkau menghadapi kematian, pengadilan, hisab, surga, dan neraka. Dan dari sekalian yang engkau hadapi itu, renungkanlah yang terdekat denganmu, dan tinggalkanlah yang lainnya.” (Maklumat Ahmad Dahlan).
Kalimat di atas ditulis oleh K.H. Ahmad Dahlan untuk mengingatkan fungsinya sebagai hamba Allah yang harus membuat perubahan dalam tubuh masyarakat. Dari perjalanan hidupnya, ia pun menemukan berjuta ilmu dan pelajaran yang akan digunakan untuk menyelesaikan problem yang menimpa umat Islam waktu itu. Ketika memahami ajaran Islam, beliau mencoba untuk menyesuaikannya dengan realitas sosial. Maka, berdirilah organisasi Muhammadiyah.
Ini artinya, bukan mengajakmu untuk menjadi anggota Muhammadiyah. Namun, sekadar menyampaikan bahwa sang pendiri Muhammadiyah itu (K.H. Ahmad Dahlan) memiliki kecintaan terhadap Allah dan manusia sehingga mendorongnya untuk melakukan gerakan-gerakan aksi revolusif dalam bidang agama.
Ia mencoba menafsirkan ayat al-Quran untuk kepentingan umat manusia. Tak heran jika ia banyak menimba ilmu dari pelbagai organisasi dan diwujudkan dalam gerakan dakwah yang menjawab kebutuhan umat. Misalnya dengan mendirikan sekolah atau panti asuhan agar kalangan mustad’afin bisa merasakan sepercik kesejahteraan dan ketentraman hidup.
Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan dengan mudah diterima dan dihormati kalangan masyarakat, sehingga pernah aktif di berbagai organisasi.Misalnya, organisasi Jam’iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam, dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad Saw.
Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. Ia ingin mengajak ummat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits. Maka pada tahun 1912, Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah guna menunaikan cita-cita pembaharuan Islam di bumi nusantara. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 Nopember 1912.
Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.Oleh karena itu, atas jasa-jasanya membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961.
Mengapa beliau bisa melakukan perubahan seperti itu? Sebab, ia memiliki dorongan cinta “revolusif”. Artinya sebuah rasa di dalam diri manusia untuk melakukan perubahan-perubahan karena peka terhadap persoalan yang diderita umat dengan mengamalkan apa yang tersirat dalam kitab al-Quran dan hadits.
Ia meyakini bahwa dengan memberikan pengabdian kepada bangsa merupakan wujud kecintaan terhadap Allah. Ini dibuktikan ketika dirinya menulis peringatan atau maklumat di atas kertas buat memacu diri sendiri agar melakukan pertolongan kepada masyarakat sehingga dapat menggapai cinta-Nya.
Dalam perspektif Erich Fromm, cinta yang terhunjam di dalam hati Dahlan, membuatnya memiliki “energi kreatif” untuk menggerakan keterbelakangan umat. Itulah yang dinamakan dengan hasrat untuk mengubah kondisi orang-orang yang dicintainya, yaitu bangsa dan umat Islam Indonesia.
Cinta seperti itu lebih cocok dimasukkan pada kategori cinta terhadap kehidupan (biofilia). Alhasil, perilaku yang muncul dari sang pecinta adalah sesuatu yang membangun, menggerakkan optimisme hidup, dan menebarkan keselamatan bagi seluruh alam.
Cinta yang dibangun Ahmad Dahlan telah membahagiakan hati masyarakat miskin, dengan mendirikan lembaga-lembaga penyantun. Sebagai warisan kecintaan Ahmad Dahlan juga, sekarang banyak SMA Muhammadiyah yang memberikan biaya pendidikan murah untuk kalangan faqir miskin.
Ia mewakafkan tenaga dan pikirannya agar tercipta kebahagiaan di tubuh bangsa Indonesia. Ia seakan telah mengamalkan sabda Nabi Saw. bahwa, “Barangsiapa yang membahagiakan seseorang, maka ia telah membahagiakan aku (Muhammad). Barangsiapa yang membahagiakan aku, ia telah membahagiakan Allah” (Al-hadits).
Oleh karena itu, sebagai sang pecinta sejati, mengarahkan tujuan cinta ke arah yang bisa merevolusi kondisi umat adalah hal yang patut ditiru dari perjuangan Ahmad Dahlan. Perjuangan yang tidak hanya melawan secara fisik bangsa penjajah, tapi melawan sesuatu yang tak kentara terlihat jelas.
Kemiskinan, ketidakadilan, dan kesenjangan tak akan pernah sirna dari muka bumi kalau saja di dalam diri manusia tidak terhunjam cinta ilahiyah yang revolusif. Kecintaan yang dapat mengubah kondisi batin umat manusia ke arah yang positif dan mencerahkan kehidupan.
Itulah sang pecinta revolusif ajaran Islam yang semestinya menebarkan keselamatan di muka bumi. Cinta ilahi dalam dirinya akan membentuk kepribadian yang sempurna sehingga tak ada kata dan ucapan yang tak sesuai dengan tindakan nyata.
Hal itu akan terus mewujud menjadi karakter yang berdasarkan atas kecintaannya terhadap Allah Swt. yang mampu mengeluarkan manusia dari belenggu persoalan-persoalan hidup. Kalau cinta yang kalian anut sudah mewujud menjadi hal-hal positif dan membangun, tak akan ada lagi kekerasan di muka bumi.
Kekerasan itu tidak hanya pukul-memukul lawan perkelahian. Tapi, kekerasan yang bisa mengakibatkan seseorang merasa inferior dan tak berguna dihadapan manusia lain.
Maka, ketika Anda berinteraksi dengan sesama manusia lagi, menghargai dan menebarkan kebajikan sebagai aktualisasi cinta, adalah ketaknisbian yang mutlak. Artinya, Anda harus menebarkan sikap, pikiran dan tindakan yang bisa membuat orang lain merasa nyaman.
Contohnya, ketika ada temanmu yang tak bisa membayar iuran SPP atau membutuhkan pertolongan, sebagai seorang pecinta yang revolusioner melakukan penanggulangan adalah langkah yang tepat.
Itu juga dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Dia dengan semangat perubahan dan pembaruan memberikan solusi berharga bagi bangsa Indonesia, sehingga buah kinerjanya bisa dirasakan sampai saat ini. Ia tidak mencari kehidupan di organisasi, tapi mencoba menghidupkan organisasi agar terus memberikan kontribusi nyata bagi bangsa.
Rasulullah Saw. bersabda, ”Ada tiga hal yang dengannya seseorang akan menemukan manisnya keimanan; yaitu saat Allah dan Rasul-Nya ia cintai melebihi yang lain, mencintai sesama dengan tulus karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekufuran setelah dibebaskan Allah dari malapetaka itu sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam kobaran api,” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Kalau Anda tertarik dengan cinta-nya ala K.H. Ahmad Dahlan, kenapa tidak menirunya? Tapi, saya yakin bahwa sebagai seorang manusia, Anda pasti bisa melakukannya. Tak percaya, silakan anda mendirikan organisasi untuk pemberdayaan umat dan bangsa. Baru orang seperti ini layak memperoleh penghargaan di dadanya sebagai manusia pecinta luhurnya rasa cinta di dalam dirinya. Itulah sang pencipta kedamaian di muka bumi.
Apakah Anda termasuk sang pencipta kedamaian di muka bumi? Gede Prama, dalam bukunya yang berjudul, Kesedihan, Kebahagiaan, Keheningan; Mengolah Bencana Menjadi Vitaminnya Jiwa, (Gramedia Pustaka Utama, 2006: 43-47), mengilustrasikan kebahagiaan sebagai sesuatu yang harus berakar kuat pada cinta.
Orang Jepang, Korea dan China – katanya – banyak berguru pada pohon bambu. Pohon ini kalau diresapi ternyata memiliki makna filosofis buat hidup.
Orang yang memupuk dirinya dengan cinta kepada Allah, harta akan diperlakukan sebagai media untuk menggapai ridha-Nya. Hidupnya pun bagaikan pohon bambu yang terus mengakarkan aktivitas kepada Allah. Bisa terus mempertahankan kesegaran hidup karena ia selalu berdoa atas apa yang diusahakannya.
Dan, tidak berlaku sombong karena menganggap bahwa kekayaannya merupakan pemberian Allah Swt. Terakhir, di dalam dirinya kosong dari nafsu keserakahan menimbun harta-benda laiknya pohon bambu.
Mencintai Allah dan berusaha mendapatkan cinta-Nya merupakan suatu kewajiban. Apalagi kalau kita mengaku sebagai sang hamba yang mengabdikan hidup kepada Allah. Beberapa sebab pohon bambu dijadikan guru kehidupan adalah: Pertama, pohon ini kokoh karena berakar kuat ke dalam tanah. Kedua, pohon bambu juga terus segar dalam segala musim kendati tidak berbuah dan berbunga. Ketiga, semakin tinggi pohon ini semakin merunduk. Terakhir, pohon itu di tengahnya kosong.
Sebagai tanda syukur kepada Allah, sudahkah anda meluapkan kecintaan hakiki dalam hidup ini? Tidak terjajah harta kekayaan, tidak dikendalikan kekuasaan? Dan bagi pelajar, tidak dikendalikan oleh kecantikan pasangan dan nilai besar pada ujian?
Tapi, semua aktivitas itu akan berkah jika kita mengakarkan secara kuat kepada tauhidullah. Itulah mukjizat dahsyat yang bisa membuatmu bahagia sepenuh jiwa.
Sabda Rasulullah Saw., “Cintailah Allah karena Dialah yang telah mencurahkan nikmat-Nya kepada kalian. Cintailah aku (Muhammad) karena cinta kalian kepada Allah dan cintailah keluargaku karena cinta kalian kepadaku.” (HR. Tirmidzi).
Tertarik? Mulailah dari sekarang meyakini bahwa segala aktivitas harus dipersembahkan untuk mengabdi kepada-Nya. Allah Swt. yang Mahapemberi dan Mahamengasihi hamba-Nya. Setelah itu, bekerja dan beraktivitaslah penuh kejujuran tanpa terpasung kreativitas.
Insyaallah, cintamu pada hidup akan menjadi mukjizat yang bisa mengubah kehidupanmu hingga diridhai Allah. Amiin